No... No Way!

11 2 0
                                    

Sebuah senyuman muncul darinya.

Kuberi semangat untuk selalu menjagaku.

Aku tahu bahwa aku tlah beranjak dewasa.

Tapi... Aku tak akan menolaknya untuk menjagaku.

Dirinya begitu bersemangat setelah kuberitahu.

Ia bergegas membawakan sesuatu padaku.

Aku begitu bangga padanya.

"Minumlah. Doktermu menyarankan untuk meminumnya. Aku tidak begitu yakin ini akan membantu. Tapi, tak ada salahnya, kan jika kau mencobanya?" Tanya John sambil memberikan satu pil obat dan segelas air mineral padaku

Aku menerima dua benda itu dan langsung memasukkannya pada mulutku.

Tapi... Bukan berarti aku memakan gelasnya juga.

Aku menghabiskan air mineral dan memberikan gelasnya pada John.

"Terima kasih untuk obatnya. Semoga ini membantu." Kataku yang kemudian tersenyum pada John

Ia membalas senyumku dan pergi untuk meletakkan gelas.

Aku melihat tanganku yang penuh dengan luka. Apa yang telah terjadi? Apa ini luka dari para hewan itu?

"John,"

"Ya, kenapa?"

"Lu... Luka apa ini? A... Aku baru melihatnya."

John melihatku.

"Jangan tanyakan itu, kak. Kau membuatku takut." Jawabnya

Aku terheran untuk beberapa saat. Tapi diriku ini yakin bahwa aku telah melukai seseorang lagi.

Lalu... Apakah bertemu Denny dan Erenna itu... Hanyalah mimpi?

Tok tok...

"Masuk."

John langsung meresponnya sebelum diriku.

Ckrek...

"John, bisa antar aku mencari makanan? Aku lapar!"

Kay masuk ke dalam kamar dan John melihatnya.

"Baiklah. aku akan mengantarmu."

"Ok. Aku akan menunggu di luar."

Kay keluar menuju ruang tunggu.

"Zaide, aku akan mengantar Kay." Kata John yang kemudian berjalan ke arah pintu

"Baiklah."

John keluar dan pintu kamar tertutup.

Hm... Sunyi sekali disini.

Tak ada siapapun lagi selain diriku yang tak dapat berbuat apapun.

Hm... Ini cukup adil untukku.

Karena ini adalah sebuah hukuman.

"Maaf, Tuan Foregin. Saya harus bicara sebelum Anda melihatnya."

Suara itu berasal dari luar. Aku melihat jendela yang ditutupi tirai putih yang hanya memperlihatkan bayangan orang yang ada diluar.

"Begini, Tuan. Saya harus mengatakan ini. Tapi... Kemungkinan mereka..."

"Anak-anak?"

"Ya. Mereka tidak akan siap menerimanya. Apalagi adiknya."

"Me... Memangnya ada apa, dok? Kenapa Anda begitu tidak siap mengatakannya?"

"Saya merasa tertekan mengatakannya. Tapi Zaide... Dia sudah begitu parah. Entah apa yang dideritannya saat ini. Tapi, kami sudah menyimpulkan bahwa...

"Hidupnya tidak lama lagi."

"Begitukah? Bisakah Anda berbuat sesuatu untuknya?"

Apa... Apa yang kualami di hutan itu... Benar-benar nyata?

Erenna bilang aku telah mangsa.

Tapi... Kenapa?

"Kami sudah mencobanya. Tapi kami akan berusaha."

"Terima kasih sudah memberitahukannya."

"Sama-sama."

Kedua bayangan orang itu pergi ke arah yang berbeda. Satu menuju kemari, dan satunya menuju arah lain.

Tapi... Jika kakek tahu kalau aku mendengarnya....

Apa yang harus kulakukan?

Saat aku berpikir, diriku ini merasakan sakit kembali.

Aku mengukir senyuman diwajahku sambil menahan rasa sakitnya.

I... Ini... Waktu yang tepat.

Aku sungguh berterima kasih.

Rasanya semakin kuat saja. Dan aku hanya memejamkan mataku dan menahannya.

Ckrek...

Tap... Tap.. Tap...

Aku terus saja menahannya.

Bisakah ini lebih buruk? Ini untuk menjaga rahasia kecil itu!

Tolonglah...

Tolonglah diriku ini!

"Zaide, apa kau baik-baik saja?"

Aku membuka mataku dan melihat kakek yang begitu khawatir. Beliau sampai lupa akan rahasia itu.

"A... Aku..."

Tolonglah...

Ku... Ku mohon.

Kupegang kepalaku dengan begitu eratnya. Dan sakit itu semakin menyakitiku.

Te... Terima kasih. Kau sangat mudah untuk diajak bekerja sama.

"Tu... Tunggu sebentar! Aku akan memanggilkan beberapa dokter segera!"

Drap... Drap... Drap...

Beliau berlalu dengan begitu cepatnya. Dirinya begitu mengerti denganku.

Aku membuka mataku dan tersenyum lagi. Akan tetapi...

AAARRGH!!!

Itu memang mudah. Tapi... Begitu sulit menghilangkannya.

Aku terus memegangnya hingga diriku ini berguling-guling di ranjang kecil ini.

Cukup gila. Tapi... Ini memang sudah sangat parah!

Saat diriku ini masih sibuk berguling....

Bruk...

Diriku terjatuh dari ketinggian dan mataku langsung terpejam dengan sendirinya.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang