Part 11 [Lie]

22.3K 1.4K 20
                                    

Angelo's POV
Jantungku melonjak cepat dan keringat dingin menetes dari dahiku,
Seisi ruangan melihat kearahku dan Kiara.
Aku segera memutar otakku untuk menemukan alasan masuk akal yang akan di mengerti oleh semua keluargaku.
Terlihat tatapan tajam dari kakekku.
Kemudian aku tertawa menanggapi pandangan menyelidik yang mereka lemparkan ke arahku.

"Hahaha, yeah Kinara appeared on television because I'm pay the TV stations to make it appear that the news today but the news was already recorded several days straight.
My grandpa just say to make Kinara don't go to England, and Kinara can't be in two different places, Kinara're with us now and in television just recorded in a past day.
Remember, today we must do wedding and so impossible, Kinara can be in two different places."

Aku terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa aku sudah bekerjasama dengan stasiun tv terkait untuk meliput Kinara sebelumnya dan menampilkan di televisi bahwa liputan itu merupakan siaran langsung.
Aku juga meyakinkan mereka dengan mengatakan bahwa Kinara tidak mungkin berada di dua tempat berbeda secara bersamaan.

Dan mereka semua ber ooo ria, tertawa kemudian mengangguk mengerti, sepertinya mereka berpikir bahwa uang bisa melakukan apapun yang mustahil menjadi mungkin.
Dan mereka hanya mengetahui bahwa Kinara anak tunggal dan tidak ada yang nengetahui bahwa Kinara anak kembar.
Padahal jelas Kinara yang di televisi sangat berbeda dengan Kiara. Bisa terlihat jelas bahwa perempuan di sampingku ini seperti cewek bar-bar dan wanita di televisi itu terlihat anggun dan terpelajar.

Aku bernafas lega ketika seisi ruangan yang semula mencekam tiba-tiba kembali bersahabat dan mereka melanjutkan pesta tanpa memperdulikan televisi yang menyala bahkan keponakanku sudah mengacuhkan televisi itu dan beralih memakan kue-kue yang tersedia di atas meja.

Terlihat air muka Kiara yang mulai merilex dan tidak menunjukkan ketakutan lagi.
Untunglah Kinara bisu dan tuli, hal itu memudahkan Kiara untuk tidak berbicara terlalu banyak karena tidak begitu banyak keluargaku yang mencoba berinteraksi dengan Kiara
Hanya kakekku yang mengajak Kiara berbicara karena hanya kakekku yang mengerti bahasa isyarat yang di gunakan oleh Kiara.

☆☆☆☆☆

Kiara's POV
Sungguh jantungku serasa berhenti berdetak ketika keponakan Mevil mengatakan Kinara berada di televisi.
Sudah jelas itu memang merupakan siaran langsung dan Kinara memang sedang di liput.
Tetapi berkat kebohongan yang di lontarkan oleh Mevil, seisi keluarga mempercayai bahwa itu merupakan siaran yang sengaja di buat langsung dan sebenarnya siaran itu sudah di liput beberapa hari yang lalu.

Aku memperhatikan siaran itu dengan seksama.
Sungguh aku merasa bangga memiliki saudara kembar seperti Kinara.
Dia bisa menjadi begitu terkenal dengan segala keterbatasannya, kekurangannya bahkan tak terlihat dari luar.
Senyumnya mengembang dengan indah dan dengan tegap dia berjalan anggun diikuti asistennya yang menjelaskan satu persatu lukisan yang berada di pamerannya.
Bahkan dia berubah dari gadis kecil yang hanya bisa bersembunyi di belakangku menjadi gadis anggun dan terlihat sangat berpendidikan.

Sekali lagi aku bersyukur karena memanjangkan rambutku dan baru-baru ini aku harus merelakan rambut hitamku untuk di cat pirang agar nampak seperti Kinara.
Mevil bahkan membuat semua pakaian yang kukenakan nampak seperti pakaian yang di gunakan oleh Kinara, padahal sudah jelas ini bukan merupakan gayaku.
Aku lebih menyukai menguncir rambutku dari pada harus menggerainya seperti ini.

Aku bahkan bisa bernafas lega ketika tak banyak keluarga Mevil yang mendekatiku dan mengajakku bicara, sepertinya mereka merasa malas untuk berinteraksi dengan gadis yang mereka anggap bisu dan tuli padahal aku bisa mendengar semua bisik-bisik dan semua perkataan yang mereka perbincangkan.

The Wind BlowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang