Go and Talk

13 2 0
                                    

"By the way, I must go now."

"Pergi? Tak bisa, kawanku! Kau tidak lihat bagaimana kondisimu?"

"I know that. And I'll be alright. Don't worry about me."

Denny melihatku sejenak. Dan ia menghela napas.

"Jika itu maumu, kau tinggal pergi ke hutan yang ada disini. Aku yakin kau akan menemukan hutan itu."

Aku melihat Denny yang terlihat mulai sedih.

Mengapa? Apa kau kesepian?

"Den, ada masalah apa?" Tanyaku

"Tidak. Pergilah. Selematkan Erenna. Aku akan menunggumu." Jawabnya

Aku hanya terdiam mendengarnya. Aku yakin dia begitu sedih saat ini.

Aku merasa iba melihatnya. Aku bergeser hingga ada di sebelahnya. Ku lihat dia dengan rasa khawatir yang menyesakkanku.

"Kenapa? Pergilah jika kau ingin. Aku tidak apa-apa."

"Kau serius? Ceritakan saja apa masalahmu."

"Ok. Erenna... Dia adalah... Pacarku.

"A... Aku takut dia akan suka padamu. Aku tahu kau itu orang yang begitu tampan dibanding diriku. Tapi... Ambilah. Ambilah dia. Kau akan siap untuk itu.

"Aku pun siap merelakannya."

Seketika diriku terkejut. Bagaimana seseorang yang kecil itu bisa menjadi seorang pacar bagi sahabatku ini?

"Kau bingung? Kau akan tahu nanti.

"Pergilah sebelum terlambat, Zaide.

"Ini untuknya."

Aku melihatnya. Melihat air mata yang jatuh dari mata seorang sahabat.

"Pergilah!"

Aku hanya bisa menghela napas dan bangkit dari tempat tidur. Kemudian kuangkat gadis kecil itu beserta kainnya kubawa dia dengan kehangatan diriku ini.

Denny melihatku.

"Sudah kuduga...

"Kau cocok dengannya."

"Ini bukanlah perjodohan! Aku melakukan ini karena aku khawatir! Dan... Erenna telah menjadi temanku! Kita hanya teman!"Kataku dengan begitu tegasnya

Dia melihatku yang terlihat marah. Ia tertunduk karena takut akan kemarahanku ini.

"Ma... Maaf."

"Tak apa. Aku memang tak pantas mencocokkan kalian. Kaulah yang harusnya mencari seorang pendamping jika sudah saatnya."

Denny berdiri dan memberiku dua koin biru yang bersinar.

"Ini untukmu. Kau akan ke Desa Grenisa dengan ini. Pasti kau akan lelah berjalan kaki. Carilah kereta kuda yang akan mengantarmu ke sana."

Aku melihatnya yang memberiku uang dengan tulus.

"Ma... Maaf. Aku tidak bisa menerimanya."

"Kenapa? Kita ini sahabat, kan? Pergilah dan bawa Erenna."

Aku mengangguk dan menerima uang itu. Kemudian aku pergi meninggalkan kamar.

Aku menengok melihat Denny dengan wajah yang terlihat serius.

"Jangan katakan ini pada keluargaku dan Kakek Foregin, ya! Kau akan tahu apa balasanku."

"Ba... Baik."

Aku keluar dari kamar dan berjalan menuju lift.

Tap tap tap...

Aku yakin dia akan tetap memilihmu, Denny.

aku tak pantas memiliki hubungan seperti itu!

Aku belum siap untuk itu!

Bagaimana jika aku membunuh seseorang yang kucintai?

John saja ingin kubunuh, apalagi dia.

Tapi... Tak apa. Aku akan berusaha agar tak berubah sebelum sampai.

Aku memasuki lift dan turun ke lantai dasar. Kemudian aku keluar melewati pintu depan.

Skip....

Tuk tuk tuk tuk...

Suara kaki kuda begitu menenangkan diriku.

Aku melihatnya yang terlihat pucat. Tapi ia masih bernapas.

Bertahanlah, Peri Kecil. Aku akan segera membawamu.

"Dojo Grenisa, ya?"

Aku melihat Kusir yang melihatku.

"I... Iya."

"Anda tahu? Di Desa Grenisa sangat berbahaya. Seseorang yang misterius datang membunuh warga. Sebaiknya Anda berhati-hati."

"Saya tahu itu. Desa Grenisa adalah tempat tinggal Saya. Saya tahu bahaya apa yang Saya alami." Kataku

"Anda kenal Sensei Zaide?"

"Ya. Dan itu... Saya sendiri. Mengapa Anda bertanya?"

"A... Anda... Sensei Zaide?"

"Ya, Tuan yang baik. Mengapa Anda menanyakan diri Saya?"

"A... Anda masih hidup?"

"Tentu. Sekarang Saya bersama Anda di dalam kereta kuda ini." Jawabku

Tiba-tiba kereta kudanya berhenti, dan kusir itu bangkit dan duduk di depanku.

"Se... Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Pemimpin Orang Baik. Saya sangat senang bertemu dengan Anda.

"Anda begitu terkenal karena anak-anak yang menceritakan kebaikkan Anda setelah kepergian Anda.

"Artikel Anda pernah dimuat di koran pada tanggal 25 April tahun lalu. Saya sangat termotivasi dengan perbuatan Anda yang begitu mulia itu.

"Bersediakah Anda mengajari Saya untuk bisa seperti Anda?"

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang