Yuhuuu aku kembali pemirsah. Ciyeee kangen yaaa? Kangen ngga sih? Kangen dong ya pastinya. Di mulmed itu fotonya Gween yak. Happy reading and enjoy this story muach
---------------------
------------------------------------------Di dalam pesawat Hanna duduk terpisah dengan Demian. Tak banyak yang mereka berempat lakukan, hanya duduk dan segera memejamkan mata mereka yang sudah sangat lelah.
Begitupun Hanna, namun tidak dengan Demian, rupanya dia sedang bermain dengan gadgetnya. Kalo sudah begitu bisa di pastikan Demian sedang sibuk memeriksa keadaan perusahaan.
###
Dalam waktu lima belas menit lagi pesawat akan segera take off. Aku hanya bisa merapalkan doa-doa, tanganku berpegangan erat di samping kursi. Ku pejamkan mataku.
Aku memang sangat takut akan ketinggian, pikiran-pikiran buruk selalu saja hadir membuat nyaliku ciut saja.
Lalu tak lama pramugari memberikan pengarahan dan akhirnya kami mulai terbang, suara bising pesawat sudah mulai terdengar.
Saat ini akus sedang berada di ketinggian 25.000 kaki. Dan perlahan tubuhku rileks. Namun setelah itu mual menyerangku segera aku berlari menuju toilet. Ku keluarkan semua isi perutku, tapi hanya air saja yang keluar, apa aku masuk angin. Keringat dingin mulai keluar membasahi dahiku. Ku tatap wajahku di cermin. Terlihat sekali bahwa wajahku begitu pucat, ku cuci mukaku agar terlihat segar. Aku keluar dari toilet dan kembali ke kursiku. Semoga dengan istirahat sejenak keadaanku akan segera pulih.
Dalam tidurku aku merasa resah, aku tidak bisa tidur sendirian di ketinggian seperti ini. Lagi-lagi ku rasakan mual segera aku berlari ke toilet lagi.
"Lo gapapa Han?". Tristan menegurku.
"Eh...hoek...mmhh gapapa kok". Aku kembali ke kursiku.
"Dari tadi gue liat lo gelisah banget mau tidur kenapa sih?".
"Hmm gue, hehe gue takut ketinggian".
"Haha lo ya ampun. Terus lo gimana caranya bisa tidur?".
"Hehe biasanya sih gue pegangan atau ada yang nemenin gitu".
"Udah sini gue temenin, lo tidur aja. Kesian gue lo mondar-mandir mulu". Tristan akhirnya menemaniku dalam tidurku. Aku menggenggam tangannya erat. Lalu tak lama aku pun tertidur.
###
Tristan Pov
Senang rasanya kami semua akan kembali ke Indonesia. Aku sungguh sangat merindukan rutinutasku. Memang liburan kami juga sangat menyenangkan tapi entahlah aku lebih senang duduk di meja kerjaku. Untung saja Tasya ada panggilan kalo tidak aku rasa kami masih disini.
Selama di Barcelona, aku melihat Demian begitu berbeda, dia begitu perhatian dengan Hanna. Demian yang dulu seakan kembali. Demian yang penyayang dan murah senyum, memang selama kami disana tidak selalu pergi bersama namun pancaran orang yang sedang dimabuk cinta itu sungguh jelas terlihat.Tapi kenapa sekarang dia berubah, apa ada masalah di kantor. Dan kenapa juga Hanna terlihat loyo seperti ini, mual-mual mendadak padahal saat berangkat kemaren dia tidak seperti itu, wajahnya juga terlihat pucat sekali.
"Minggor lo, sono temenin princess nyinyir". Suara Demian mengejutkanku. Ini orang apa coba maunya kok tiba-tiba sewot.
"Ogah. Lo ngga tau dia ketakutan sampai ngga bisa tidur". Dia menatapku tajam, aha ! dia cemburu rupanya.