Broken Heart

18.2K 357 4
                                    

Happy Reading guyss...

****

ARIANI POV

Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa besok adalah hari pernikahanku bersama Kak Faris (lagi). Aku pernah merasakan ini sebelumnya, tapi entah kenapa hatiku masih saja deg deg-an seperti pertama kali aku merasakan menikah.

Hanya saja yang berbeda adalah tidak ada Ayah dan Bunda disini. Aku membuang nafas pelan. "Aku kangen Ayah sama Bunda." Ucapku pelan

TOK

TOK

TOK

"Masuk." Ucapku

"De?" Ternyata Kak Nisa yang mengetuk pintu.

"Kenapa Kak?"

"Ada telpon dibawah. Dia nanyain lu"

"Dari siapa?"

"Ga tau. Katanya gue suruh panggilin lu dulu"

"Yaudah Yuk." Aku dan Kak Nisa pun turun kebawah. Aku menuju telpon rumah dan mengangkat telpon tersebut.

"Ya Halo?"

"Ar, kamu besok mau nikah sama Faris kan? Jangan Ar, aku sayang sama kamu. Kamu nikah aja sama aku ya."

"Ini siapa?"

"Rendy Ar."

"Mau ngapain sih lu telpon gue lagi? Buang buang waktu gue tau ga?"

"Gue minta maaf sama kejadian yang lalu. Tapi gue sekarang udah berubah Ar. Gue udah ga kaya Rendy yang lu kenal waktu SMA. Gue sayang sama lu Ar."

"Sayangnya gue ga peduli tuh." Akupun memutuskan sambungan sepihak.

"Jadi si brengsek itu yang telpon?"

"Iya." Terlihat sangat jelas di wajah Kak Nisa aura amarah.

"Tenang Kak. Dia ga bakal berbuat macem macem kok." Kak Nisa pun mengangguk. Tiba tiba handphone ku berbunyi. Aku pun melihat telpon tersebut.

Si UPILL(Fanny) calling...

Hanya itu yang tertera di layar handphone ku. Akupun mengangkat telpon tersebut.

"Haloo Ar... Ar.." Ucapnya panik

"Iya. Kenapa? Kenapa panik gitu dah?"

"Ar, kesini buruan. Gue.. Kak Faris.. itu.. dia.. cewek.. tadi..itu..cium.. ihh ngomong apaan sih gue." Ucapnya kesal

"Coba tenang dulu Fan. Kenapa Kak Faris? Cewek? Apaan?"

"Kesini cepet sekarang.. buruan.. sekarang..gue nih kaget.. shock.." itulah Fanny kalo panik ngomongnya ngelantur. Gak jelas.

"Iya iya. Lu dimana?"

"Dilema cafe. Ehh Cafe Delima. Cepetan!!"

"Iya bawel." Ucapku.

Akupun memutuskan sambungan tersebut. Dan menatap Kak Nisa yang menahan tawa. "Si Fanny kalo telpon harus teriak teriak gitu ya? Kedengeran sama gue walaupun lu ga nyalain speaker tetep aja kedengeran. Mana ngomongnya kebalik balik gitu. Kocak."

"Tau tuh. Udah ya Kak. Gue jalan dulu."

"Iya hati hati."

"Ya. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam."

Akupun berjalan menaiki mobilku dan segera menuju Cafe tersebut. Diperjalanan Fanny terus menelponku. Berkali kali. Tapi tidak aku angkat. Karna pasti dia hanya bilang

Perjodohan Indah [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang