chap satu

1.9K 122 2
                                    

"Apa ini? Surat panggilan lagi? Kenapa? Padahal aku tidak pernah melakukan kesalah disekolah!" Lenka , anak sulung dari 2 bersaudara tidak percaya kalau ayahnya menerima Surat panggilan atas kenakalan Lenka.

"Tolong jangan berpura pura lagi Lenka. Sudah berapa kali ayah bilang? Tolonglah jaga sikapmu di sekolah! Kali ini ayah tidak diam saja, ayah akan memasukanmu ke asrama." Kata ayahnya dan sukses membuat Lenka marah. Lenka tidak bisa berkata Kata lagi. Ia hanya memukul meja makan tempat mereka mengobrol dengan keras lalu pergi meninggalkan ayahnya. Ternyata, bukan hanya mereka yang berada dalam ruang makan, Soraya, kembaran Lenka mendengar percakapan itu.

"Ayah?" Soraya bersuara menegur ayahnya. Ayahnya berbalik melihat Soraya. "Ayah marah lagi sama Lenka? Kenapa? Apa Karna Surat panggilan orangtua? Surat pernyataan kalau Lenka nakal disekolah?" Tanya Soraya.

"Em., Sora ?" Kata ayahnya.

"Lenka sama sekali tidak melakukan Apa Apa. Dikelas Ia selalu diam membaca majalah atau artikel2"

"Mana buktinya? Hanya Surat panggilan karena kenakalan siswa yang ayah dapat,Sora. Ayah tidak bisa langsung percaya saja sama perkataan kamu, kamu harus memberikan bukti." Kata ayahnya lagi.

"Dan hukumannya masuk ke asrama? Huh, Apa ayah tega?! Jahat banget ayah masukan dia ke asrama yang mirip seperti penjara!" Soraya tidak terima atas keputusan ayahnya.

"Cukup Sora! Apa ini kakakmu yang mengajarkanmu membentak ayah? Apa ayah juga harus memasukanmu di asrama bersama kakakmu?!" Kata ayahnya. Soraya juga kaget mendengar itu. Ia tidak menerima perkataan ayahnya dan hanya mendorong ayahnya dan meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak percaya dengan kedua anaknya bersika pemberontak seperti itu.

Setelah itu, Soraya mengunjungi kamar Lenka. Ia mengetuk kamar Lenka.
"Ya?siapa?" Lenka membalas ketukan itu dengan bertanya.

" Kembaran" Kata Soraya singkat. Lenka langsung bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya.

"Sora! Apa yang terjadi. Mukamu merah." Kata Lenka menyambut Soraya,kembarannya.

"Aku hanya baru berdebat dengan ayah?" Jawab Soraya. Lenka mengerutkan dahinya tanda Ia tak mengerti.

"Berdebat dengan ayah? Apa kau tidak takut dengannya?" Tanya Lenka lagi.

"Tidak. Ayah sama sekali tidak menakutiku" balas Sora. " lalu, kenapa kau menangis?" Tanya Sora lagi.

"Menangis? Siapa? Aku? Gaak kok, kamu aja yang ngarang" Kata Lenka.

"Oh Ya? Benarkah? Tumben tuh,gak biasanya." Soraya merayu Lenka dengam lirikan mautnya yang mampu membuat Lenka tersipu malu.

" apaan sih! Oh iya, tadi kamu berdebat dengan ayah tentang apa? " Tanya Lenka.

"Aku hanya gak trima saja kalau kakak mau dikirim ke asrama, jadi Ya, aku pakai sistem pemberontakan." Kata Sora tersenyum.

"Lalu, apa ayah batalkan keputusannya?" Tanya Lenka lagi.

"Sayangnya tidak. Ayah malah mau mengirimku lagi ke asrama." Kata Soraya dengan rasa menyesal. "Maaf Ya Len, aku selalu tidak berhasil dalam rencana." Kata Soraya dengan nada yang menyesal. Lenka mengelus rambut adiknya dengan lembut.

"Tidak apa kalau aku masuk asrama, yang penting ada kamu juga. Intinya aku tidak sendiri .." Kata Lenka yang membuat Sora senang.

Lenka dan Soraya adalah saudara kembaran yang bisa dibilang tak dapat dilepaskan. Dimana Lenka berada, ada Soraya, begitu juga sebaliknya. Di diri mereka, hanya mata mereka yang dapat membedakan mereka. Mata Lenka berwarna biru muda sedangkan mata Sora berwarna hijau muda. Mata Lenka mirip seperti mata ayahnya,tapi memiliki sifat seperti almarhum ibunya. Sedangkan Soraya memiliki mata ibunya tetapi mewarisi sifat ayahnya.
***
Terlalu pagi untuk bersiap - siap, berkemas untuk pergi ke asrama, tempat ayahnya menitipkan Lenka juga Soraya.

"Kenapa secepat ini? Memangnya ayah sudah mengurus surat pindahan kita?" Tanya Soraya.

" sebenarnya ini sudah ayah persiapka n." Jawab ayahnya. Soraya terkejut dengan jawaban ayahnya. Ia berpikir bahwa ayahnya memang sengaja untuk memindahkannya juga Lenka ke asrama.

"Jadi, ini semua rencana ayah? Ayah sengaja memindahkan kita ke asrama? Jadi ayah yang sekongkol dengan para guru di sekolah untuk membuat surat panggilan palsu? Wow! Ayah cerdas banget! Aku salut sama ayah!" kata Sora dengan ekspresi menentang.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang