"Astaga, aku kaget banget. Aku pikir kamu pembunuh.. " kata Lenka ketika tau yang mengetuk pintu adalah Jevon.
"Maaf." Balas Jevon.
"Ada apa kesini?" Tanya Lenka.
"Em, Lenka, tadi itu nomorku. Maaf karna tidak memberitaumu.." Kata Jevon tidak menjawab pertanyaan Lenka.
"Kamu kenapa kesini? Udah malam lagi. Emangnya boleh cowo ke kamar cewek jam segini?" Tanya Lenka.
"Mulai besok, kita jalan sama-sama ya?" Kata Jevon yang lagi lagi tidak menjawab pertanyaan Lenka. Lenka menghela napas kesal.
"Ih! Gak! Emangnya aku anak kecil? Udah ah, Kamu pulang aja! Aku ngantuk. Bye!" Lenka langsung menutup pintu kamarnya.
"Eh, tapi aku belum selesai bicara.." Kata Jevon dibalik pintu kamar Lenka yang sudah ditutup.
"Tau ah.. aku nanya kamu malah ngomong lain. Mules aku kalau bicara sama kamu." Balas Lenka. Tidak ada respon dari Jevon.
"Itu kan, diam. Sudah ah, aku mau tidur." Kata Lenka dan langsung berjalan ke tempat tidurnya. Sedangkan Jevon juga sudah berjalan dengan santai menuju kamarnya.
Keesokan harinya, pagi pagi sekali Lenka sudah siap memakai seragamnya. Ketika ia keluar dari kamarnya, seorang laki laki dengan kedua tangan di masukan kesaku celananya sedang berdiri didepan pintu kamar Lenka. Anak anak perempuan yang melewati kamar Lenka tersenyum senyum ketika melihat anak laki laki itu.
"Jevon?" Lenka bingung dengan kedatangan Jevon.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Lenka. Namun Jevon tidak menjawab pertanyaan Lenka dan langsung menarik Lenka dan berjalan bersama.
"Hei! Aku belum mengunci kamarku!" Kata Lenka.
"Ga perlu." Balas Jevon. Wajah Lenka langsung cemberut. Mereka jalan dalam diam dengan berpegangan tangan. Sesampainya di ruang makan, Lenka melepaskan tangannya dari pegangan Jevon. Tapi Jevon berbalik melihatnya.
"Apa lihat lihat! Aku mau makan, bukan mau kencan!" Kata Lenka ketika Jevon melihat dirinya yang berusaha melepaskan genggaman tangannya.
"Kita makan sama sama saja." Kata Jevon.
"Ish! Gak mau! Nanti kamu ngambil kesempatan dalam kesempitan, aku gak mau!" Kata Lenka.
"Ge'er banget jadi cewek." Balas Jevon dengan muka datar dan Jevon pun melepaskan tangan Lenka dari genggamannya. Tanpa perintah, Lenka langsung melangkah meninggalkan Jevon. Ia duduk dibangku biasa ia duduk bersama teman temannya. Ia menunggu Faren, namun Naomi yang datang.
"Kemana yang lainnya?" Tanya Lenka ketika Naomi duduk didepannya.
"Lainnya? Bukannya hanya Faren yang tersisa?" Kata Naomi yang membuat bulu kuduk Lenka berdiri.
"I-iya." Balas Lenka yang tidak tau harus bicara apa.
"Apa kau sudah tau?" Tanya Naomi.
"Sudah tau apanya?" Tanya Lenka balik.
"Teka teki yang aku dan Femi berikan. Lenka mengingatnya.
"Ah ya!" Jawab Lenka.
"Aku ingin dengar darimu, jawabannya." Kata Naomi.
"Kalian bertukar. Jadi kau pura pura menjadi Femi, dan Femi pura pura menjadi dirimu. Femi yang asli berada di perpustakaan, dan kau berada ditoilet. Semua percakapanku dan Sofia kau dengar semuanya,termasuk tuduhan itu. Karena kau tidak terima atas tuduhan itu, kau membunuh Sofia depan mataku. Ketika disidang, Femi yang aslilah yang datang,bukan kau. Pantas, ia tidak merasa takut sejak awal. Namun,aku punya pertanyaan dibalik Semua peristiwa itu. Ada beberapa pertanyaan. Pertama, kenapa ketika Femi asli datang ke toilet,semua orang mengenalinya sebagai Femi bukan Naomi yang sedang bertukar? Yang kedua, mengapa kau membunuh Sofia walau perkataannya hanyalah tuduhan tanpa bukti? Lalu yang ketiga,mengapa Femi menggunakan namanya didaftar pinjaman pada saat ia sedang menjadi dirimu?" Tanya Lenka. Naomi mengelus ngelus kerak seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fire
Mystery / Thriller'Jangan pernah percaya pada siapa pun' Sebuah asrama yang penuh dengan keanehan. Asrama yang semuanya diisi oleh kebohongan. Asrama dengan cerita para murid yang entah itu benar ataupun Sebuah kebohongan semata saja. So, gak usah panjang panjang l...