chap delapan

659 64 0
                                    

Lenka menusuri lorong kelas menuju kelas 9. Sesampainya dikelasnya, semua tatapan sinis tertuju padanya.

"Kau sudah selesai mengerjakan pekerjaanmu sebagai hukuman dari bu Melany?" Tanya guru mata pelajaran matematika.

"Sudah bu." Jawab Lenka cepat.

"Baiklah, Silahkan duduk dibangkumu, nanti kau pinjam catatan temanmu ya,Lenka?" Kata guru matematika. Lenka hanya mengangguk mengerti dan langsung melangkah menuju bangkunya. Saat ia duduk dibangkunya, ia melihat ke arah kanan, gadis yang memakai jeket merah dengan rambut sebahu.

"Hei, kau!" Panggil Lenka. Gadis itu lalu menoleh ke arah Lenka. Tatapan kebencian terlihat di matanya.

"Boleh ku pinjam catatanmu sehabis pelajaran?" Tanya Lenka, walau di hatinya penuh keraguan karena tatapan kebencian itu.

"Iya." Jawabnya sambil mengangguk pelan.

Sepulang Sekolah...
"Ini." Gadis itu memberikan buku catatannya ke Lenka sesuai janjinya.

"Em, Sebelumnya terimakasih karena telah meminjamkanku buku catatanmu, walau, awalnya aku ragu." Kata Lenka basa basi.

"Kembalikan buku ku hari ini, aku tak mau menunggu besok. Kamarku nomor 12. Sebelum Pukul 7, kau harus sudah mengembalikan bukuku. Kalau tidak, aku tidak akan meminjamkanmu buku ku lagi dan tak akan pernah ku anggap kau salah satu siswa di kelasku." Katanya dingin. Gadis itu langsung pergi dari hadapan Lenka. Lenka masih terpaku melihat gadis berjeket merah itu menjauh.

"Asrama macam apa ini? Disini terlihat lebih menyeramkan dengan orang orang berwajah pembunuh dan berdarah dingin dari pada kuburan dengan hantu hantu yang suka mengganggu." Kata Lenka. Ia lalu memasukan buku gadis berjeket merah kedalam ranselnya dan langsung melangkah ke kamarnya. Saat ia berjalan menaiki tangga, ia melihat Soraya yang masih menggunakan seragam dan ransel yang masih berada di punggungnya sedang melamun dengan wajah lesu di tepi tangga.

"Sora?" Kata Lenka. Soraya tidak menyadari kedatangan Lenka.

"Hai Soraya!" Sambut Lenka. Soraya terkejut dengan Lenka.

"Ah,.Iya." balas Soraya. Tidak biasanya dia begitu ketika melihat Lenka.

"Kamu buat apa disini?  Melamun lagi.. ada masalah apa,huh? Cerita dong, mukamu lesu banget.." Kata Lenka sambil menggandeng tangan Soraya. Soraya lalu buru buru melepaskan gandengan Lenka.

"Aku ngantuk. Sudah dulu ya, aku mau tidur bentar." Kata Soraya dan langsung berbalik menaiki tangga. Ketika Soraya berjalan dengan mengayunkan tangannya, Lenka tidak sengaja melihat luka basah di lengan kirinya. Dengan cepat ia menahan Soraya, membalikan tubuh Soraya dengan agak kesar yang hampir saja membuat Soraya jatuh.

"Ceritakan masalahmu,Soraya." Kata Lenka dengan wajah yang serius.

"Apa yang harus aku ceritakan kalau aku tidak punya masalah apa apa?!!" Bentak Soraya. Mendengar bentakan Soraya, Lenka langsung  menarik lengan kiri Soraya. Tapi Soraya melepaskan tarikan Lenka. Dengan paksa dan kasar, Lenka menarik lengan kiri Soraya hingga membuat Soraya meringis kesakitan.

"Lalu ini apa?! Ini luka apa?! Kalau Kamu memang tidak punya masalah,tidak mungkin ada luka di lenganmu." Kata Lenka. Soraya melepaskan lengannya dengan paksa.

"Ini hanya luka tusukan! Tidak perlu khawatir!" Kata Soraya.

"Tusukan? Tusukan apa?" Tanya Lenka.

"Tu-tusukan,,,  anu, ranting pohon yang tajam." Jawab Soraya bohong. Lenka melihat Soraya dengan mimik tidak percaya.

"Aku tidak bohong! Kemarin ada tugas tentang tumbuhan, dan ketika sedang meneliti,aku tidak tau kalau ada ranting pohon yang tajam, maka dari itu, aku terkena tusukan itu." Jelas Soraya.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang