Back to Forest

13 2 0
                                    

2nd May 2016 on 11.45

Drap drap drap...

"Kakek dan nenek tahu, kan? Bahwa... Bahwa... Hiks.... Aku... Te-telah membunuh Arieze? Kalian tahu, kan?"

"Akulah Zayn. Sahabat Arieze. Namaku sengaja ku ganti agar nama kami tidak sama. Dan... Anda ingat, kan bahwa aku dan Arieze mirip satu sama lain?"

"Zaide! Apa yang salah denganmu? Mengapa kau berkata seperti itu?"

"Lalu apa? Apa yang ada dalam pikiranku? Siapa Zayn yang membunuh Arieze? Siapakah ibu yang berusaha membuka pintu yang terkunci? Arieze siapa lagi yang ku bunuh?"

"Aku telah jujur pada kalian semua! Aku mengatakan apa yang ada dalam ingatanku! Kenapa? Kenapa kalian tidak bisa percaya padaku? Aku berkata jujur!"

"Ibu!!!"

"Arieze!"

Kenapa? Aku tidak mengerti! Apa yang membuat mereka tak percaya?

"Siapa kau sebenarnya?"

"Aku... Zaide Lord."

"Zaide Lord? Se... Sepertinya... Aku... A-aku pernah tahu itu."

"Tidak..."

"Tidak... Ti-tidak..."

"A... Aku... Aku... Aku membunuhnya..."

"Aku yang telah membunuh anak Anda, nyonya."

"Aku tidak percaya padamu, Zaide West! Kau membunuh anakku?!"

"Itu benar! Aku ingat itu! Itu salah satu ingatanku yang masih ada, kek! Mengapa Anda masih bersamaku setelah aku membunuh Arieze? Mengapa, kek? Mengapa?"

Aku berlari masuk ke dalam hutan. Terus berlari tanpa arah. Diriku sudah tak bisa mengatur arah lagi.

Bruk...

Argh....

Aku terjatuh. Terjatuh karena mengenai sesuatu. Kakiku rasanya begitu sakit.

Aku tidak bangkit. Aku tetap terbaring di tanah hutan yang berkabut ini. Aku terdiam di dalam hutan ini.

Tapi... Air mata terus saja mengalir. Aku tidak bisa mengehentikan air mataku ini.

"Zaide! Di mana kau?"

Aku mendengar suara itu. Itu membuatku kembali bangkit dan berlari. Tapi kakiku menghalangi. Aku kembali terjatuh dan aku tidak bisa menghindar.

Menghindar dari adikku.

Aku kembali mencoba berdiri. Terus mencoba untuk berjalan. Tapi aku terus saja terjatuh.

"Zaide!"

Akhirnya aku bergeser ke semak-semak yang agak jauh dariku untuk bersembunyi. Aku tidak ingin melihat John yang yang begitu sedih.

Aku begitu lelah di siang yang panas ini. Aku kelelahan karena berlari ke hutan ini. Tapi aku harus tetap bersembunyi.

"Kakak,"

Suara itu sangat dekat. Itu berarti dia sudah ada di dekatku.

"Jangan pergi. Ku mohon kembalilah."

Aku hanya diam. Juga tak menengok. Aku hanya mencoba berdiri dan berjalan ke arahnya. Tapi aku kembali terjatuh. Terjatuh di hadapannya.

"Ayo. Biar kubantu."

"Tidak perlu. A-ku bisa sen-diri."

Aku kembali berdiri tapi aku terjatuh lagi. Tapi John... Dia berhasil menahanku dengan cepat.

"Akhirnya. Aku berhasil menahanmu. Aku bisa menjadi penyelamat sama sepertimu." Kata John yang tersenyum padaku

Aku hanya melihatnya dengan datar. Aku tidak bisa berekspresi saat ini. Aku... Aku tidak berniat melakukan apapun.

Aku hanya ingin lari dari kenyataan pahit ini. Kenyataan yang membuatku selalu sedih seperti ini. Membuatku terjatuh dan tak bisa bangkit kembali.

Diriku telah terjatuh. Jatuh dalam kegelapan dan jatuh dari pernderitaan yang tak kunjung hilang ini. Kesedihan.

"Mengapa kau mengejarku? Mengapa kau ingin mendapatkanku lagi? Padahal... Aku sudah tidak berguna lagi, John!"

Hiks...

"Apa maksud kakak? Kakak tetaplah yang terbaik! Aku tahu rasanya tidak dipercaya. Tapi... Aku tetap percaya padamu meskipun aku tidak yakin. Aku tahu bahwa kau... Kau kakak yang jujur. Kau tidak pernah berbohong."

Aku hanya tersenyum meskipun tipis. Dan John... Dia membalas senyumanku dengan senyumnya yang khas. Manis dan hangat.

"Ayo kita pulang. Hutan ini begitu berbahaya. Aku akan membantumu."

Aku mengagguk pelan dan kami pulang bersama.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang