Sembilan belas - Hari Pernikahan

7K 259 5
                                    


Hari ini adalah hari pernikahan Ara dan Adit.

Walaupun Adit sudah menolaknya matian matian, tetapi agar mama dan papanya puas, ia tetap melanjutkan pernikahan ini walaupun ia menerimanya setengah hati

Ia mengambil peci yang sudah di persiapkan di atas meja ruang rias pengantin laki laki. Karena ruangan riasnya dipisah, ia hanya bersama saudara laki lakinya yang lain, papanya dan juga calon ayah mertuanya

"Udah siap bang?" Tanya Dika sambil memakai jas yang sudah di persiapkan untuknya

"Udah kali" jawab Adit datar

"Yaelah bang mau nikah masa mukanya kusut gitu ih, gak asik banget" ucap Dika asal dan malah membuat emosi Adit sedikit naik

"Jangan ikut campur" Adit lalu pergi meninggalkan Dika yang masih bengong dengan perubahan sikap abangnya itu belakangan ini

"Kemaren aja baik banget eh sekarang beda lagi, aneh banget si abang untung gue orangnya gak baperan" ujar Dika kepada dirinya sendiri

***

"Cantik banget deh anak bunda" ucap bunda sambil memegang bahu putri kesayangannya

"Makasih bun" Ara tersenyum lebar kearah bundanya

"Gak nyangka ya Ra kamu udah mau nikah aja kayaknya kemarin bunda baru gendong gendong kamu" ucap bunda yang matanya sudah mulai berkaca kaca

"Jangan nangis ya bun nanti Ara ikutan nangis emangnya bunda mau anaknya keliatan jelek di acaranya sendiri?" Ara mencoba menenangkan Lena yang sudah ingin mengeluarkan air matanya

Lena menghapus air matanya menggunakan tisu yang tersedia disana "Maafin bunda ya Ra jadi cengeng gini kan udah ah bunda mau keluar dulu, katanya sebentar lagi akad nikahnya mau mulai" Ara menganggukan kepalanya dan setelah itu bunda langsung keluar dari ruang rias wanita

"Ciye banget deh lo Ra bentar lagi jadi istri orang gak bebas lagi deh gue main kerumah lo" ucap Caca sambil memelukku sebentar

'Lo masih bisa lah main kerumah gue Ca, kan Adit juga gak bakalan peduli sama gue' Ara hanya tersenyum menjawabi pertanyaan dari Caca barusan

Bunda masuk ke dalam ruangan rias dengan nafas yang masih ngos ngosan karena habis berlari

"Kenapa bun?" Tanyaku khawatir

"Ijab... qobulnya... udhah... seleshai... sekarang kamu keluar yaa shama... Caca" kata bunda yang masih mengatur nafasnya

Ara membulatkan mata tak percaya bahwa sekarang ia sudah menjadi istri orang. Tanpa sadar Ara meneteskan air mata terharu.

"Udah Ra jangan nangis nanti make upnya luntur, yuk keluar bunda sama Caca yang antar" bunda lalu menggenggam tangan kanan Ara dan tangan kirinya di pegang oleh Caca

'Bismillah' ucap Ara dalam hati dan mereka melangkah keluar ruang rias menuju ballroom hotel, tempat acara ijab qobul dilaksanakan

Setelah sampai di depan ballroom hotel, tampak orang orang melihat kearahnya dengan pandangan takjub. Ara hanya menanggapinya dengan senyum malu malu.

Lagu dari maher zain mengalun dengan indahnya mengiringi jalannya menuju Adit. Tanpa disangka sangka air matanya keluar lagi

Bunda dan Caca lalu melepaskan pegangan tangannya di kedua sisi tangan Ara. Setelah menandatangani surat nikah mereka, Ara mencium punggung tangan Adit dengan takzim. Tak lama setelah itu, Adit mendekatkan wajahnya kearah Ara yang membuat darahnya berdesir dan membuat pipinya merona seketika. Tiba tiba sesuatu yang kenyal hampir menyentuh kening Ara.

Sebelum menjauhkan wajahnya Adit mendekatkan bibirnya agar terkesan ia mencium Ara "Jangan harap walaupun kita udah nikah gue bakalan simpati sama lo" bisiknya lalu menjauhkan diri dari wajah Ara

Ketika melihat sekeliling, yang terlihat adalah muka muka bahagia melihat pasangan di depan mereka. Setelah semua tamu undangan sedang mencicipi hidangan dan gedung sedang di dekor untuk acara khusus untuk keluarga dan teman dekat, mas Ezra datang menghampiri mereka berdua

"Selamat ya Ra, mas gak nyangka kalo mas bakalan dilangkahin sama kamu" Ezra lalu memeluk Adzra dan mengelus punggungnya sayang

"Makasih ya mas, abisnya kan udah Ara bilang cepetan nikahin kak Shanin eh malah belom di lamar juga" ucap Ara tanpa memperdulikan tatapan tajam Ezra

"Iya deh iya jangan lupa loh cepetan bikinin gue ponakan" Ezra mengerling jahil kepada Ara dan Adit bergantian lalu pergi meninggalkan mereka berdua yang sangat kesal karena ulahnya

'Awas aja lo mas nanti bakalan Ara bales' ucap Ara dalam hati

***

Mereka berdua masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaian. Mereka sengaja tidak berbeda kamar karena takut di curigai oleh keluarga

Setelah masuk kedalam kamar yang telah dipersiapkan untuk mereka berdua, Ara langsung mengambil gaun yang sudah ia siapkan untuk acara tersebut

Gaun tanpa lengan selutut berwarna hijau tosca membuatnya terlihat lebih cantik dan sangat pas di kulitnya yang putih bersih. Setelah berganti pakaian, ia langsung menggelung rambutnya ke atas menyisakan beberapa helai anak rambut yang menjuntai kebawah.

Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikannya sedikit takjub dari tadi.

"Udah rapi?" Tanya Adit dingin

"Udah yuk keluar" jawab Ara sambil tersenyum lebar kearah Adit

Setelah meneliti penampilan Adit lebih detail, ia melihat ternyata dasi yang Adit kenakan belum terpasang di lehernya

"Kamu gak pake dasi?" Tanya Ara yang sedikit mendekat ke arah Adit

"Gue gak bisa masang dasi" aku Adit malu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Mau aku bantu?" Tawar Ara yang perlahan makin dekat ke arah Adit

"Gak ada jawaban berarti iya" Ara lalu mengambil dasi yang sudah tergantung di lehernya dan membuat ikatan(?) sepeti dasi pada umumnya

"Masa kamu gak bisa pasang dasi sih dit, emang sih artis gak perlu pake dasi tapinya kan seenggaknya kamu harus bismphhhh" tiba tiba sesuatu yang basah dan kenyal menyentuh bibir Ara sekilas dan yang merasakannya pun langsung membulatkan matanya kaget tetapi tak merespon apa apa tanpa ia sadari pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus

"Makanya jangan banyak ngomong tinggal pakein dasi aja ngomongnya panjang banget" Adit lalu pergi meninggalkan Ara yang masih terlihat semburat merah di pipinya

Adit langsung memakai jas yang sudah di siapkan di dalam lemari, setelah selesai mengenakannya ia langsung menarik tangan Ara dan membawanya keluar kamar

Tanpa Ara sadari, yang menciumnya pun juga merasakan malu seperti yang ia rasakan

¥¥¥¥¥¥

Hai hai...

Terimakasih ya yang udah baca ceritaku

Aku minta sarannya dong,

menurut kalian ceritaku ini kaya gimana???

Sarannya tulis di komentar yaa

Jangan lupa vote nya juga

Terimakasih ;)

Love me, please!!! (Sedang Ingin Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang