Chapter 11

16.8K 1.2K 14
                                    

Sesudah Husna pergi, Ali dan Prilly sama-sama diem. Gak ada yang mulai ngomong.

"Prill." Daripada diem-dieman, akhirnya Ali mutusin buat mulai bicara duluan.

"Mm?" Prilly cuma menggumam sambil noleh ke Ali.

"Lo dibatesin banget ya interaksi ama lawan jenis?"

"Iya Li, jangankan berduaan. Natap aja gak boleh kalo sampe menimbulkan syahwat, apalagi pegangan, pelukan, atau lebih dari itu." Jelas Prilly.

"Berarti dari dulu lo gak pernah disentuh ama lawan jenis selain mahram lo?"

"Bisa dibilang begitu."

"Berarti cowo yang ngedapetin lo nanti beruntung banget ya. Lo nya belum pernah disentuh sedikitpun ama cowo laen. Jadi cowo itu nanti yang pertama, terakhir, dan satu-satunya." Tutur Ali.

Prilly hanya nyengir dan berucap dalam hati, 'dan gue harap cowo beruntung itu elo Li.'

"Lo udah berapa tahun make jilbab?" Tanya Ali.

"Berapa tahun ya? Gak tau, udah dari kecil gue diajarin make jilbab."

"Kalo dakwah udah berapa tahun?" Tanya Ali lagi.

"Baru sih... baru 1 tahun belakangan ini. Itupun lewat SosMed" jawab Prilly.

"Gitu ya... kalo jadi bidadari udah berapa tahun?"

Prilly hanya tersenyum, dan pipinya terlihat memerah.

"KAMU LEPAS JILBAB KAMU! ATAU KAMU SAYA PECAT DARI SINI!!!" Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki.

Ali dan Prilly langsung sama-sama menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang lelaki yang bisa dibilang cukup tua sedang memarahi seorang mbak-mbak memakai jilbab, dan mbak-mbak tersebut terlihat menangis tersedu.

Ali POV

Gue sama Prilly masih terdiam menatap mbak-mbak dan bapak-bapak tua itu. Tapi tiba-tiba, bapak-bapak itu narik jilbab si mbak-mbak tersebut.

Tiba-tiba aja Prilly langsung lari ninggalin gue dan nyamperin mbak-mbak yang tadi dimarahin dan sekarang lagi ditarik jilbabnya ama bapak-bapak ga jelas itu.

Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi gue masih bisa denger percakapan mereka.

"Pak! Maaf, cukup pak! Jangan ditarik jilbabnya." Seru Prilly sambil berusaha lepasin cengkraman tangan si bapak-bapak tadi dari jilbab si mbak-mbak. Sementara si mbak-mbak menangis kesakitan karena jilbabnya ditarik.

"Pak! Cukup pak! Bapak kenapa sih??!" Prilly berteriak. Wow! Baru kali ini gue denger Prilly teriak, biasanya dia selalu bicara lemah lembut gitu..

Si bapak-bapak langsung lepasin cengkraman tangannya dari si mbak-mbak. Sementara Prilly langsung meluk si mbak-mbak tadi sambil nenangin. Aaw! Gue juga mau dipeluk dong...

"Bapak apa-apaan sih?! Kenapa bapak suruh dia lepas jilbabnya?" Prilly keliatan marah banget..

"Saya nggak mau tau! Pokoknya.. kalo dia masih mau kerja di sini! Dia harus ngelepas jilbabnya!" Ucap bapak itu dengan nada yang nyeremin banget.

"Apa masalah bapak dengan jilbab dia? Ini kewajiban agama kami pak! Bapak harusnya bisa toleransi dong!" Prilly masih saja protes.

"Dasar kamu ya!!" Ucap bapak itu sambil ngangkat tangannya untuk narik jilbab Prilly. Tapi gue langsung buru-buru nahan tangan tuh bapak.

"Bapak jangan gitu dong! Beraninya jangan ama perempuan aja. Masalah bapak apa sih? Sampe gak ngebolehin mbak ini make jilbab." Gue mulai angkat bicara. Enak aje dia mau narik jilbab bidadari gue.

"Gak mau tau!! Pokoknya saya tidak suka dia pake jilbab!"

"Bapak gak boleh gitu! Alasan bapak apa? Bapak nggak ngasih alesan yang jelas kenapa dia nggak boleh make jilbab." Prilly mulai ngangkat suara lagi.

"Aargh! Pokoknya! Kalo dia tetep mau kerja, buka jilbabnya!" Lagi-lagi si bapak gak ngasih alesan yang jelas.

"Nggak usah! Bapak nggak usah suruh dia buka jilbab. Karena mulai detik ini, dia akan mengundurkan diri." Ucap Prilly dan membuat si mbak kaget.

"Mbak.. tapi saya butuh kerja." Lirih mbak-mbak itu pada Prilly.

"Nanti saya bantu cari kerja, mbak lebih baik keluar daripada mengorbankan jilbab mbak.." busset! Prilly bicaranya bijaksana banget.

Sementara si mbak itu cuma mengangguk.

"Baiklah kalau begitu! Saya tidak perlu repot-repot lagi menyuruh dia buka jilbab." Ucap si bapak sambil ketawa-ketawa. Dih! Gila kali tuh bapak.

Setelah si bapak pergi, gue dan Prilly ngajak mbak yang gue belum tau namanya ini duduk di tempat gue dan Prilly tadi duduk.

Mbak itu masih sesenggukan dan Prilly bertanya pada mbak-mbak itu, kali ini volume suaranya sudah seperti semula.

"Mbak namanya siapa?" Tanya Prilly.

"Nama saya Hani, Mbak." Lirih mbak Hani.

"Itu tadi bosnya Mba Hani ya?" Prilly bertanya lagi, kali ini gue milih diem. Membiarkan bidadari gue dan Mba Hani berbicara.

"Iya Mbak, maaf sebelumnya nama Mbak siapa ya?"

"Oh maaf saya lupa, nama saya Prilly."

"Mbak kerja di sana jadi apa?" Tanya Prilly lagi.

"Jadi pelayan cafe Mbak."

"Itu bosnya Mba Hani nonmuslim ya?"

"Saya kurang tau Mba Prilly, tapi setau saya sejak istri dan anaknya meninggal karena kecelakaan bos saya jadi begitu. Suka marah-marah tanpa alasan yang jelas."

"Gitu ya.."

"Iya Mbak. Mbak, tolong saya Mbak.. saya lagi butuh uang." Ucap Mba Hani.

"Iya, nanti saya bantu Mba Hani cari kerja ya."

Denger Prilly bilang gitu, gue langsung inget Tante Hanum yang lagi butuh karyawan di restorannya.

"Mba Hani, Tante saya kebetulan lagi ada lowongan kerja jadi karyawan di restorannya. Mba Hani mau?? Kalo mau, saya kasih nomor Tante saya." Ucap gue.

"Mau Mas! Saya mau.." yaelah... dia manggil gue 'Mas' emang muka gue tua banget yah?

"Yaudah.. catet ya nomer Tante saya." Gue pun nyebutin nomer hp Tante Hanum.

"Yaudah saya mau pamit dulu ya Mas, Mbak.. saya juga mau bilang makasih banget. Mungkin kalo nggak ada Mba Prilly dan suaminya saya udah nggak tau harus ngapain tadi. Sekali lagi makasih ya Mas, Mbak. Saya do'ain keluarga kalian Sakinah Mawaddah Warahmah ya.. sekali lagi makasih ya."

Gue dan Prilly sama-sama tertegun denger Mba Hani bilang "Mba Prilly dan suaminya." Dan juga kalimat "Saya do'ain keluarga kalian Sakinah, Mawaddah, Warahmah."

Gue liat Prilly baru aja mau buka mulut untuk ngejelasin, tapi Mba Hani udah pergi.

Prilly ngelirik gue yang lagi senyum ke arah dia.

"Apa lo? Awas baper ya ama ucapannya Mba Hani tadi." Ancam Prilly.

"Eh... Husna kok belom balik ya dari tadi?" Tanya Prilly. Gue dan Prilly baru sadar kalo dari tadi Husna belom balik dari beli minum.

"Tau nih.."

"Kita cari Husna ke tempat yang banyak jualan minum sana yuk." Ajak Prilly.

"Ayuk istriku.." ucap gue. Reflek, biasa lidah gue gak diayak dulu kalo ngomong.

"Udah gue bilang jangan baper ama ucapannya Mba Hani." Prilly peringatin gue lagi.

"Iya udah, katanya mau cari Husna."

------------------------------------------------------
Vote+Comment!!

28 Desember 2015

Aku Mencintaimu karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang