Bonus Part

8.4K 193 16
                                    

Halo derss....
Apa kabarnya?? Baik? Alhamdulillah😊

Jadi begini, sebelumnya aku ngucapin makasih banyak buat kalian yang luangin waktu buat mampir di lapakku ini, luangin tenanga buat komen maupun vote. Beberapa dari kalian juga mengapersiasi karya absurdku ini.

Dan part ini adalah part bonus setelah sekian lama ngga utak atik cerita ini lagi. Aku dedikasikan buat semua pembaca, semoga menghibur ya.

______________________________________

Malam itu menjadi malam yang membahagiakan serta mengharu biru bagi Hanna dan Demian. Bahagia karena akhirnya ketiga jagoan mereka lahir dengan selamat dan sempurna ditambah satu putri cantik yang akan menambah kelengkapan keluarga kecil Hanna dan Demian, disisi lain, di dalam ruang operasi tengah terbaring seseorang yang begitu berarti untuk mereka berdua. Berbagai upaya penyelamatan terus di usahakan oleh tim dokter, doa pun terus dipanjatkan bukan hanya Hanna dan Demian yang berdoa memohon kesempatan kepada Tuhan tapi Mom Arin Daddy Bram juga. Semua larut dalam keheningan masing-masing, bahkan Hanna yang seharusnya masih berbaring karena penyembuhan luka pasca persalinan tidak melakukannya, ia duduk di kursi roda sambil menggenggam tangan suaminya Demian. Air mata terus mengalir di kedua pelupuk matanya, sedangkan Demian tubuhnya begitu kaku. Ya, Demian tak memungkiri bahwa bagaimanapun juga Gwen adalah orang terdekat sebelum Hanna hadir di kehidupannya, Gwen pernah ada menduduki tahta di hatinya dan tempat itu masih ada meskipun hampir seluruhnya sudah di miliki oleh Hanna. Demian berjanji setelah ini dirinya akan mencari pria brengksek yang lari dari tanggung jawabnya sehingga Gwen menanggung semuanya sendiri.

Satu jam berlalu, hingga akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Demian dan juga yang lain beranjak dari kursi masing-masing kecuali Hanna. "Jadi, bagaimana dok?" Tanya Demian tidak sabar. Dokter Frans menatap sendu ke arah mata Demian dari situ Demian tahu bahwa Gwen tidak bisa di selamatkan "Maafkan kami, Tuhan lebih sayang kepada nyonya Gwen. Saya permisi" lalu dokter Frans berlalu tak lupa menganggukan kepala sedikit kepada mom dan daddy. Hanna menangis pilu mendengar kenyataan bahwa Gwen tidak bisa bertahan, bahwa Gwen tidak bisa melihat putri kecilnya tumbuh.

"Dem, antar aku kedalam" pinta Hanna. Hal itu membuat kesadaran Demian kembali, ia langsung menatap istrinya yang menangis pilu seolah mereka berdua begitu dekat sebelumnya hingga Hanna begitu kehilangan sosok Gwen. "Dem, aku yakin Gwen masih bisa selamat, ayo Dem antar aku ke dalam" Hanna terus meronta sedangkan Demian langsung memeluk tubuh rapuh dan mungil istrinya, menenggelamkan di dadanya yang bidang lalu mengusap punggungnya seraya memberikan kekuatan dan kenyataan bahwa Gwen sudah tenang dan ini jalan terbaik bagi Gwen. Saat akan memasuki ruang dimana Gwen terbujur kaku, seorang suster terlihat berlari dengan membawa bayi mungil di gendongannya. "Maaf ibu, anaknya menangis, mungkin minta asi" hati Hanna mencelos saat menatap Aimara, Aimara kecil yang masih rapuh dan polos seakan tahu bahwa ibundanya pergi meninggalkannya. Tangisnya begitu kencang, Demian langsung membawa Hanna dan Aimara menuju Gwen.

****

Di dalam sana terbujur kaku Gwen dengan senyuman, entah apa yang membuatnya tersenyum. Apa dia begitu menantikan hari ini, hari dimana ia harus pergi meninggalkan semuanya. Perlahan Hanna mendekatkan bayi Aimara di samping kanan ibunya, entah ikatan yang begitu kuat atau memang bayi Aimara juga merasa kehilangan ia menangis pilu disamping ibundanya berharap bahwa tangisnya mampu membawa ibunya kembali kedunia nyata. Membawanya kembali bersama hingga Aimara dewasa. Tapi sayangnya hal itu tetap saja tidak bisa membuat Gwen membuka matanya.

"Gwen, aku tau kamu hanya tertidur sejenak. Lihatlah Aimara ingin kamu memeluknya" kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Hanna. Di hapusnya perlahan isak tangisnya, lalu ia meletakkan Aimara di dekapan sang ibunda, pada saat itu juga Aimara berhenti menangis. Tapi Hanna sungguh tak kuasa melihat pemandangan di depannya. "Kau benar-benar wanita jalang yang berhasil memporak porandakan hubunganku dengan Hanna. Tapi kau juga yang berhasil mempersatukan kami. Lalu kenapa sekarang kau menyerah Gwen!" Ujar Demian lirih,  Hanna melihat interaksi keduanya sambil terus menangis. "Bahkan kau belum bilang siapa ayah biologis dari bayi cantikmu itu, apa yang bisa aku lakukan untukmu kalau kau sendiri memilih menyerah seperti ini Gwen" Demian pria arogan dan sombong menangis di hadapan Hanna, Aimara, dan juga Gwen.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang