chap tiga

860 91 4
                                    

Warna biru muda pada dinding kamarnya dengan hiasan bintang bintang kecil samping jendela kamar, karpet berbentuk bulat dengan gambar doraemon, sofa sofa sederhana berwarna merah bergaris garis,dua tempat tidur yang rapi dengan seprei berwarna hijau bergambar kodok dan berwarna putih polos,dua meja belajar sederhana yang satunya dipenuhi buku buku dan satunya masih rapi. Kelihatan sangat rapi sekali keadaan kamarnya dan dapat membuat otak Lenka fresh. Dengan cepat Lenka menutup pintu kamarnya,membuang koper sembarang tempat lalu berbaring ketempat tidur yang bergambar kodok. Ia tau kalau itu tempat tidur teman sekamarnya tapi karena ia juga suka sekali dengan kodok ia akhirnya berbaring ditempat tidur itu. Tempat tidur yang terasa dingin membuat Lenka seperti melayang layang keudara,membayangkan orang yang perhan mengisi kekosongan hatinya,membayangkan rupa ibu yang tidak pernah ia lihat.

"Ehem." Deheman seseorang membuyarkan bayangannya. Seketika itu juga, ia cepat cepat berdiri dari situ dan mencari cari siapa pemilik deheman tersebut.

"Tak perlu khawatir cantik, Kau boleh berbaring disitu sampai jam pelajaran selesai." Seorang gadis berdiri didepan pintu kamar memakai pakaian olahraga.

"Oh! Hai. Apa kau teman kamarku? Wah senang sekali aku bertemu denganmu. Perkenalkan namamu Lenka Swart,panggil saja Lenka. Em, soal tadi, aku minta maaf ya." Kata Lenka menyapa gadis itu.

"Ah, Lenka ya? Namaku Faren Woddy. Maaf karena telah memasuki kamarmu," Kata gadis itu yang bernama Faren. Lenka mengerutkan dahinya.

"Maaf karena memasuki kamarku? Tapi bukannya,-"

"Ah bukan, aku bukan teman sekamarmu. Aku hanya sahabat karib teman sekamarmu." Kata Faren. Lenka hanya ber-oh-riah saja. "Baiklah, aku akan pergi dari sini.." Kata Faren dengan tersenyum lebar pada Lenka. Lenka membalas senyuman itu dengan senyuman yang lebar juga. Faren pun meninggalkan Lenka dalam kamarnya.

"Huffh, ternyata bukan teman sekamarku.." Kata Lenka dengan lega.

Brrttt...

Hapenya bergetar. Ia langsung mengambilnya dalam kantong jaket jeansnya. Telepon dari ayahnya. Tapi entah apa yang ada dalam pikirannya, ia bukannya mengangkat telepon dari ayahnya malah ia hanya melempar Hapenya ketempat tidur berwarna putih polos, membiarkan hpnya bergetar, lalu ia membanting tubuhnya ketempat tidur. Rasanya lelah sekali.
#
Sedangkan Soraya..
"Ya Tuhan, kamar macam apa ini?!" Soraya sangat terkejut ketika masuk kekamar barunya tersebut. Kamar yang serba hitam bergaris garis. Tidak ada yang terang atau cerah dari kamarnya itu, bahkan kain jendelanya tidak terbuka. Panas sekali didalam kamar itu. Soraya dengan cepat berlari,melepaskan sepatunya dan membuka jendela kamarnya. Angin bertiup dengan sejuk kearah Soraya. Tidak lama kemudian, suara para siswa terdengar. Sepertinya mereka sedang praktek biologi tentang serangga. Terlihat dari cara gerak mereka yang sedang berusaha menangkap belalang,kumbang juga kupu kupu. Ada juga yang sedang mencari cari disemak semak atau pepohonan. Soraya memperhatikan mereka dengan seragam asrama Baruh. Kemeja berwarna putih dengan dasi kupu kupu,lengan tidak terlalu pendek,rok kotak kotak berwarna coklat muda(untuk cewek) dan celana kotak kota berwarna coklat agak tua(untuk laki laki).

"Syukurlah kalau bajunya bagus dan menarik, membuatku nyaman menggunakan seragam itu." Kata Soraya. Ia lalu berbalik, mengambil kopernya.

Brrrttt...

Hapenya bergetar. Telepon dari ayah. Rasa kesalnya masih berbekas. Tapi ia langsung mengangkat telepon dengan wajah yang kesal.

"Halo sayang. Bagaimana? Kamu baik baik saja kan? Dimana kakakmu, teleponnya tidak diangkat?" Kata ayahnya.

"Aku tidak tau. Ayah tau, kalau kami tidak satu kamar dan kami dipisahkan! Kami bertanya Kenapa pada nyonya Hanston, tapi dia hanya pergi dan tidak menjawab pertanyaan kami!" Kata Soraya.

"Benarkah? Apa nyonya Hanston bertindak seperti itu?! Syukurlah kalau begitu." Perkataan ayahnya benar benar sukses membuat Soraya bingung dan tambah kesal dengan  ayahnya.

"Apa?! Syukurlah?! Jadi semua ini rencana ayah?! Huh! Apa tujuan ayah membuat rencana ini semua?!!" Kata Soraya.

"Ayah bersumpah, ini semua bukan rencana ayah, ikuti saja peraturannya. Ini semua demi kebaikan kalian." Pembicaraan terputus. Ayah mematikan teleponnya ketika Soraya masih ingin berbicara.

Soraya Tak dapat menahan emosinya, ia hanya menggenggam Hapenya dengan erat lalu membanting Hapenya sehingga membuat baterei hapenya keluar dari dalam hapenya.

Ia teramat kacau. Kepalanya dipusingkan dengan sikap ayahnya yang berubah. Dulu, ayahnya sangat lembut, sangat menjaga perasaan mereka,dan sangat menyanyangi mereka. Ayahnya bahkan tidak pernah melukai mereka secara fisik atau pun Perkataan, ayahnya juga bahkan tidak sanggup jika memberikan mereka ke oranglain untuk menitipkan sebentar karena ada kesibukan, dia lebih milih membawa mereka bersamanya ke kantor. Sesuatu merasuki tubuh ayahnya hingga membuatnya seperti ini. Bahkan ia sering melukai mereka dengan perkataannya. Apa yang ada dalam pikiran ayah mereka?



Hohohooo.. novel pertama ni(・∀・) .. gak tau bagus apa gaak, makanya,sering sering komen ya? Supaya akunya tau kesalahannya dimana ( ^∇^)..

Salam manis dari Lenka~^O^~

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang