chap duapuluh satu

484 52 0
                                    

Aku menginginkan sebuah pelukan. Pelukan yang hangat. Pelukan dan ciuman yang lebih dari kekasih. Pelukan dan ciuman yang berbekas dari seorang ibu. Mama. Aku menginginkan seorang mama. Mama yang baik. Mama yang penuh kasih sayang. Bukan mama yang yang ganas. Bukan mama yang menumpahkan banyak Darah. Bukan mama hebat dan mempunyai kekuatan. Aku ingin mama. Mama yang sederhana.

Lenka membuka matanya pelan. Berusaha melihat Apa yang terjadi sambil meletakan tangannya didadanya, mengecek Apakah jantungnya masih berdetak.

Deg, Deg, Deg,

Syukurlah.. batinnya.

"Lenka? Apa kau baik baik saja?" Tanya dengan suara berat. Lenka melihat kearah suara tersebut. Lenka tersenyum gembira.

Jack.

"Jack!" Rasanya lega melihat Jack. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Lenka.

"Membersihkan sampah." Jawab Jack sambil menunjuk dengan dagunya kearah bawah. Lenka setengah mati terkejut.

Jack ternyata menikam Totoh dengan sapu garpu, sapu untuk membersihkan dedaunan. Namun, mata Totoh masih terbuka memandang Lenka. Kini, Lenka dapat melihat kemarahan Totoh yang memuncak. Wajah Lenka langsung pucat pasih.

"Ada apa Lenka?" Tanya Jack ketika melihat Wajah Lenka yang berubah itu.

"Kita-"

"Hahahahaa!" Totoh tiba tiba tertawa keras. "Dasar manusia kotor! Kau pikir aku akan mati dengan sapu kotor ini? Apa kau lupa aku? Aku bukan manusia seperti kalian!" Lanjutnya.

"Memang bukan," suara paruh baya yang tak asing lagi. Nyonya Hanston. Ia menusukan sebuah pedang yang sepertinya pedang emas kearah leher Totoh. "Kau penyihir yang tidak mampu berhadapan dengan emas!" Kata nyonya Hanston.

"Nyonya Hanston!" Rasanya lega Melihat nyonya Hanston.

"Halo tuan putri yang cantik.." kata nyonya Hanston sambil tersenyum pada Lenka.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Lenka.

"Aku hanya membunuh kuman." Jawab Nyonya Hanston yang membuat Lenk tersenyum. "Jack, Apa yang kau tunggu? Angkat dia!" Perinta Nyonya Hanston. Dengan cepat, Jack langsung mengangkat Totoh dengan pedang emas yang masih tertusuk pada leher Totoh. Totoh seperti tidak memberontak dan terlihat lemah saat Totoh diangkat.

"Ayo, Lenka, kau harus mengucapkan mantranya." Kata nyonya Hanston sambil berjalan. Lenka mengikuti nyonya Hanston yang berjalan didepannya.

"Mantra? Maksud anda apa?" Tanya Lenka mengerutkan dahi.

"Mantra untuk melenyapkan Totoh." Sambung Jack. Lenka mengerutkan dahinya.

"Aku pikir hanya membuangnya didalam sungai." Kata Lenka yang bingung.

"Ya, sungai itu memang bisa melenyapkan seorang penyihir, namun, sungai itu juga bisa membangkitkan penyihir yang sudah lenyap selama satu abad." Jelas Jack.

"O-oh, kalian harus mempercepat langkah kalian.." Kata nyonya Hanston. Dengan otomatis, langkah Jack dan Lenka pun dipercepat.

Mereka menelusuri hutan yang diterangi cahaya dari kobaran api yang membakar sebagian hutan dengan langkah cepat.

Sesampainya disebuah sungai yang tadi Lenka temui, yaitu sungai yang berada dalam hutan terlarang, nyonya Hanston menyuruh untuk menurunkan Totoh. Ketika Totoh sudah diturunkan, nyonya Hanston mencabut pedang yang ditancapkan dileher Totoh.

"Apa mau kalian? Kalian ingin membunuhku?" Tanya Totoh Ketika nyonya Hanston mencabut pedang itu.

"Why not?" Balas Jack. Totoh tersenyum licik.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang