Author's POV
Pria tua itu nampak memandangi tagihan kartu kredit yang masuk untuknya hari ini.
Dia mendengus pelan dan membuang tagihan itu kedalam tempat sampah.Kembali dia merogoh ponsel yang terdapat pada saku kirinya.
Terdengar sambungan telepon yang menunggu untuk di jawab."Halo, bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan pembeli?"
".........."
"Ohh begitu, baiklah. Aku mengerti."
Telepon kembali diputuskan dan pria itu nampak tersenyum.
Kemudian dia melangkah pergi.☆☆☆☆☆
Kiara's POV
Hari ini ayah kembali mengajakku jalan-jalan seharian.
Betapa senangnya aku yang harus pergi bersama ayah.
Dan ketika malam tiba, Ayah membawaku kesebuah hotel mewah yang hanya di hadiri oleh orang-orang yang berpengaruh di dunia bisnis dan memiliki ekonomi yang di atas rata-rata."Ayah, kenapa membawaku kesini?"
Aku bertanya pada ayahku sambil mengedarkan pandangan mengelilingi sekeliling hotel itu.Indah, satu kata itu terlintas di kepalaku.
Betapa indah hotel ini, dengan segala tata letaknya yang begitu apik."Ayah ingin mengenalkanmu dengan salah satu teman ayah."
Ayah tersenyum menjawab pertanyaanku dengan senyum lebarnya.Aku hanya mengangguk menanggapi jawaban ayahku.
Kami menaiki tingkat tertinggi hotel ini.
Dan aku dibawa masuk kedalam suatu ball room yang sangat besar.
Di sana banyak sekali orang asing yang berkeliaran.Apakah ada pesta disini?
Mereka nampak berpakaian rapi dan terlihat sangat anggun.
Banyak para gadis yang berdiri di atas panggung dengan penampilan menawan
Tapi wajah mereka terlihat menderita dan tidak banyak yang tersenyum kearah para hadirin.
Beberapa gadis nampak menangis dan terlihat ketakutan.Mengapa mereka berdiri di atas sana dengan tampang seperti itu?
Aku nampak kebingungan melihat mereka yang berlaku seperti itu."Ayah, mengapa mereka nampak ketakutan?"
Iseng aku kembali bertanya kepada ayahku.Ayahku hanya diam dan terus menggiringku berjalan hingga kami menuju kedalam suatu ruangan.
Disana banyak sekali anak gadis yang duduk di kursi dan ada beberapa yang di rias.Apa ini acara fashion show?
Mengapa mereka nampak begitu cantik?
Tapi wajah mereka menampakkan sorot ketakutan.
Aku terus berjalan mengikuti ayahku.
Hingga akhirnya ayahku berhenti tepat di depan seorang pria yang nampak tersenyum kearahnya."Hi teman, apakah ini putri cantikmu?"
Lelaki itu nampak menyapa ayahku sambil merangkul bahu ayahku.Ayahku tersenyum tipis menanggapinya.
"Kiara, mana sopan santunmu?"Aku segera memperkenalkan diriku.
"Halo paman, nama saya Kiara."
Aku mengulurkan tanganku dan di sambut hangat oleh lelaki tersebut"Umurmu berapa Kiara?"
Dia nampak tersenyum sambil menanyakan umurku."21 tahun paman."
Aku tersenyum singkat menjawab pertanyaan lelaki itu."Hmmm, Kupikir tadi umurmu baru belasan tahun. Hahaha, wajahmu begitu manis dan tutur bahasamu begitu apik. Anak yang sopan."
Dia nampak mengangguk-angguk.Aku kembali tersenyum menanggapi pujiannya.
Akhirnya kami bercengkrama cukup lama, sekitar 15 menitan kemudian seorang pelayan membawakan kami minuman dan kue-kue yang terlihat sangat menggiurkan."Ayo Kiara, jangan sungkan-sungkan. Makan saja kue yang kau inginkan."
Lelaki itu nampak tersenyum menyuguhiku makanan yang di bawa oleh pelayan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind Blows
Chick-LitWaktu kecil orang tua kandungku meninggalkanku di panti asuhan. Hingga akhirnya aku diangkat oleh sepasang suami istri. Mulanya hidupku sangat bahagia. Mereka menyekolahkanku, Mereka memberikanku fasilitas yang memadai, Aku merasa di sayangi. Hingga...