chap empatbelas

578 53 2
                                    

Mama, Mama, Mama, Mama,  Kata itu yang selalu berisik dikepala Lenka. Setelah kematian Naomi, kata 'mama' yang pernah Naomi katakan selalu ter -ngiung dikepala Lenka. Lenka jadi tidak konsentrasi pada apapun.

"Lenka?" Seseorang mengaggetkan Lenka. Refleks Lenka berbalik ke arah suara itu. Jevon.

"Jev?" Jevon sudah memakai baju biasa dengan kaos putih dan celana jins selutut.

"Dari kapan kau disini? Kau tau, ini sudah pukul 5 lewat 20 dan kau masih menggunakan seragam sekolah dan duduk di depan kelas 7. Aku menelfonmu kau tidak angkat, aku kekamarmu kau juga tidak ada. Kau buat aku khawatir!" Kata Jevon yang terang terangan. Lenka terkejut ketika kata 'khawatir' dikeluarkan oleh seorang laki laki berumur 14 tahun.

"Kenapa kau khawatir denganku? Aku baik baik saja." Kata Lenka. Jevon menghela napasnya.

"Lupakan yang tadi aku bilang. Sejak kapan kau berada disini?" Tanya Jevon. Lenka diam sebentar melihat Jevon yang berdiri dengan wajah datar.

"Jam 3. Mungkin." Jawab Lenka. Jevon menghela napasnya lagi.

"Yuk pulang." Kata Jevon lagi. Diam sesaat. Beberapa detik kemudian, Lenka berdiri dengan ranselnya menghadap Jevon. Melihat Lenka yang berdiri tepat dihadapannya dengan wajah yang tidak mengeluarkan ekspresi apa apa, jantung Jevon berdetak cepat, ia menelan ludahnya.

"Aku lapar." Kata Lenka sambil memiringkan kepalanya dan memegang perutnya. Jantung Jevon makin cepat seperti mau keluar dari tubuhnya. Jevon lalu mengelus ngelus dadanya dan menghela napas lagi. Kelakuan Jevon membuat Lenka bingung dan mengerutkan dahinya.

"Kau kenapa menghela napas terus?" Tanya Lenka.

"Aku hanya mencoba sabar menghadapi cewek sepertimu." Jawab Jevon. Lenka hanya ber -oh-riah sambil mengangguk ngangguk.  "Jadi, kamu lapar? Kita minta sedikit makanan dikantin saja Yuk! Beberapa orang mengenalku." Lanjutnya. Lenka langsung tersenyum dan mengangguk angguk. Mereka pun berjalan ke arah kantin untuk meminta sedikit makanan.

#Soraya

"Jack, berapa gajimu sebulan?" Sama seperti Lenka, Soraya masih memakai seragamnya dan duduk menemani Jack yang sedang menyapu dedaunan.

"200.000" Jawabnya.

"Kecil sekali." Kata Soraya.

"Itu sudah sangat cukup  untukku. Lagian, tidak ada barang barang penting untuk dibeli." Kata Jack. Soraya hanya mengangguk angguk.

"5 menit lagi setengah enam. Kau lebih baik pulang." Kata Jack berjalan ke arah Soraya yang sedang duduk di bangku taman sekolah.

"Aku tidak mau." Balas Soraya. Jack sudah berada di depan Soraya.

"Kenapa?" Tanya Jack.

"Karena, mungkin besok aku tidak akan lagi disini." Jawab Soraya yang membuat Jack kaget dengan perkataannya.

"Apa maksud perkataanmu?!" Kata Jack dengan nada yang agak besar yang membuat Soraya terkejut.  Diam sesaat. Jack menyesal dengan nada yang ia keluarkan. "Ma-maafkan aku, Sor, aku hanya tidak mengerti dengan ucapanmu." Kata Jack cepat cepat. Soraya hanya melihatnya dengan tatapan kosong. Beberapa detik, Soraya berdiri lalu mengambil ranselnya.

"Sudah sore. Aku akan kembali." Kata Soraya dengan senyumannya. Jack tidak bisa melengkungkan sudut bibirnya. "Selamat tinggal, J-a-c-k." Kata Soraya sambil berjalan meninggalkan Jack sambil melambaikan tangannya. Jack hanya berdiri Diam menatap Soraya yang sudah jauh.

Sesampai dikamar, Soraya sangat terkejut ketika melihat mayat Gita terpampang ruang tamu.

"Oh,hai! Kau sudah pulang ternyata. Dari tadi aku menunggumu. Kau tau, aku sangat takut dengan pemandangan ini." Femi baru saja selesai mandi dan berganti pakaiannya.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang