Back to Family

13 2 0
                                    

"Tidak! Aku hanya khawatir!" Kata Erenna

Wajah Denny langsung terlihat kesal dan ia pergi ke balkon.

"Zaide, maafkan dia. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Karena... Aku sudah memilikinya."

"Aku juga tidak akan pernah melakukan hal yang sama denganmu. Ini untuk kebaikkan seorang perempuan."

Erenna mengangguk.

"Zaide, aku mengaharapkan dirimu bisa seperti yang John harapkan. Tapi... Aku tidak bisa! Itu sudah tertanam padamu selama 19 tahun lebih. Apalagi... Kau telah dimangsa oleh..."

"Katakan saja bahwa itu Serigala Bulan Hitam! Itu beres!"

Erenna melihat ke balkon dan berteriak.

"Denny!"

"Itu pembalasan karena sudah mencintainya! Kau ini pengkhianat!"

"Berhenti berkata yang tidak-tidak!!"

"Kau tidak mengakuinya?" Tanya Denny

"Tidak! Karena aku hanya untukmu!"

"Ya sudahlah."

Erenna kembali melihatku.

"Aku tidak bisa melakukannya... Karena keparahanmu ini. Dokter dan Tuan Foregin saja tidak bisa. Apalagi diriku!

"Maafkan aku. Diriku memang jahat padamu pada pertama kalinya. Tapi... Saat ini, aku ingin membantumu!"

"Bisakah... Aku kembali? Aku ingin bertemu dengan sahabat hitamku, Corwin."Kataku yang memohon karena tidak enak melihat pertengkaran mereka sejak tadi

Erenna terkejut.

"Ba... Baik. Tapi... Jangan beritahu apapun, ya."

Aku mengangguk.

"Lagipula kau akan kembali seperti saat kau baru saja terbangun dari tidurmu."

"See you."

Aku dibuatnya tertidur untuk sementara. Dan... Diriku ini membuka mataku.

"Zaide,"

Aku melihat Corwin dan memikirkan pertanyaan yang selalu saja kutanyakan.

"Co... Corwin, apa... Yang terjadi?" Tanyaku

"Kau... Semakin parah dari pertama kali kau disini, kawanku. Ada apa denganmu?"

Aku menggeleng pelan.

"Apa kau sedih? Kau tidak boleh begitu! Aku takut kau semakin rusak. Jangan pergi, kawanku!"

Corwin memegang tanganku yang hangat.

"Kau tidak perlu khawatir. Diriku akan baik-baik saja."

Corwin mengangguk.

"Pasti. Kau selalu mengatakannya." Katanya

Aku tersenyum, begitu juga dengan kawanku ini.

Tapi, senyuman Sang Pembawa Kegelapan Hitam itu hilang, terganti oleh kemurungan. Diriku sedikit heran dan... Aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Ada apa?" Tanyaku

"Aku membayangkan masa depan keluarga kita. Apa... Kau masih bersama kami?" Tanyanya balik

Diriku ini terkejut setelah mendengarnya.

"A... Aku tidak tahu. Tapi masa depan pasti berbeda dengan saat ini." Jawabku

"Pasti."

Corwin melihat jam, kemudian melihatku lagi.

"Aku harus pergi melihat keadaan kakek. Tidak apa, kan jika kau sendiri disini?" Tanyanya

"Tidak apa-apa. Pergilah." Jawabku

Ckrek...

"Corwin, ini giliranku, kan?"

Corwin menengok ke asal suara, yaitu pintu.

"Iya. Aku baru saja ingin pergi." Jawab Corwin

"Ok."

Ternyata yang baru datang itu adalah adikku. Ia memasuki kamar ini dan mendekatiku.

"Sampai jumpa lagi, kawan."

Corwin tersenyum padaku dan pergi keluar.

"Kakak,"

John tertunduk. Entah apa yang terjadi padanya, tapi aku tahu kalau dia sedang sedih.

Tanganku bergerak ke arahnya dan mengelus rambut coklatnya.

"Apa yang ingin kau katakan? Aku bisa menerima apapun." Kataku yang ingin dia bicara

"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku hanya khawatir."

"Apakah yang harus kau khawatirkan?" Tanyaku

"Tentu saja dirimu! Sejak awal semuanya salahku! Akulah yang membuatmu begini!

"Kau ingat, kan, bahwa akulah yang membuatmu selalu sakit!"

John melihatku dengan mata yang berkaca-kaca ia langsung memelukku dengan eratnya.

"Aku sungguh merasa menyesal! Diriku ini benar-benar pengurus yang buruk! Aku ingin sekali menjagamu! Tapi... Aku gagal! Aku gagal total!"

"Kau tidak perlu begitu. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Itu akan menjadi sebuah pelajaran yang baik untuk memperbaiki semua kesalahanmu.

"Satu rahasia kecil yang harus kau bawa setiap saat. Jangan menyerah."

John melepas pelukannya dan melihatku. Ia menghapus air matanya dan mengangguk padaku.

"Baiklah. Aku akan berusaha!"

Aku tersenyum padanya, ia pun membalasnya.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang