Tiga belas

5.7K 213 3
                                    


Adzra pov

Ketika aku baru pulang dari rumah sahabatku ternyata ayah dan bunda sudah menungguku di ruang tamu aku yang bingung mengapa mereka tumben menungguku pulang

"Assalamualaikum" aku lalu mencium punggung tangan kedua orang tuaku

"Waalaikumsalam, ayah mau ngomong Ra sama kamu" papa mengucapkannya dengan serius tumben sekali ia seserius itu

"Ngomong apaan sih?" Jantungku mulai berpacu dengan sangat cepat tetapi aku langsung mengontrol detak jantungku dan langsung duduk di samping bunda

Bunda yang kurasa tau bahwa aku sangat tegang langsung merangkul pundakku dan mengusapnya perlahan

"Ayah gak mau banyak ngomong sekarang kamukan sudah besar ayah mau kamu untuk segera menikah Ra" ayah lalu menatap mataku seakan memohon untuk mengiyakan permintaannya

Aku menarik napas panjang lalu kubuang dengan perlahan "Ara belom tau Yah soalnya ini menyangkut masa depan Ara dan Ara gak mau hancur di tengah jalan jadi kasih Ara waktu ya" aku tersenyum dipaksakan kearahnya karena aku merasa tak enak dan juga merasa bersalah

"Ayah kasih waktu kamu satu hari besok kamu sudah harus menentukan pilihanmu, ayah tau pilihanmu yang terbaik Ra" ayah lalu pergi meninggalkanku di ruang tamu

"Bun kenapa Ara di jodohin?" Tanyaku pasrah ke arah bunda

"Maaf ya sayang bunda gak bisa bantu apa apa karena menurut kami dia jodoh yang terbaik untuk kamu nak" mama merangkul pundakku lagi dan aku langsung bersandar dipundaknya

"Tapi kenapa Ara bun? Kenapa gak Mas Ezra aja" aku mulai mengeluarkan air mata yang dari tadi sudah kutahan mati matian

"Kamu kan tau kalo masmu itu lagi ngurusin perusahaan di luar kota dan kamu juga tau kalo dia udah punya pacar gimana sih kamu" bunda mengelus rambutku dengan sayang

"Udah ah jangan nangis makin jelek kamu kalo nangis gitu pokoknya bunda akan terima apapun jawaban kamu" tambahnya lagi lalu berdiri dan meninggalkanku sendirian di ruang tamu

Aku langsung berlari menuju kamarku dan menangis sepuasnya disana tanpa kusadari ada seseorang yang berdiri dibelakangku sedang memperhatikanku sedari tadi

"Kak?" Orang itu mulai mendekatiku perlahan

"Ngapain kamu disini sana gih kakak lagi gak pengen diganggu" kataku sesenggukan dari balik bantal

"Kakak kenapa sih?" Ia mulai mendekat kearahku dan duduk di pinggir ranjang

"Kakak gak papa sayang sana gih ke kamar udah malem Rena kan besok sekolah" aku mengusap kepalanya pelan lalu tersenyum semanis yang kubisa

"Tapi Rena mau bobo sama kakak boleh gak?" Tanyanya lucu sambil menampilkan mata memohon ala Rena

"No sayang kakak lagi mau sendiri yuk kakak anter ke kamar Rena" ia pun akhirnya mengangguk setuju dan langsung kugenggam tangannya dan berjalan menuju kamarnya

"Udah ya Rena harus bobo udah malem good night sayang" aku mengecup keningnya dan langsung keluar dari kamarnya

Setelah mengantarkan Rena ke kamarnya aku langsung ke kamarku dan langsung memejamkan mataku masuk ke alam mimpi

***
Hari ini adalah hari keputusanku apakah akan menerima perjodoha ini atau tidak. Tetapi aku sudah memutuskan untuk menerima perjodohan ini semalam karena aku tidak ingin mengecewakan ayah dan bunda tercintaku

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan aku masih betah bergelung didalam selimut tebalku.

Bunda mengetuk pintu kamarku beberapa kali, karena tidak mendengar jawaban dariku bunda langsung membuka pintunya dan langsung duduk di pinggir tempat tidurku

Bunda menggoyang goyangkan bahuku pelan "Kak bangun ayah sama bunda tunggu di bawah ya pokoknya dandannya yang cantik dan kami akan menerima semua keputusanmu" setelah mengatakan itu bunda langsung keluar dari kamarku

Aku langsung terbangun setelah kudengar pintu kamarku tertutup dengan sempurna. Dengan malas aku langsung melangkahkan kakiku menuju kamar mandi

Selesai mandi aku langsung berpakaian dan memilih gaun sederhana berwarna biru laut selutut setelah itu aku langsung memoleskan make up tipis diwajahku dan menggelung rambutku menyisakan sedikit anak anak rambut yang jatuh disamping wajahku

Aku melihat pantulan diriku dicermin. Setelah kuyakini dandananku tidak terlalu tebal dan sudah pas, aku langsung menuruni anak tangga untuk menemui kedua orang tuaku

Di ruang tamu sudah kulihat satu orang pria paruh baya dan seorang wanita yang kuyakini adalah istrinya sedang berbincang dengan kedua orang tuaku

"Nah ini dia yang kita tunggu tunggu ini perkenalkan anak saya Adzra" ayah memperkenalkanku didepan dua orang yang tidaku kenal itu

Aku tersenyum manis kearah mereka "Adzra om tante" aku lalu mencium kedua punggung tangan mereka

"Cantik sekali ya kamu Adzra, panggilnya mama papa aja ya Ra" ucap wanita tersebut yang sekarang kupanggil mama

"Iya ma..ma" aku tersenyum canggung kearahnya

"Jadi maksud kedatangan kami kesini ingin membicarakan tentang perjodohan antara Adit dan kamu Ara, apakah kamu menerima perjodohan ini atau tidak?" Pria paruh baya itu menanyakannya dengan sangat serius kurasa dia adalah orang yang serius sekali

Aku menarik napas dan membuangnya perlahan "Iya Ara terima" aku mengucapkannya dengan menutup mataku dan aku bisa merasakan kelegaan semua orang yang ada di ruangan ini

"Terimakasih ya nak mama sama papa senang sekali kamu mau menerima anak kami" mama memelukku sekilas dengan sangat erat

"Tapi Aditnya mana tan... maksudnya mama?" Tanyaku agak sedikit canggung

"Udahlah ma kalo Aranya belom mau manggil mama juga gak papa"

"Maaf yaa Aditnya gak bisa ikut dia sedang ada masalah sedikit" ucap mama menatapku meminta maaf

"Iya gak papa kok ma" jawabku sudah agak terbiasa dengan panggilan baru tersebut

"Besok siang kamu akan bertemu dengan Adit dan mama harap kamu bersedia ikut dan nanti akan mama suruh dia jemput kamu disini" ucap mama panjang lebar sebelum pulang dari rumahku

"Iya ma" aku tersenyum lebar kearahnya

"Yaudah kalo gitu mama sama papa pulang dulu ya dadah calon mantu cantik mama" mama lalu melambaikan tangan dari dalam mobil dan langsung kujawab dengan anggukan dan senyuman lebar dari bibirku

Love me, please!!! (Sedang Ingin Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang