SL 23

2.3K 92 0
                                    

Author Pov

Nara yang mendengar suara keras tersebut dan Nara menemukan kedua orang tuaku didepanku sedang menatap Nara dan Nata dengan tajam. Nara langsung nyengir tidak jelas sedangkan Nata langsung bangkit dan menghampiri Bunda Nara.

Nata menggaruk tengkungnya yang tida gatal "Maaf, Bun. Tadi cuma sebentar aja kok," Nata cengegesan sambil menggaruk tengkungnya.

"Wah lama tidak juga gak masalah. Kita mengerti kok kan anak muda, cuma tadi Bunda ketok pintu gak didengar dan gak ada bukain syukur pintunya depan gak dikunci. Silahkan dilanjutin, lamain ya," Bunda menggoda mereka berdua sambil berlalu sedangkan Ayah Nara langsung menepuk pundak Nata "Kami mengerti kok, kita tidak akan marah," Ayah Nara sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Nara yang sedang duduk disofa "Ayah!!!" Nara meneriaki Ayahnya dengan kencang sampai Nata menutup telinganya.

Nara langsung menghampiri Nata "Bunda sama Ayah emang aneh deh, kamu mandi dulu gih. Bentar kita carik makan diluar saja yuk," Nara mengajak Nata, yang langsung dibalas anggukan oleh Nata dan mencium pipi Nara sekilas langsung ngacir masuk kedalam kamar tamu.

"Ihh Nata!!!" Nara berteriak keras untuk kedua kalinya sambil diam - diam senyum senyum dan menutup rona merah di pipinya.

Nara yang saat ini sedang menunggu Nata yang sedang bersiap - siap untuk pergi ke pasar malam didesa ini mencari makan malam. Nara sudah siap dengan celana jeans hitam, baju kaos putih dibalut cardigan dan sandal jepit.

"Ayo, Sayang. Kita malam ini makan banyak," Nata menepuk perutnya yang datar karena kelaperan.

Nara melihat Nata yang keluar dari rumah dengan penampilan yang dapat memikat gadis - gadis desa disini dan untuk malam ini Nata sama sekali tidak terlihat pucat.

"Hei," Nata langsung menepuk pundak Nara karena Nara hanya terbengong melihatnya.

"Haaa .. iya iya, ayo," Nara langsung mengambil tangan Nata yang tadi dipundak Nara. Diam - diam Nata tersenyum melihat kelakuan Nara yang membuatnya gemas.

Nata hanya terkekeh melihat tingkah laku Nara yang seperti melihat apa saja. Nata menikmati suasana desa sejuk disini, Nata berpikir siapa tau saja ini kesempatan terakhir dia mengunjungi keluarga Nara disini. Nata mencoba untuk melupakan penyakitnya untuk sekarang malam ini saja.

"Gimana kalau kita naik itu saja dulu? Nanti kita makan," Nara menunjuk salah satu wahana yang sangat banyak peminatnya seketika Nata langsung mengangguk dan tersenyum senang.

"Naik bianglala? Ayo, aku mau sekali," Nata terlihat sangat antusias sambil melihat wahana tersebut. Nara yang mendengar jawaban Nata langsung menarik tangan Nata sambil berlari ke arah tiket untuk wahana tersebut.

"Ayo, kamu masuk duluan sana," Nata tersenyum kepada Nara dan dia menyusul masuk kedalam.

"Coba aja setiap hari kita bisa kayak gini ya, Ta," Nata langsung tersenyum dan melihat gadis cantiknya yang hari ini tersenyum lebih banyak karenanya.

"Tentu tidak bisa. Nikmati saja malam ini bersama aku, selagi aku masih bersamamu," Nara langsung mengangguk senang dan merapatkan tubuhnya kepada Nata.

"Tentu! Tentu kamu akan selalu bersamaku, memangnya kalau kamu tidak bersamaku kamu mau kemana?"

"Kalau aku tidak bersamamu, kamu lihat saja bintang itu aku pasti akan menjadi salah satu bintang itu," Nara meringis karena mengerti maksud Nata yang sedang menunjuk salah satu bintang diatas.

Nara yang memandang Nata dengan tatapan sendu "Kamu akan selalu menjadi bintangku bersamaku disini," Nara langsung menaruh tangannya di dadanya.

Nata tersenyum mendengar jawaban Nara, jawaban yang tentu saja mulai sekarang yang berarti gimanapun keadaan Nata nanti dia mencoba untuk ikhlas.

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang