SL 33

4.4K 98 4
                                    

Nara melihat punggung laki - laki yang sangat tegap. Dia tersenyum puas saat lelaki itu sudah sampai di sini sedangkan Vando sudah mendengar tanda alarm bahaya. Beda dengan Bi Sumi yang sudah senyum - senyum sendiri.

Nara meletakkan tangannya di bahu lelaki tersebut seketika membuat lelaki tersebut berbalik badan dan tersenyum. Vando yang tadinya merasa tegar langsung melemas sedangkan Bi Sumi langsung diam di samping Nara.

"Ini kado yang kamu minta dari Kinan, kan?" Nara mengangguk.

"Ayo, duduk dulu, Kak." Keynan langsung kembali duduk sedangkan Vando tetap berdiri lemas di depannya.

"R, kamu ngapain di sana? Lemes banget lagi," Keynan terkekeh sedangkan Vando menggaruk tengkungnya.

"Abis aku kira Vano dateng ke sini ternyata Keynan." Nara langsung memicingkan matanya.

"Kakak besok ke pernikahannya Kinan?" Keynan mengangguk.

"Iya, Dek. Nanti berangkat bareng Ayah, Bunda dari Bogor."

"Nginep di sini aja, Nan. Kasian lo bolak - balik Bogor Jakarta." Keynan menggeleng.

"Gak deh, udah biasa gue mah bolak - balik Jakarta." Vando mengangguk.

Mereka berbincang saat lama tentang usaha - usaha yang di jalankan Keynan dan perusahaan yang di jalankan oleh Vando. Tentang keluarga Vando yang masih menetap di Bali.

"Dek, Kakak balik ya hati hati sama Vando," Keynan langsung mengecup kening Nara.

Vando mendengus kesal "Hati - hati, Nan. Ada lo aman paling lecet dikit,"

Nara mengerti apa yang di maksud Vando langsung menatap tajam Vando. Keynan hanya terkekeh lalu mengacak rambut Nara.

"Bi, saya balik dulu ya ke Bogor. Makasih udah bantu jaga adik saya." Bi Sumi hanya mengangguk karena lebih memilih lihat wajah Keynan.

Keynan telah melangkah ke luar lalu masuk ke dalam mobilnya. Vando dan Nara melambai dari rumah Vando.

"Bi Sumi kenapa?" Nara melihat Bi Sumi hanya senyum - senyum sendiri.

"Aduh, Nak. Kakaknya kasep pisan, udah punya pacar belum?"

Nara menggeleng "Wah buat saya boleh, Nak?"

Vando langsung tertawa seketika "Bi, awas di marah Mang Jo."

Bi Sumi hanya mencebik kesal. Vando dan Nara kembali ke dalam. Vando tersenyum dia merasa seperti sudah berumah tangga dengan Nara.

Nara masuk ke dalam kamarnya sambil membaya kado yang diberi oleh Kinan. Nara membuka kado tersebut dengan hati - hati dan terlihat kotak. Ternyata ada sebuah short dress berawarna biru, Nara tersenyum lalu mencoba dress tersebut.

"Nara! Turun makan siang du-" Belum sempat Vando meneruskan Vando melihat Nara keluar dari kamar mandi dengan dress yang membuat Nara semakin sexy dan menawan. Vando meneguk salivanya.

Nara yang baru keluar dari kamar mandi langsung melihat Vando yang bengong dengan mukanya yang nongol di pintu. Nara menyadari apa yang membuat Vando bengong langsung mentup pintunya.

"Nara turun ganti baju kalau gak ganti baju, bisa - bisa kamu yang aku makan.
Rawrr." Vando menggoda Nara bergidik ngeri langsung bergegas mengganti dressnya.

"Bisa gak sih kalau mau ke kamar dulu ketok pintu. Untung aku ganti bajunya di kamar mandi kalau gak," Nara mendelik tajam ke arah Vando yang sedang memakan lahap makannya.

"Itu lebih menguntungkan buat aku," Vando mengidpkan matanya ke arah Nara.

"Untung apa? Dasar lelaki mata keranjang,"

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang