SL 35 - END

7K 120 1
                                    

Seminggu lagi acara pernikahan mereka. Baik Vando atau Nara merasakan hatinya gelisah bukan karena dia memikirkan Vando orang yang tepat atau bukan tetapi dia memikirkan apakah seminggu lagi waktu acara pernikahan mereka akan berjalan lancar, Nara berdoa selalu agar acara pernikahan mereka lancar - lancar saja.

"Bun! Aku minta ijin bentar ya ke suatu tempat?" Bundanya mengerutkan keningnya memberi tatapan curiga.

"Gak, Bun! Aku gak akan ketemu Vando," Bundanya nyengir tidak jelas karena Nara bisa menebak kecurigaannya terhadap anaknya.

"Terus kamu mau kemana?" Bundanya mentapnya seperti polisi sedang mengintrogasi maling.

"Mau ke makam Nata!" Lagi - lagi Naa melihat mata Bundanya menatapnya curiga.

"Aku gak akan berubah pikiran gak nikah sama Vando lalu nunggu Nata hidup lagi. Ya walaupun aku masih cinta sama Nata." Nara langsung pergi setelah memeletkan lidahnya.

"Nara! Awas kamu ya! Bunda bilangin Vando." Bundanya beteriak sampai suaranya kedengaran sampai halaman.

Nara langsung masuk ke dalam taxi yang sudah di pesannya lalu menengkan dirinya. Akhir - akhir Ayah, Bunda dan Keynan memperketat penjagaan Nara setelah melaksanakan pingitan. Pernah sewaktu Vando datang dan mengetok di jendelanya, dia menyuruh Vando masuk dan berteduh apa lagi di luar hujan. Saat itu dia menyuruh Vando mengganti bajunya, saat Vando melepaskan bajunya yang masih basah dan Bundanya masuk beteriak.

"ASTAGFIRULLAH AYAH! Bunda gak lihat sumpah, Bunda khilaf. Bunda gak demen brondong kok."

Dari saat itu semua bagian keluarga Nara dan Vando memberikan penjagaan ketat kepada mereka.

Lamuannya terbuyar saat handphone Nara berbunyi dan tertera nama Vandpo di layar. Nara tersenyum dan langsung menganggkatnya.

"Sayang..." Nada Vando terdengar manja.

"Dasar manja.."

"Aku kangen, ayo ketemu."

"Mau Bunda teriak - teriak lagi?"

"Aku ladenin Bunda teriak atau mukul aku, yang penting aku ketemu kamu. Rasanya gak kuat gak ketemu kamu sehari."

"Vandoo ... kamu alay kayak bocah SMP."

"Naraaa ... ketawa kamu renyah banget buat akang gemes."

Nara masih ketawa "Emangnya aku dedek gemes apa.."

"Ngegemesin jadi pengen akang remes.."

"Eh? Vando! Ambigu."

Nara mendengar Vando tertawa di seberang sana dan Nara mendengar Vando tidak tertawa sendiri "Kamu sama siapa?! Ih Vando aku malu."

"Sama David. Udah mau jadi istriku masih aja malu."

"Gak jadi deh aku mau nikah sama kamu! Belum jadi istri udah di buat malu.."

"Uuu Tayang.. Jangan ngambek dong sini akang Vando cup."

"Kamu puasa sebulan!"

"Jahat banget calon istriku."

"Emang enak.."

"Dedek jahat!"

"Aku tutup bentar ya, R."

Setelah sopir taxi mengatakan sampai sia segera keluar dan menyuruh taxinya untuk menunggu lalu menyusuri kebururan yang sampai sekarang dia tidak suka. Karena di sana tempat orang yang dia cintai terkubur dengan kenangannya dan membuat dia tidak bisa bertatap muka.

Dia berhenti di nisan yang bertuliskan nama Nata. Dia mengecup dan mengelus pelan nisan orang di sayangnya.

"Apa kabar, Ta? Aku ke sini karena kangen sama kamu. Biasa ketemu setiap hari ngobrol tatap muka eh sekarang cuman beberapa kali ngobrol itu pun tanpa aku ngeliat kamu."

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang