"Kalau kau memberitau, akan kubunuh kau! Aku tak segan segan mematahkan lehermu,Lenka!"
Dengan pelan Lenka membuka matanya. Bau obat obatan menusuk hidungnya. Ia ternyata berada di uks asrama. Ia melihat ke samping kanan. Ada Jevon. Jevon menunduk menunggu ia agar segera sadar.
"Jev?" Kata Lenka membuat Jevon mengangkat kepalanya. Jevon langsung berdiri meraba raba pipi Lenka.
"Kau sudah sadar?" Tanya Jevon yang masih memegang kedua pipi Lenka yang hangat.
"Aku rasa aku masih tertidur." Kata Lenka bercanda. Jevon menghela nafasnya.
"Huuffhhh,syukurlah." Kata Jevon. Ia lalu duduk lagi di kursi samping Lenka.
"Jev, aku tau aku pinsan. Tapi kau menemukanku dimana?" Tanya Lenka. Lagi lagi Jevon menghela napas.
"Depan kelas." Jawab Jevon. Lenka mengerutkan dahinya.
"Kau bohong,Jev." Kata Lenka. Lenka masih mengingat kejadian di toilet. Tapi ia tidak ingat setelah Sofia mati.
"Aku tidak-"
"Kau bilang hanya kau orang satu satunya yang harus aku percaya. Tapi kau membohongiku. Kau pikir aku sudah lupa dengan kejadian tadi?" Sambung Lenka memotong pembicaraan Jevon. Jevon menarik napas dalam dalam dan mengeluarkan panjang panjang.
"Baiklah. Sebelumnya aku minta maaf karena berniat membohongimu. Kau ku temukan di toilet perempuan ketika seorang gadis berkacamata histeris berteriak karena melihat dua orang yang tergeletak di lantai toilet. Aku sangat terkejut ketika melihatmu tergeletak di samping mayat yang menusukkan gunting ke tubuhnya sendiri. Aku sangat ketakutan ketika salah satu guru mengatakan 'angkat kedua mayat itu' untung saja, Jack,si tukang kebun itu mengusulkan untuk memeriksa perempuan yang satunya,dan itu kau. Dia mengatakan 'mungkin dia masih hidup', itu membuatku lega karena masih ada kemungkinan kau masih hidup. Dan ternyata benar,ketika pemeriksaan, kau dinyatakan hanya pinsan karena kepalamu terbentur." Jelas Jevon.
"Apa ada saksi?" Tanya Lenka.
"Tak ada saksi, tapi para guru dan pengasuh juga kepala sekolah mengintrogasi orang yang melihat pertama kali." Jawab Jevon. Diam sejenak.
"Apa orang pertama itu gadis yang memakai kacamata?" Tanya Lenka. Jevon mengangguk.
"Rambutnya diikat?" Tanya Lenka. Jevon mengangguk lagi. Lenka melotot mata Jevon,ekspresi tidak percaya. Melihat Lenka,Jevon mengerutkan dahi.
"Emangnya kenapa?" Tanya Jevon.
"Dimana mereka mengintrogasinya?" Tanya Lenka balik.
"Di ruang kepala sekolah,kenapa?" Jawab Jevon. Tanpa menjawab pertanyaan Jevon, ia langsung bangun dan berlari,melihat itu,Jevon langsung menahannya.
"Kau mau pergi kemana?" Tanya Jevon.
"Keruang kepala sekolah." Jawab Lenka.
"Kenapa? Kenapa kau mau pergi ke sana?" Tanya Jevon lagi.
"Itu bukan urusanmu!" Jawab Lenka sambil menarik narik lengannya yang ditahan Jevon. Namun tahanan Jevon lebih kuat,tak dapat Lenka lepas dari tahanan Jevon.
"Jawab dulu pertanyaanku baru aku lepaskan." Kata Jevon. Lenka langsung melihat Jevon dengan tatapan marah. Tapi Jevon menatap Lenka dengan tenang,tidak takut dengan tatapan kemarahan Lenka. Akhirnya Lenka mengalah. Ia menghela nafasnya.
"Aku tidak bisa bercerita sebenarnya padamu,intinya,gadis itu yang membunuh gadis bergigi kawat yang menikam dirinya dengan gunting!" Kata Lenka dan Jevon langsung melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire
Mystery / Thriller'Jangan pernah percaya pada siapa pun' Sebuah asrama yang penuh dengan keanehan. Asrama yang semuanya diisi oleh kebohongan. Asrama dengan cerita para murid yang entah itu benar ataupun Sebuah kebohongan semata saja. So, gak usah panjang panjang l...