chap tujuhbelas

523 53 1
                                    

Lenka sama sekali tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Seorang gadis cantik yang baik parasnya, namun sekarang ia mengajak perang. Lenka sedikit tidak mengerti 'perang' seperti apa yang dimaksudkannya.

"Kau mengenaliku, Lenka sayang?" Hati Lenka tertusuk beribu jarum. Perkataan gadis itu walau sangat manis, namun sebenarnya tajam dan sengaja menyirik Lenka.

"Fanya." Hanya kata itu.

"Fanya saja?" Tanyanya lagi.

"Sefanya Brown." Kata Lenka yang Kini dengan lantang. Tiba tiba. Fanya tertawa sangat keras.

"Ternyata kau masih mengenaliku." Kata Fanya. Lenka terdiam saja. Lalu, Fanya membuka tangannya, dan api muncul dari telapak tangannya.

"Kau juga?" Kata Lenka tidak percaya.

"Kebetulan sekali bukan? Kita satu kamar, sama sama suka kodok, dan sama sama punya kekuatan." Kata Fanya, tidak lama kemudian, ia merentangkan tangannya dan keluar lah api yang sangat besar membuat Lenka terkejut.

"Fan? " Kata Lenka. Fanya tersenyum miris lalu menyemburkan api yang besar ke arah Lenka. Refleks Lenka langsung menyilangkan tangannya melindungi dirinya. Berhasil. Namun Lenka mundur beberapa meter bahkan hingga keluar dari kamarnya dan terbentur dengan pegangan tangga yang menjadi pembatas. Fanya lalu berjalan cepat kearah Lenka lalu melemparkan bola api yang berasal dari telapak tangannya. Lenka tentu cepat menghindari serangan tadi.

"Apa ini maksudmu perang?" Tanya Lenka beberapa meter dari Fanya.

"Memangnya kau pikir ini apa? Persahabatan?" Tanya Fanya lalu melempar lagi bola api kearah Lenka. Lenka tidak bisa menyerang karena tindakan Fanya yang terlalu cepat. Tidak lama kemudian, sepanjang koridor kamar terbakar. Beberapa anak perempuan keluar dan berteriak histeris melihat api itu. Fanya yang merasa perempuan perempuan yang berusaha menyelamatkan dirinya sangat menghalanginya untuk mengejar Lenka, sehingga banyak diantara mereka dibakar habis oleh Fanya. Lenka berlari terus. Para guru mulai keluar dan membunyikan lonceng tanda tidak aman. Fanya yang mendengar itu berhenti sejenak dan ia kehilangan jejak Lenka. Lenka yang sudah berada di lab biologi yang sudah sangat jauh dari kamarnya tiba tiba terpikir oleh sosok laki laki. Siapa lagi kalau bukan Jevon. Apalagi ia berjanji ingin mengajaknya jalan dan berduaan seharian besok. Tanpa berpikir lagi panjang, ia lalu melangkah ke kamar laki laki.

Sesampainya di depan tangga kamar anak laki laki, ia melihat sudah banyak anak laki laki yang berlarian. Lenka langsung menaiki tangga menemui Jevon. Namun, baru beberapa anak tangga yang ia langkahi, Jevon sudah ia lihat yang sedang berlari. Tidak lama, mata mereka bertemu. Hati Lenka seperti lega dan senang, seuntai senyuman manis terukir di pipi Jevon. Saat bertemu Lenka, Jevon langsung menariknya dan berlari bersama.

"Aku tau aku tampan, tapi jangan menganggumiku sekarang. Sekarang lagi darurat." Kata Jevon sambil menarik tangan Lenka agar berlari bersama menjauh tempat itu.  "Itu Fanya kan?" Tanya Jevon dan masih keadaan berlari memegang Lenka.

"Iya." Jawab Lenka.

"Aku rasa dia sudah menemui Totoh makanya dia seperti itu." Kata Jevon yang benar benar membuat Lenka terkejut.

"Kau kenal Totoh? Apa kau juga pernah menemuinya?" Tanya Lenka yang membuat Jevon kesal.

"Apa nyonya Hanston tidak pernah memberitaumu ketika kau pertama kali masuk disini?" Tanya Jevon balik. Perkataannya membuat Lenka teringat sesuatu hal.

"Ternyata kau benar benar lupa dengan penjelasan nyonya Hanston."

Yap! Perkataan Jevon persis saat Lenka pertama kali bertemu Totoh.

"Aku rasa pernah, namun,  mungkin aku lupa." Kata Lenka. Jevon menghela napasnya lalu berhenti sesaat. "Apa yang dikatakan Ny.Hanston tentang Totoh?" Tanya Lenka. Jevon menghela napas lagi.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang