Grandpa Foregin

14 2 0
                                    

Rahasia kecil itu aman bersamaku.

Diriku tak akan memberitahukannya.

Hanya dirimu yang tahu, Tuan Foregin.

Kau akan tahu setelah diriku ini pergi.

Aku tidak akan tahu akan masa depan.

Tapi... Apakah pantas diriku mempercayai perkataan seorang manusia biasa?

Tentunya... Tidak. Takdir bisa diubah.

Dan... Itu perlu perjuangan.

"Zaide,"

Mataku terbuka. Dan aku melihat seorang gadis yang melihatku.

"Ere... Erenna,"

"Zaide, apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya dengan wajah yang kebingungan

Aku hanya terdiam melihatnya. Kemudian diriku menampar pipiku. Dan... Itu terasa sakit tentunya.

"Ada apa? Mengapa kau tampar pipimu?" Tanyanya lagi

"I... Ini bukan mimpi." Gumamku

"Tentu saja bukan. Kau ada di istanaku. Apa yang membuatmu kemari?" Tanyanya

"A... Aku tidak tahu. Tapi... Aku begitu kesakitan. Argh..." Jawabku

"Oh... Ma... Maafkan aku. Pasti rasa sakitmu membawamu kemari. Soalnya aku memasangkan mantra. Setiap kau sakit dan pingsan, kau langsung terbawa kesini. Dan saat kau kembali terbangun, dirimu akan kembali.

"Tapi tenanglah. Kau tidak benar-benar menghilang. Di kamar tempat kau berada, kau sedang mendapat beberapa urusan dengan para dokter. Kau masih bisa selamat."

Diriku termenung. Apa maksudnya dengan kata selamat?

Tapi, mereka akan mencoba segalanya.

Kakek sangat mempercayai mereka.

Beliau tak bisa melakukan apapun setelah dirinya celaka karenaku.

Aku duduk dan bersandar pada dinding.

"Erenna, bagaimana dengan kalian berdua?" Tanyaku

"Tidak baik! Denny memutuskanku! Dia menuduhku bahwa aku pengkhianat! Dia mengira bahwa aku menyukaimu!

"Bisakah aku meminta sebuah permintaan? Aku tidak bisa menggunakan mantraku untuk cinta."

Aku terdiam sejenak setelah mendengarnya. Otakku berjalan dan berpikir.

"Aku bisa membantumu."Kataku

"Benarkah?" Tanyanya

"I... Iya. Akan kukerjakan nanti." Jawabku

"Terima kasih sudah membantuku." Kata Erenna

"Sama-sa-"

Tiba-tiba penglihatanku terlihat kabur. Apa yang terjadi kali ini?

"Zaide, kau tidak apa-apa, kan?" Tanyanya

Aku berusaha untuk melihat dengan jelas. Jadi kuabaikan pertanyaan itu.

"Zaide,"

A... Apa yang salah? Mengapa bisa begini?

Ku pejamkan mataku sejenak. Tapi rasanya, aku seperti terjatuh dari posisiku tadi. Aku merasa diriku seperti terbaring. Apa diriku tlah kembali ke tempat semula?

"Tuan Foregin, maafkan aku. Sampai saat ini kami masih belum bisa memastikan apa yang terjadi. Tapi dia semakin parah saja setiap waktunya.

"Aku takut kami tidak bisa."

"Bisakah diriku memberikan sebuah rahasia kecil?"

Aku masih memejamkan mataku. Aku tidak mau ketahuan dan mereka mengakhiri pembicaraan mereka.

"Apa itu?"

"Kau tahu Desa Grenisa, kan?"

"Ah... Desa penuh dengan pembunuhan."

"Benar. Dan kau tidak akan percaya ini. Tapi... Kau sedang mengurus...

"Korban dari pembunuh ratusan jiwa itu."

"Ja... Jadi... Berarti...

"Banyak orang yang dibawa kesini hanya untuk membebaskan mereka yang terluka karena hampir terbunuh. Dan... Tak ada satu pun yang bisa selamat dari penderitaan mereka.

"Tapi Zaide Lord bisa bertahan lebih dari tiga hari. Dan itu aneh sekali."

"Hm... Benarkah?"

"Ya. Kebanyakan dari mereka langsung meninggal sebelum diurus. Karena terlalu lama untuk sampai disini."

"Apa kau pernah mengurus pelaku pembunuhnya?"

"Tentu saja tidak. Pembunuhnya, kan seorang pria. Indetitasnya tidak ku ketahui."

"Memang. Kau pandai juga."

Tap tap tap tap....

"Kau tahu saja tentangnya. Tapi... Adakah berita pembunuhan di desa itu belakangan ini?"

Suara kakek sangat dekat denganku. Dan kurasakan rambutku yang dielus pelan.

"Jangan lemah, anakku. Aku akan membantumu."

Bisikkan Beliau begitu pelan. Tapi aku bisa mendengarnya.

Kakek...

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang