Father....

13 2 0
                                    

AAARRGH!!!

"ZAIDE!!!"

Rasa sakit kembali melanda. Rasanya diriku semakin terjajah dengan sakit yang tidak kuketahui ini.

Ini bukan Demam atau Flu. Lalu... Apa ini?

Trrrrrriiinng

Suara apa itu? Mengapa itu sangat kencang?

"Zaide, ku mohon bertahanlah!"

Aku merasakannya hingga hampir tak bisa bergerak! Apakah ini? Mengapa bisa?

Napasku tak terkendali. Diriku mulai terengah-engah. Detak jantung begitu cepat.

Deg deg deg deg deg deg....

Hosh... Hosh...

"JOOHHN!!!"

"Tenanglah! Tolong kendalikanlah. Tolong bertahanlah!"

Hiks...

"A... Aku... Akan... Ber-bertahan! Aku akan ber-"

Lagi-lagi dan lagi... Mataku terpejam. Rasa sakit itu hilang. Tapi akan kembali dengan cepat.

Aku tampak jauh dari cahaya. Dan aku melihat gelembung-gelembung yang berasal dari bawah.

Tempat ini memang gelap. Tapi... Cukup banyak gelembung dan aku tampak tertarik ke bawah.

Posisiku saat ini adalah terbalik. Kakiku berada di atas dan kepalaku di bawah. Mataku terbuka melihat kegelapan yang amat gelap di bawahku.

Ini layaknya tenggelam di dasar lautan yang amat dalam. Tapi diriku masih dapat bernapas.

Kegelapan terus saja mendekat. Tubuhku tak dapat bergerak dan terus tenggelam. Aku tak bisa ke atas.

Mataku mulai terpejam lagi. Dan saat aku membuka mataku lagi...

"Zaide! Kau bodoh!"

"Kau ingin mati?"

"Kau baru saja tenggelam! Aku khawatir!

Satu pertanyaan yang tengah terlintas saat ini.

Apakah ini mimpi?

"Oh... My son. Lain kali kau harus berhati-hati. Memang berbahaya saat di tengah laut seperti ini."

"A... Ayah... Maafkan aku."

Tiba-tiba aku tak melihat Ayah lagi. Beliau mengilang dari hadapanku. Pemandangan pantai yang luas sirna dan segalanya hitam.

Tak lama aku melihat tanganku yang berpengangan pada sebuah batu besar yang kuat. Kaki tidak berdiri di bumi.

Air mata keluar dengan sendirinya. Dan suara kepanikan keluar dari mulut orang-orang yang memandangku.

Sebuah tangan muncul di atasku.

"Pegang tanganku!"

Aku mencoba memegang tangan itu dengan tangan kananku yang tak memegang apapun. Hanya tangan kiriku yang memegang batu.

"Ah... Dapat!"

Di tariklah tanganku hingga aku melihat seseorang yang berjuang menarik tanganku.

"Ya ampun, Lord. Anakmu ini sangat lucu! Dia begitu ceroboh!"

Saat kakiku menginjak tanah lagi, aku terjatuh dan menimpa ayah hingga terjatuh di rerumputan di padang rumput yang luas.

"Ah... Anak ayah ceroboh sekali. Inilah anak ayah! Zaide West yang ceroboh!"

"Ayah, aku minta maaf. Selama ini ayah selalu berusaha menyelamatkanku dari bahaya."

"Ibu, kakak ceroboh sekali!"

Aku melihat John kecil yang memegang tangan ibunya.

"Hati-hati, Zaide. Ayah tahu kau ingin bersenang-senang. Tapi-"

"Tidak! Setiap hari aku selalu tidak bisa melihat apapun di saat tertentu. Saat aku sadar, aku sudah terjebak, yah! Apa yang terjadi?" Tanyaku sambil melihat ayah

Ayah tampak terkejut dan menatapku.

"Benarkah begitu, Zaide? Ayah tidak percaya ini."

Ayah duduk kemudian memelukku.

"Maafkan ayah, Zaide. Ini salah ayah dan ibumu, Sania."

"Memangnya... Ayah berbuat apa sampai meminta maaf padaku?"

"Kau belum siap mengetahuinya, Zaide. Itu akan menjadi sebuah rahasia yang akan kau tunggu sampai kau siap nanti.

"Kau tidak akan percaya saat kau mengetahuinya."

"Ayah, di mana Ibu? Mengapa ibu tidak ada? Mengapa ayah menikah lagi?"

"Kau akan tahu setelah kau dewasa. Kau akan tahu segalanya."

"Saat aku sudah bekerja, yah?"

"Iya, Zaide. Memangnya kau ingin kerja apa?"

"Aku ingin seperti ayah! Kuat, pemberani, dan tidak lemah! Aku ingin menjadi guru seperti ayah!"

"Ayah akan mengabulkannya untukmu, Zaide. Ayah janji."

"Ayah....

"Janji, ya! Ayah harus janji! Aku akan ingat janji ayah!"

"Ya, anakku. Ayah janji."

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang