SL 28

2.3K 105 0
                                    

Vando langsung menancap gas mencari Nara mengelilingi daerah Bogor walaupun dia tidak tahu daerah Bogor tapi dia akan tetap melakukannya demi Nara seorang. Sudah selama 2 jam Vando mencari tetapi hasilnya tetap nihil. Hanya satu tempat yang dia belum cari, walaupun tempat itu jauh dari Bogor dia tetap menancapkan gasnya.

Mobil berhenti tepat di tempat istirahat terakhir orang yang sangat dicintai Nara. Tetapi tetap saja nihil, Nara tidak ada disana. Vando langsung duduk dan menaburi bunga yang sempat dia beli di depan.

"Ta, kayaknya gue gagal bakal ngebuat Nara jatuh cinta, dia terlalu jatuh sama lo perasaannya dalem banget. Tapi gue bakal tetep jagain dia bagaimanapun dia orang yang sangat gue cinta. Lo tenang disana ya, Ta. Tolong bantu gue juga," Vando tertawa hambar walaupun dia merasakan air mata jatuh dari pelupuknya yang ditahan dari tadi.

Drt Drt Drtt

Vando langsung bangkit dan meninggalkan makam Nata.

"Hallo Nan, gimana Nara?"

"Belum ketemu, gue sama keluarga udah keliling nyarik gak ketemu. Lo belum juga ya?"

"Belum, bahkan gue balik ke Jakarta tapi tetap aja gak ada Nara."

"Buat apa lo ke Jakarta?"

"Nyarik Naralah! Di pemakaman Nata, Nan."

Keynan menghembuskan nafasnya. Dia sudah tidak tau tempat kemana adiknya pergi.

"Yaudah lo balik aja ke rumah mumpung udah di Jakarta. Besok aja lagi, Do. Oh ya, makasi ya, Do."

Aku tersenyum "Kayaknya gue ke Bogor aja ya. Boleh kan, Nan? Nara orang yang gue cinta wajar aja gue gini."

Tanpa Vando tau Keynan tengah tersenyum karena Adiknya dikelilingi oleh orang - orang yang sangat mencintai Adiknya.

"Terserah lo, Do. Ah gue lupa, Kinan ada di sini tadi baru aja dateng."

"Oke,"

Vando langsung mematikan telfonnya dan mencapkan gasnya pergi ke Bogor. Dia hanya takut gadis yang dia cintai kenapa - kenapa. Dia tidak tau kemana gadisnya pergi.

Entah perasaan apa yang mendorong Vando untuk menepikan mobilnya ditempat Vando menemukan bunga daisy yang pernah Nara berikan kepadanya dan yang dia berikan kepada Nara.

Vando tersenyum melihat gadis itu duduk sambil melipat kedua kakinya lalu membenamkan wajahnya, membiarkan rambut panjangnya terurai diterpa angin sore.

"Bunganya cantik ya. Jangan nunduk gitu," Vando duduk di sebelah Nara sambil memandang hamparan bunga daisy tersebut.

Nara hanya menoleh lalu mengangguk sedikit walaupun begitu Vando melihatnya.

"Kita pulang aja ya, udah malem nih." Nara langsung menggeleng.

"Kenapa? Apa kamu mau membuat keluarga kamu semakin cemas, mereka menyayangimu, Ra. Nata pasti sedih melihat kamu terpuruk seperti ini," Vando menoleh ke arah gadis yang sangat cantik selalu "Nata bakal gak tenang. Kamu ingetkan janji kamu sama dia buat belajar ngikhlasin dia pelan - pelan. Dia udah gak ada disini tapi dia akan selalu ada disini didalam hati kamu semua kenangan Nata terkunci rapat disana."

Nara langsung termenung, membiarkan wajahnya basah dengan air mata yang selalu dia tumpahkan hanya karena mendengar nama Nata yang di atas sana.

Apa kamu udah tenang disana? Apa aku membuat kamu khawatir? Aku akan belajar mengikhlaskanmu, tapi dengan pelan - pelan, batin Nara.

Tiba - tiba saja Nara berdiri dengan sigap Vando mengikuti Nara yang berjalan ke arah mobilnya dan dengan cekatan Vando membuka mobilnya tepat Nara langsung masuk kedalam. Senyum tulus terukir di wajah Vando.

Sincerity and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang