chap duapuluh dua

478 50 0
                                    

Nyonya Hanston, Lenka juga Jack kembali keasrama. Mereka bertiga berjalan keruang pengadilan yang berada dibawah taman asrama. Ternyata sebagian siswa berlindung dibawah tanah.

"Apa sebagian murid berlindung dibawah sini?" Tanya Lenka.

"Ya. Juga ruang penyembuhan jika ada yang terluka." Jawab nyonya Hanston. Lenka berbalik menatap nyonya Hanston.

"Bisakah kau menyembuhkan Jevon? Atau Soraya?" Tanya Lenka penuh harap. Nyonya Hanston terdiam sebentar.

"Mereka disana." kata nyonya Hanston sambil menunjuk kearah barat ruang pengadilan. Lenka berbalik dan dilihatnya Jevon dan Soraya dengan dua orang lainnya yang sedang mengobati mereka. Dengan cepat Lenka berlari kearah Jevon dan Soraya. Jevon mengarahkan pandangannya kearah Lenka yang berlari kearahnya itu. Jevon cepat cepat berdiri  diikuti Soraya yang juga melihat Lenka yang datang. Senyuman terharu terukir dipipi Lenka. Lenka berlari dan memeluk keduanya bersamaan.

"Ya astaga, aku pikir aku tak'an pernah bertemu kalian lagi!" kata Lenka.  Senang sekaligus lega menyelimuti Lenka. Soraya melepaskan pelukan.

"aku juga berpikir begitu. Namun, kau tau Lenka, kita benar tentang asrama ini. Asrama ini aneh. Aku yakin tadi aku sudah mati, namun,  sesuatu merasuki tubuhku yang mati, ia seperti -sangat ganas dan membuatku tergoncang hebat. sesuatu seperti sulap dan sihir." kata Soraya.

"benar! Aku merasakan hal yang sama. Seperti sihir. Ada elemen yang memasuki tiap nadi dan uratku. Itu menjalar saja." sambung Jevon.

"itu tidak penting. Yang penting aku bisa melihat kalian kembali." balas Lenka.

Tiba tiba, Nyonya Hanston datang. "maaf, Lenka, aku ingin bicara denganmu." kata Nyonya Hanston. Lenka hanya mengangguk dan mengikuti langkah nyonya Hanston yang menjauh dari Jevon dan Soraya.

"Lenka, aku ingin kau tau, mungkin, kau takan mengingat kejadian ini selamanya. Walaupun kau ingat, tolonglah jangan memberitau siapa siapa. kejadian saat kau mengalahkan Totoh atau apapun itu, mungkin akan kau ingat walau hanya samar samar saja, namun, kau harus tetap mengingat ini menjadi mimpi. Dan, memang, ini hanya sebuah ilusimu. Asrama kebohongan. Pemain yang berbohong, dan semuanya." kata Nyonya Hanston yang membuat Lenka terkejut setengah mati.

"ini ilusi? tidak nyata? namun mengapa sangat terlihat nyata? dan, kau bilang semua disini hanya kebohongan? berarti, Jevon, Jack, Soraya, kau, aku dan semua ini bohong? apa kau bercanda?" tanya Lenka yang terheran heran. nyonya Hansto menghela napasnya dalam dalam.

"ini nyata. Namun, anggap saja ini bohong. Toh, jika kau pulang lagi kerumahmu, kau tidak akan bertemu Jack, Jevon dan teman temanmu lainnya."

"kenapa bisa begitu?" tanya Lenka.

"karena mereka pulang kembali menjadi diri mereka dan melupakan semua hal disini." kata Nyonya Hanston. giliran Lenka menghela napasnya.

"aku mohon jangan. anda boleh membuat kejadian ini menjadi sebuah mimpi saja dalam pikiran mereka, namun, aku mohon, jangan biarkan mereka melupakanku atau sebaliknya. aku tidak mau mengulang perkenalan kembali jika bertemu mereka." kata Lenka dengan nada memohon. diam sesaat. Nyonya Hanston menimbang nimbang permohonan Lenka.

"oke, baiklah. aku akan membuat kejadian ini terasa mimpi saja dan tidak mengubah apapun. aku juga akan membuat mereka agar mengingat semua orang yang mereka kenal disini. namun, kau harus berjanji padaku agar kau tidak menceritakan kembali. mimpi mereka mungkin terkesan samar samar, namun, kau akan mengingatnya secara detail walau terasa seperti mimpi. kau berjanji padaku?" tanya Nyonya HAnston yang membuat kesepakatan.

"aku janji sampai mati." kata Lenka sambil mengacungkan kelima jarinya keatas kepalanya.

"Tuhan melihatmu apa yang kau keluarkan dari mulutmu dan janjimu." kata Nyonya Hanston lalu berbalik meninggalkan Lenka. senyuman Lenka terukir kembali dipipinya.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang