Word of My Book

14 2 0
                                    

4th May 2016 on 19.12 PM

Aku bersandar pada bantal tempat tidur sambil menuliskan beberapa kata. Kay bersandar pada dinding sambil melihat pemandangan alam malam hari yang dingin. Angin masuk dari jendela dan mengayun rambut coklatnya yang berantakan.

Kutuliskan kata-kata yang tak bisa kuberitahukan dengan kata-kata dalam pikiranku. Pikiranku sedang tidak begitu jernih saat ini.

Aku begitu khawatir pada Ibu Corwin. Semoga Beliau bisa diberikan kesembuhan dan bisa kembali memimpin kerajaan bersama Sang Raja.

Kupikirkan apa yang kutulis ini. Seakan kehabisan kata-kata untuk ini. Entahlah aku menulis cerita atau apa. Tapi aku tidak bisa berpikir.

Kutuliskan saja apa yang ada didalam kepalaku seperti rasa penyesalan yang dalam. Entah apa itu, tapi kutulis saja.

Maafkan aku yang aneh ini. Tapi... Aku tidak bisa memberikan kemudahan untuk memberitahu apakah ini. Tapi... Aku sedang mencari kata yang bagus.

"Sedang menulis, Zaide?"

Aku melihat Kay yang hanya melirikku. Ia masih sibuk menikmati angin yang dingin dan lembut.

"Iya. Bisa kau bantu aku mencari kata yang baik untuk ceritaku ini? Ini tentang sebuah penyesalan."Kataku

"Boleh saja. Katakan saja, "Maafkan aku. Aku merasa menyesal atas segala perbuatanku." Simpel. Seperti yang kau katakan ketika kau meminta maaf."Kay menjawab pertanyaanku

"Oh ya. Aku lupa. Terima kasih!"

Aku kembali menulis. Sebuah penyesalan telah kutulis.

Kau sudah tahu, kan, apa yang ku tulis?

Tak banyak yang kutulis.

Tapi kutahu ini akan berguna baginya.

Sebuah penyesalan terdalam telah tertulis dalam sebuah kertas putih penuh dengan tulisan.

Kuukir senyuman kecil sambil terus menulis. Kebosanan hidup ini hilang karena Kay membawakan buku catatanku yang berisi petualangan hebat di hidupku.

Sudah kusempatkan waktuku untuk menulis curhatanku selama beberapa hari terakhir ini.

Tak terhitung air mata kekhawatiran keluar karena diriku.

Tak terhitung rasa kasih sayang mereka padaku.

Tak terhitung pula cinta dari hati yang terdalam.

Amat sangat dalam.

Hingga kutahu cinta tak dapat terhitung.

Hingga rasa cinta itu bisa hancur karena perselisihan.

Cinta bukan untuk seorang kekasih. Bukan juga untuk seseorang yang amat kau sayangi.

Rasa cinta keluar untuk siapa pun dirimu dan dari siapa pun itu.

Teman saja bisa mencintai teman yang lain. Mereka saling percaya akan keberadaan mereka. Selalu mengasihi mereka. Walaupun hanya sebatas teman.

Cinta juga ada pada sebuah persaudaraan walaupun saudaramu orang asing sekalipun. Kau tak mengenalnya. Tapi rasa cinta muncul setelah kau mengenalnya begitu dekat.

Contoh rasa cinta dalam hidupku... Adalah adikku sendiri, John West.

Ia selalu menjagaku dengan baik dan hangat.

Rasa cintanya melebihi rasa cintaku padanya.

Rasa cinta dari hatinya tak dapat dihitung dengan jari atau akal.

Rasa cintanya sebanyak bintang di langit.

Tak terhingga sampai kapanpun.

Kau bisa mencintai seseorang. Jika kau tak bisa memiliki seorang pacar, bahkan istri sekalipun, kau dapat mencintai orang terdekatmu. Atau sebatas teman juga tak masalah.

Jika kau mencintai musuhmu... Itu terserah padamu. Akan kah ia akan menerimamu atau justru semakin membencimu... Aku tidak akan tahu.

Banyak cara agar kau ingin dicintai. Tapi hanya satu contoh yang bisa kukatakan.

'Kau harus mencintainya sebelum ia mencintaimu.'

Itu sudah cukup untuk membuatnya mencintaimu.

Sepertinya Kay melakukan itu. Ia ingin semua orang kembali mencintainya. Jadi ia berhenti menyakitiku.

Ia begitu rela meskipun tujuannya hanya untuk melindungi keluarganya dariku.

Diriku yang berbeda hampir 360°.

Sangat berbeda.

Aku kembali tersenyum dan aku meletakkan pulpenku dan memejamkan mataku untuk beristirahat.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang