23

159 13 5
                                    

"Ahjumma.." Minha yang duduk menghadap jendela kaget akan sapaan itu. Suara itu, suara yang membentaknya tadi. "Mau apa?"

"Ahjumma, aku minta–"

"MINTA APA, JIHWAN?!" suara Minha menggelegar. Kamar Minha kedap suara, sehingga tidak ada yang mendengar teriakannya kecuali Jihwan dan Seungcheol. "Kamu juga! Kamu kan sahabatnya Yura! Kenapa kamu mau Yura tidak tunangan dengan Jisoo?! Kamu mau Yura mengalami sakit hati, hah?!"

"Ahjumma. Ku minta untuk tenang." sela Seungcheol ketika Minha sudah membuka mulutnya lagi. "Kami hanya tidak ingin sakit hati Yura bertambah."

"Maksudmu?" kesadaran Minha perlahan-lahan kembali. Tidak ada tatapan tajam dari matanya lagi. Tatapan tajam itu diganti oleh tatapan... Kecewa?

"Jisoo, dia mencintai adik kelas itu," Seungcheol sengaja tidak memberi tahukan bahwa Nara adalah adik kelas yang dimaksud. Dia takut Minha hilang kendali lagi.

Apalagi kalau tahu Nara adalah adik Seungcheol? Tidak ada harapan untuk Seungcheol menjelaskan sesuatu.

Pintu kamar dikunci Jihwan. Minha melihat Jihwan pun bertanya dengan dingin. "Kenapa kau kunci pintunya?"

Jihwan mengangkat sebelah alisnya, "agar tidak ada yang mengganggu? Sudahlah, ahjumma. Fokus pada Seungcheol hyung." tidak lupa kedua mata Jihwan berputar malas.

"Seperti kau dan ahjusshi. Mereka saling mencintai. Ahjumma cinta dengan Jongin ahjusshi kan?" tanya Seungcheol. Walaupun susah, Minha mengangguk. Dirinya tidak bisa menampik kalau dia cinta, bahkan sangat cinta dengan Jongin.

"Sama seperti Jisoo, ahjumma. Jisoo sangat mencintai adik kelasnya. Sama seperti kau dan ahjusshi. Jadi, jangan memaksakan kehendakmu, ahjumma.

"Yura memang cinta dengan Jisoo, tapi tidak bisa dikatakan saling mencintai. Kalau ini dibiarkan, sakit hati Yura akan lebih besar, ahjumma." terang Seungcheol. Minha sedikit terbelalak. Apa benar perbuatannya dapat membuat Yura tambah sakit?

"Apa itu.. benar?" tanya Minha dengan suara sedikit bergetar. Matanya memandang kedua lelaki itu nanar. "Ne. Itu benar, ahjumma."

Tapi setelah Jihwan menjawab pertanyaannya, mata Minha meredup. Jihwan sadar akan perubahan Minha. Tubuhnya mematung, pandangan menjadi kosong. Seungcheol juga sadar akan hal ini. "Ahjumma, kenapa?"

"Semuanya bukan urusan kalian," kata Minha dingin. "Ini masalahku dengan Jongki."

"Apa maksud ahjumma? Kalau boleh, bisa ceritakan sedikit?" saran Seungcheol hati-hati.

Minha pun memutuskan untuk menceritakan semua, sedetail-detailnya. Melihat Seungcheol dan Jihwan, dia tidak sanggup melihat wajah ingin tahu mereka.

Flashback ON

"Minha-ya.." Minha menoleh ke belakang. Didapati-nya Jongki sedang menggandeng Seolha. Sedikit sakit, mengingat Jongki adalah cinta pertamanya. "Ini Seolha."

Minha membalas uluran Seolha. Mereka berada di koridor sekolah, sedang menunggu bel setelah istirahat. "Siapa-mu, Jongki?" tanya Minha hati-hati.

"Yeoja chingu-ku."

Deg

Minha memandang nanar sepasang kekasih tersebut, lalu berlari menuju rooftop. Dia tidak kuat melihat mereka.

Minha dan Jongki sudah lama bersahabat. Jongki sendiri tidak tahu dengan perasaan Minha, sehingga dia santai mengenalkan Seolha. Ji Seolha kala itu adalah primadona sekolah. Jadi Jongki bangga punya yeoja chingu seperti Seolha.

"Kenapa harus begini Jongki?! KENAPA?!!" jerit Minha. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Terlalu sakit mencintai seseorang dari jauh.

Pandangannya mengabur. Tidak sadar Minha mendekat ke pinggiran rooftop. Kalau mencintai orang harus sesakit ini, Minha tidak akan cinta dengan orang. Tidak akan.

"Jangan mendekat kesana. Bunuh diri tidak menyelesaikan masalah, Park Minha." suara seseorang masuk ke dalam telinganya. Dia menoleh ke belakang dan menemukan Jongin dengan wajah datarnya. "Mau apa kamu kesini?"

"Ini tempat favorit-ku." Minha lupa kalau Jongin tidak patuh akan tata tertib sekolah. Lebih tepatnya, tidak peduli.

"Jangan bunuh dir–"

"Siapa yang mau bunuh diri?!" tanya Minha garang. Apa Jongin berpikir ia akan mengakhiri hidupnya?

'Dangkal sekali, pikirannya. Pantas rapotnya selalu merah.' batin Minha.

"Kau. Kau mendekati sisi rooftop. Beberapa langkah dan kau akan mencapai daratan yang sesungguhnya." ujar Jongin santai. Minha menggeram kesal. "Apa maumu?"

Jongin mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu apa yang diinginkannya. "Jadi yeoja chingu-ku?"

Itu terdengar seperti pertanyaan, tapi tidak dengan Minha. Itu seperti pernyataan. Dengan cepat Minha mengangguk. 'Mungkin Jongin tidak akan menyakitiku.'

***

"Dengan pemasangan cincin dijari satu sama lain, Ji Seolha dan Hong Jongki, resmi bersatu.. Bla bla bla.." Minha tidak tertarik dengan ucapan orang itu. Dia hanya tertarik dengan Jongki. Hanya Jongki. Walaupun Jongin setia memegang tangannya.

"JONGKI!" tiba-tiba Minha berteriak. "SARANGHAEYO!!" teriak Minha lagi. Ini tidak bisa ditahan. Perasaannya, walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.

Seolha memandang Minha bingung. Ini hari pernikahannya dan dia mendapatkan hadiah dari Minha. 'Apa ini hadiah yang dimaksud Minha? Pernyataan cinta untuk suamiku sendiri?'

"Apa-apaan kau Minha!" teriak Jongki saat Seolha berlari meninggalkan lokasi pernikahan mereka. Jongki segera mengejar Seolha keluar dari gedung.

Jongin juga tidak diam saja. Dia menyeret Minha menuju taman belakang. "Ku kira kau sudah melupakan Jongki,"

Jongin memandang nanar Minha, "ku kira kau sudah cinta aku. Kini aku tahu alasanmu mengulur-ulur waktu pernikahan kita." gumam Jongin pelan. Jongin menunduk, dia tidak ingin Minha melihat wajahnya.

"Ma-maksud-maksudmu?" tanya Minha gugup. Bukan Jongin yang menyakitinya. Dia yang menyakiti Jongin.

Jongin tersenyum manis. Manis sekali. Membuat hati Minha merasa bersalah. "Baik. Kejarlah Jongki-mu. Aku akan pergi. Selamat tinggal dan jaga dirimu baik-baik."

Bahkan di hari itu, dirinya menyadari cinta yang tulus. Cinta itu milik Jongin, bukan Jongki.

***

"Secara resmi, Park Minha menjadi Kim Minha. Kalian resmi menikah." Minha memandang suaminya yang duduk disebelahnya. "Terima kasih.."

Bisikan Minha membuat Jongin mengulas senyum. Wanita yang dua tahun lalu bilang kalau dia cinta Jongki, sekarang jadi miliknya.

Minha jadi miliknya. Minha jadi miliknya karena cinta. Bukan karena pernyataan tak mengandung arti seperti saat SMA.

Flashback OFF

"Dan aku tahu kalau Jongki menyimpan dendam untukku. Jujur, aku takut. Walaupun Jongin ada disampingku." berakhirlah cerita Minha. Seungcheol memandang Minha dengan tenang. Dia tidak menyangka masalahnya akan serumit ini.

~oOo~

Yeay! Ini part terpanjang :v maaf kalau gimana-gimana, ini nulisnya harus muter otak.

Ini ngetiknya pas lagi nonton film comedy. Jadi maaf kalo gak nge-feels.

Tambahkan taburan bintang :D

Complicated LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang