SL 17

3.1K 133 0
                                    

Vando yang saat ini sedang mengumpat kesal dirinya karena menjauhkan Nara. Vando merasa malu karena perkataannya yang tiba-tiba itu. Dia merasa malu lalu menjauhi Nara sudah 2 hari walaupun 2 hari tetapi Vando tidak membohongi dirinya sendiri bahwa dia sangat merindukan, Nara. Vando berniat menghampiri Nara di Cafe tetapi ternyata Nara tidak bekerja dari kemarin.

Kemana perginya, Nara?

Vando langsung bergegas menelpon Nara berkali-kali tetapi hasilnya nihil hanya terdengar suara operator diseberang sana. Vando tidak mengetahui nomer ponsel sahabatnya Nara yaitu Kinan. Dia langsung merutuki dirinya karena menjauhi Nara.

Vando langsung menancap gasnya menuju kost Nara. Saat sesampai di kost Nara dia langsung mengetuk pintu Nara. Pintu kost Nara terbuka tetapi bukan Nara yang keluar melainkan Kinan.

"Lo nyarik Nara kan? Dia gak disini," Ucap Kinan sambil tersenyum dan menyuruh Vando masuk ke ruangan kost Nara.

"Terus dia dimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Vando cemas karena tidak melihat Nara di kostnya.

"Dirumah sakit dan dia baik-baik aja. Bukan dia yang sakit tapi Nata. Penyakitnya kambuh." Ucapnya meringis. "Gue mau kesana ngasik bajunya, lo mau bareng?"

Vando langsung mengangguk dan membantu Kinan memasukkan tas ransel Nara ke kursi penumpang belakang.

Mereka sudah 1 jam didalam perjalanan. Vando merutuki dirinya sendiri. Coba saja dia tidak menjauhi Nara mungkin saja Nara akan minta bantuan kepadanya.

"Nara itu sebenernya suka sama lo, sayang bahkan mungkin cinta. Tapi dia belum nyadar aja, lo yang sabar ya. Emang berat apalagi ngeliat Nata yang keadaannya begini, dia cuman pengen disamping Nata aja."!Ujar Kinan tiba - tiba dengan tersenyum.

"A-apa gue masih ada kesempatan?" Tanya Vando cicit.

"Selalu ada kesempatan, selagi lo berusaha, Do. Kalau semua cewek diposisi Nara pasti sangat sulit. Gue tau dia, dia sahabat gue."

"Makasi ya, Nan. Mungkin gue bakal lebih berusaha lagi."

Kinan hanya mengangguk dan dia selalu berdoa supaya sahabatnya akan selalu dimudahkan jalannya.

Vando merasa pegal sudah berjam-jam dimobil akhirnya keluar sudah merengangkan otot - ototnya. Vando langsung melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir jam subuh. Vando langsung mengikuti langkah Kinan yang bertanya kepada suster lalu langkah Kinan berhenti pada sebuah ruangan. Kinan membukanya lalu menyuruh Vando masuk duluan.

Seketika hati Vando mencelos melihat pandangannya terpaku pada pasangan terlihat tangan cewek menggenggam tangan cowok itu lalu cowok membalas genggaman tangan tersebut. Dengan hati-hati Vando dan Kinan menaruh semua barangnya lalu Vando menyuruh Kinan untuk istirahat sedangkan Vando keluar ruangan untuk istirahat di kursi didepan ruangan.

Gue harus ngerti kalau Nata lebih membutuhkan Nara ketimbang dirinya, batin Vando.

Vando langsung merebahkan tubuhnya sedikit di kursi walaupun besok pagi dia akan sedikit pegal dibagian lehernya.

***

Nara bangun dari tidur terlelapnya disamping Nata. Dia langsung tersenyum mendapati wajah Nata yang terlihat lebih tampan dari 3 tahun yang lalu. Nata dengan hidung mancungnya, alisnya yang tebal, bulu mata yang lentik, dan bibir yang biasanya merah kini sudah memucat seketika Nara langsung merasakan sakit melihat Nata seperti ini. Dia langsung mengecup pelan kening Nata sambil mengucapkan "Selamat Pagi."

Kenapa harus Nata ya tuhan, dia orang yang sakit baik, batin Nara.

Ketika Nara bangun dari duduknya, dia langsung menoleh ke arah sofa yang sedang ditiduri sahabatnya. Nara tidak berniat membangunkan sahabatnya karena Nara tau mungkin sahabatnya baru sampai subuh tadi. Nara kini berniat untuk ke kantin Rumah Sakit karena perutnya dari tadi malam belum berisi apa-apa. Ketika Nara menutup pintu dengan pelan, dia terkejut melihat seseorang yang tidak dikiranya akan kesini sedang tidur dikursi. Nara langsung meringis betapa sakitnya leher itu.

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang