SL 29

2.5K 107 0
                                    

Vando melangkahi kakinya menyusuri rerumputan yang beruju dengan hamparan bunga daisy. Bunga yang sangat disukai oleh Nara. Dia tidak ingat bukannya dia tadi kecelakaan lalu bagaiman bisa berada dihamparan rumput yang luas.

Saat melangkahkan kakinya mendekati taman bunga tersebut langkahnya terhenti saat melihat seorang lelaki yang tampak dia kenal dari belakang. Dia menghampiri lelaki tersebut, saat ingin menyapanya lelaki tersebut sudah membalikkan badannya. Vando tercekat tidak bisa berbicara apapun saat melihat lelaki ini.

"Na..ta ya Nata kan?" Nata tersenyum lalu menyuruh Vando untuk duduk disampingnya.

"Kenapa gue disini, Ta? Terakhir gue inget gue kecelakaan tapi tiba - tiba udah disini." Vando menghela nafasnya.

"Tempat lo emang bukan disini, Do. Balik dan denger seseorang yang menyebut nama lo dengan tulus. Dia menyesal," Vando mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Tapi dia butuh lo bukan gue, Ta." Nata menepuk pundak Vando dan menggeleng.

"Yang jelas dia lebih membutuhkan lo di saat gue gak bisa balik ke sana buat nemenin dia, Ta."

"Inget, Do. Lo harus balik, berjanjilah buat jaga dia buat dia mencintai lo. I trust you, Do."

Vando mengangguk lalu berniat mengambil bunga saat membalikan badannya dia tidak menemui Nata disana. Dia memanggil dan meneriakkan nama Nata tetapi Nata tetap tidak muncul yang terdengar ditelinganya sekarang adalah suara lembut dari orang yang dia cintai. Tetapi perlahan suara itu menjadi tangisan. Ada apa itu? Apa dia sekarang pergi meninggalkan orang yang dia cintai?

***

Sudah sebulan Vando sedang dalam keadaan koma sudah sebulan juga lamanya Nara selalu bolak balik kerumah sakit hanya untuk menunggui Vando. Dia selalu menceritakan apapun kepada Vando, menumpahkan segala kesedihan melihat Vando seperti ini dan keinginan untuk Vando sadar. Nara selalu menemani Vando sambil menulis skripsinya kadang - kadang Kinan menemaninya dan Kak Keynan juga.

Hari ini entah kenapa Nara ingin lebih pagi menemui Vando. Nara memasuki ruangan yang sudah dia hafal selama sebulan melihat Vando yang masih terbaring lemah.

"Ar! Bangun dong, apa kamu gak kangen sama aku? Aku kangen digodain kamu lho. Aku kesepian banget, jangan tinggalin aku ya seperti Nata meninggalkanku. Aku bawain kamu buah kesukaan kamu nih, aku juga bawa bunga daisy bunga yang pernah kamu kasik dulu ke aku. Maafin aku ya, R. Selama ini aku selalu tidak menganggapmu ada padahal jauh didalam hatiku aku merasa nyaman saat kamu memelukku. Bisakah kamu bangun? Dan peluk aku? Menenangiku seperti biasanya?" Nara mengutarakan semua isi hatinya kepada Vando sambil memegang tangan orang yang selalu membuatnya nyaman.

Saat Nara ingin terlelap dengan tangan Vando tetap dipegangnya, Nara mendengar suara yang membuat air matanya turun dan melihat monitor jantung yang sudah lurus.

Tittttt

Nara segera memencet tombol dan keluar dari ruangan berteriak agar ada Dokter menghampirinya jam 7 pagi seperti ini. Dokter dan suster tergopoh - gopoh menghampirinya lalu memeriksa Vando. Dokter tersebut meminta Nara untuk tinggal di depan sedangkan Dokter dan suster didalam.

Nara terus berdoa dalam hatinya agar Vando tidak pergi meninggalkannya secepat ini.

Dokter keluar sambil menghampirk Nara "Bagaimana keadaan Vando, Dok?" Dokter tersebut tersenyum menatap Nara "Vando sudah sadarkan diri, hanya saja kondisinya masih lemah." Nara tersenyum lalu mengangguk dan masuk ke dalam ruangan tersebut melihat Vando yang sedang terbaring menatap ke arahnya sambil tersenyum.

"Mau minum?" Vando mengangguk tak lupa senyumannya yang dari tadi membingkai wajahnya karena Nara berada di sisinya.

"Udah enakan? Gimana sih rasanya koma sebulan?" Nara bertanya sambil menggenggam tangan Vando.

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang