SL 22

2.5K 103 1
                                    

Nara Pov

Aku melangkahkan kakiku menuju ruangan depan bersama Kakakku tersayang walau tadi dia sangat emosi ketika mendengar nama Nata disebut, aku tau dia emosi karena dulu Nata meninggalkanku bersama Raka yang sangat tidak bisa dipercaya perbuatannya. Aku mencoba menenangkan dan menceritakan semuanya kepada Kak Key dan akhirnya Kak Key berusaha untuk mengendalikan emosinya mungkin karena tidak menyangka Nata mempunyai penyakit seperti itu apalagi ketika aku menceritakan kepada Bunda, Bunda sangat shock dan mendoakan Nata, aku benar - benar takut kehilangan Nata.

"Hallo semua aku bawa cewek cantik nih," Ucap seseorang disebelahku yang tak lain adalah Kak Keynan.

"Ih dasar udah tua masih aja alay." Ucapku sambil meninju perutnya yang datar lalu berlari ke arah Bunda sebelum diberi balasan oleh Kakakku itu. Aku melihat Nata yang sedang tersenyum duduk disamping Ayah.

"Tua apaan, masih 25 tahun gini masih matang, Adikku." Ucapnya dengan senyum yang mengembang, aku hanya mencibirnya.

"Hallo Key, apa kabar?" Ucap Nata sambil tersenyum kepada Kak Key sedangkan Kak Key langsung menghampiri Nata dan menepuk pundaknya "Gue baik aja, lo gimana?"

Nata hanya tersenyum "Gue baik - baik aja." Kak Keynan hanya mengangguk lalu duduk disamping Bunda.

Kita berlima terlarut dalam percakapan yang didominasi oleh Kakakku yang sangat amat jahil sedangkan Ayah dan Bundaku kangen - kangenan dengan Nata yang baru saja mampir kesini setelah sekian lama menghilang. Memang dari dulu Nata sangat dekat dengan keluargaku apalagi dengan Ayah yang selalu dia temani dengan main catur lalu berbincang tentang musik kesukaan mereka berdua yang kebetulan sama, sedangkan dengan Bunda, Nata akan membincarakan tentang masakan - masakan baru entah kenapa aku melupakan satu fakta dari dulu Nata memang pintar memasak. Aku menemukan semuanya pada sosok Nata tetapi kenapa saat ini dia harus dihadapkan pada penyakit yang sangat ganas tersebut.

Tiba - tiba aku mendengar seseorang nyeletuk yang langsung membuat suasana tegang "Kata Nara lo sakit ya? Gimana sekarang?" Ucap seseorang yang selalu membuat suasana mencekam. Aku melihat muka Nata yang awalnya menegang lalu tersenyum "Gue gak apa - apa."

"Apa bener kamu gak apa - apa, Nata?" Ah Bundaku satu ini memang sangat mengkhawatirkan Nata.

"Memangnya kamu sakit apa, Ta?" Tanya Ayahku sambil memandang Nata yang sedang tersenyum dengan wajah tirusnya. Aku sedih melihat ini bisakah percakapan ini dihentikan saja.

"Kadang - kadang ya gitu Bun sakit kepala tapi mimisannya jarang kok. Sakit ringan kok, Yah. Gak ada yang perlu dikhawatirkan," Ucap Nata dengan tenang. Apa katanya penyakit ringan? Dasar manusia sok kuat.

"Apanya yang ringan? Tumor Otak udah ganas terus nyebar dan sekarang kumat lagi dibilang ringan? Gak usah sok kuat, harusnya tuh bisa mengkhawatirkan diri sendiri." Ucapku dengan emosi dan langsung meninggalkan ruangan tersebut. Aku bisa mendengar Ayah meneriaki namaku, aku tidak peduli lalu berlari ke kamar dan menguncinya karena aku ingin menangis.

Tidak bisakah dia mementingkan dirinya?

Tidak bisakah dia menghargai orang yang peduli kepadanya?

Salahkah aku membentak seperti itu?

Aku hanya ingin dia tau dia sangat berarti untukku, aku hanya ingin selalu ada disampingnya saat dia sakit seperti ini. Tetapi apa? Dia tidak pernah terus terang dengan sakit yang dia rasakan. Aku kecewa. Aku menangis sekeras - kerasnya dan duduk di balkon depan kamar sambil melihat langit yang sudah berubah menjadi warna jingga.

Aku tidak tau sudah berapa lama aku hanya melihat langit yang berubah warna menjadi gelap dari jingga. Aku mendengar sebuah ketukan dari pintu kamarku.

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang