Story of Father

22 2 0
                                    

2nd May 2016 on 08.10 AM

Aku duduk di bangku yang ada di depan kamarku. Kulihat saudara dan sahabatku sedang mengajar murid mereka.

Aku begitu bahagia saat mereka mengajar. Mereka melakukan seperti yang kulakukan dulu.

Biasanya saat jam istirahat, aku pergi ke toko untuk membeli beberapa camilan untuk diberikan kepada murid-murid.

Masa-masa yang begitu membahagiakan dalam hidupku.

"Zaide,"

Aku menengok ke kanan. Tampak kakek dan istrinya berjalan ke arahku. Sepertinya mereka lewat pintu belakang.

"Kakek, apa yang membuat Anda dan nyonya yang baik ke sini?" Tanyaku

"Oh... Zaide. Panggil saja aku nenek. Kau tidak perlu memanggilku seperti itu." Kata Nenek Tasya

"Ya, nek. Aku akan melakukannya."

Kakek dan nenek duduk di sampingku.

"Apa yang membuatmu sakit lagi, nak?" Tanya Kakek Foregin

"Aku tidak tahu. Tapi saat aku berada disini, aku selalu sakit." Jawabku

"Mungkin kau belum beradaptasi dengan suhu udara disini." Kata Kakek Foregin

"Belum beradaptasi? Aku sudah 7 tahun berada disini." Kataku

"Benarkah? Kau sudah cukup lama disini, Zaide." Kata Nenek Tasya

"Ya. Tapi tidak selama John. Dia berada di sini sejak usianya 3 tahun. Aku tidak menyangka dia bisa betah berada di dojo ini." Kataku yang kemudian melihat John yang sedang melatih salah satu muridnya

"Kami juga sudah lama berada disini, Zaide. Cukup banyak perubahan. Apalagi setelah ayahmu meninggal." Kata Kakek Foregin

"Benar. Aku mengingatnya, kek. Ayah memaksaku untuk membunuhnya saat itu." Kataku

"Benarkah?" Tanya Kakek Foregin

"Benar. 6 tahun yang lalu, saat malam hari, ayah datang ke kamarku dan membangunkanku dari tidurku. Kemudian beliau mengajakku ke gudang dojo dan langsung memberiku sebuah Katana.

"Ayah bilang, " Zaide, anakku. Tolong bunuhlah aku. Aku ingin bertemu ibumu, Sania.". Aku sempat terkejut mendengar bahwa beliau ingin bertemu ibuku.

"Karena... Dulu aku tidak tahu bahwa Sensei Lord adalah ayahku sendiri. Setelah aku mendengarnya aku menolak dan, "Sen... Sensei... Anda... Adalah ayahku?"

"Ayah menganggukkan kepalanya dan tersenyum padaku. Aku sungguh tidak mempercayainya karena dulu.... Ayah menghilang saat aku pulang bersamanya. Karena saat itu juga, ayah telah membelikan hadiah untuk John.

"Ayah memegang tangan kananku yang memegang Katana. Ke... Kemudian beliau mengarahkan tanganku pada dadanya. Ayah menarikku hingga Katana itu tertusuk di jantungnya. Aku tidak menyangka ayah akan berbuat seperti itu."

"Cerita yang bagus, Zaide!" Seru Corwin yang bersandar di penyangga kayu yang ada di depanku

"Itu bukan cerita. Itu adalah ingattanku, Corwin." Kataku

"Benarkah? Itu sangat menegangkan, kawanku!" Kata Corwin

"Ya. Aku tahu itu. Aku sempat takut hingga aku berusaha melupakannya. Maka dari itu aku tidak ingat tentangnya." Kataku

"Permisi, Sensei-"

Aku melihat Devy yang ada di depanku.

"Panggil aku Zaide. Aku bukan apa-apa lagi di dojo ini."

"Tidak, kak. Kakak masih menjadi guru yang terbaik dihidupku sebelum Sensei John." Kata Devy

"Terima kasih, Devy."

"Kakak lihat sendiri, kan? Aku masih memakai pin ini!" Kata Devy sambil memperlihatkan pinnya hang ia pakai dipakaiannya

"Ya. Aku lihat itu. Terima kasih telah menghiburku selama ini"

"Itu tidak masalah, kak! Terima kasih telah menjadi pembimbingku selama ini."

"Sama-sama. Itu sudah menjadi tugasku."

"Kalau begitu, aku akan belajar lagi. Get Well Soon, kak!"

Devy pergi ke halaman dan aku hanya bisa tersenyum melihatnya.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang