SL 11

4K 168 3
                                    

Sudah 3 hari aku berada di Bogor, tidak terasa besok aku akan kembali ke Jakarta karena pekerjan di Cafe. Selama 3 hari Vando selalu ikut Ayah atau Kak Key untuk melihat kebuh teh dan kebun kelapa sawit yang Ayah miliki, sedangkan aku dan Kinan akan pergi ikut ke pasar bersama Bunda atau jalan-jalan keliling desa ini. Tetapi Vando selalu sempat untuk mengajakku pergi ke Danau yang dekat dengan kebun teh Ayah. Aku ingat saat itu dia mulai bercerita tentang keluarganya yang sekarang berada di Bali karena Adiknya yang 2 tahun lalu meninggal kecelakaan di Jakarta. Aku sungguh menikmati hari-hariku di sini bersama Vando, dia yang selalu menjagaku, leluconnya, cara dia memandangku, menggandeng tanganku dan menggodaku. Aku sungguh menikmatinya mungkin aku akan mencoba membuka hatiku sekarang daripada aku terus terpuruk dari masa lalu. Maafkan aku, Nata.

Pagi ini adalah pagi terakhir aku akan berada disini, sore ini aku akan kembali ke Jakarta. Aku langsung mandi setelah mandi langsung berkeliling kebun teh lalu berjalan menyusuri danau. Sudah sampai di kebun teh, aku merentangkan tanganku, menghirup aroma daun teh yang menyejukkan dan udara yang segar jarang ditemui di Jakarta. Saat aku menghirup udara segar aku langsung merasakan ada yang memakaikan aku jaket seketika aku langsung menoleh melihat Vando disana yang tengah tersenyum sambil mengirup udara segar "Dingin, lo gak makek jaket cuman pakek baju tipis," Aku hanya tersenyum sambil menggumamkan kata makasih untuknya.

"Enak ya udara disini, nanti gue mau bikin rumah disini deh biar tiap pagi menghirup udara segar gak polusi terus gitu," Ucapnya sambil tersenyum. Sungguh hari ini aku merasa dia sangat tampan dengan rambut yang acak- acakkan tidak seperti Vando yang sedang ada dikantor rambut harus rapi.

"Boleh, buat rumah dipinggir danau aja biar pagi-pagi nyante ditemenin kopi," Saranku kepadanya.

"Kalau ditemenin kamu gimana?" Godanya sambil mencubit pipiku. Aku merasa pipiku memanas karena godaan Vando tersebut. "Gak mau, gue kan udah punya rumah disini tinggal sama Ayah dan Bunda," Aku menjulurkan lidahku.

"Dulu gue sering banget liburan sama keluarga, kemanapun kadang ke bogor nginepnya di Villa gue sama Ray-adiknya Vando gak pernah akur tapi gue tau kalau gimanapun gue tetep sayang sama dia. Kadang orang tua gue seneng ngeliat gue gak akur soalnya pasti gue bakal debat sampai Papa negur. Gue selalu goda dia kalau dia cerita tentang temen-temen ceweknya, dia orangnya pinter banget, Ra. Gue merasa kehilangan banget bahkan gue udah kayak mau mati juga saking malesnya ngerawat diri cuman kangen sama dia sama cerewetnya, Ra." Ujarnya lirih tiba-tiba dia memelukku aku yang awalnya tegang langsung membalas pelukannya sambil mengusap rambut halusnya "Udah nangis aja, cowok juga manusia keluarin semuanya, R," Jawabku sambil menepuk pundaknya. Dia langsung mengangkat wajahnya sambil mengusap airmatanya "Makasi ya semenjak gue ketemu sama lo gue ngerasa berubah, Ra, gue jadi bisa nikmatin hari-hari gue gak kayak dulu kerjaan gue cuman diem di kantor terus sampe berlarut-larut. Gue minta satu hal sama lo boleh gak Ra?" Mohonnya sambil tersenyum, kesedihan terlihat sekali dimatanya.

Aku yang dimintai permohonan tersebut hanya mengangguk "Lo mau minta apa? Asal jangan yang aneh-aneh ya," Cibirku kepadanya.

"Gue minta lo terbuka sama gue dan jadi temen lo yang selalu ada buat lo, Ra, gue tau mungkin punya masa lalu yang buat lo jadi orang dingin, tapi gue bakal selalu ada buat lo," Mohonnya yang seketika membuat aku tegang langsung menetralkan ekspresiku sambil tersenyum kepadanya lalu mengangguk "Gue bakal coba buat terbuka sama lo, gue juga ngerasa nyaman sama lo semoga gue bisa ya. Dari kemarin juga gue nganggep lo temen deket kali,"

Vando hanya mengangguk lalu menggandeng tanganku ke Danau dekat dengan kebun teh. "Gimana kalau kita buang masa lalu kita?" Anggep sebagai kenangan. Lalu dia memberikan aku batu "Anggep aja batu itu masa lalu terus buang sejauh mungkin lalu anggep semua masa lalu itu hanya kenangan, kenangan indah yang gak akan pernah terlupakan." Aku hanya mengangguk lalu mengambil batu tersebut membuangnya sambil menjerit didalam hati "I'll missing you Tata!"

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang