Joshua POV
Dari tadi pikiranku tidak tenang. Serius, rasanya ada yang janggal sejak kakiku melangkah keluar dari pintu dorm.
Aneh, biasanya tidak seperti ini.
"Josh, kau kenapa?"
"Ani. Hanya sedikit bingung." jawabku kepada Jihoon. Oh, Lee Jihoon itu sudah seperti hyung-ku. Jujur aku tidak seserius Seungcheol dalam menghadapi hidup. Padahal aku lebih tua daripada Jihoon.
"Bingung? Wae?" aku mendengus. Aku sendiri tidak tahu bingung karena apa, Seokmin malah bertanya. Yeah, aku bingung, apa yang aku bingungkan?
Bukankah ini terdengar sulit dipikirkan? Aku pun begitu. Pokoknya ada rasa yang janggal.
"Josh, kau kenapa?" aduh, kenapa sajangnim ikut-ikutan?
Aku menghela napas panjang, "tidak apa sajangnim. Lanjutkan pidatomu."
"Aku sudah berhenti berbicara sejak Woozi bertanya keadaanmu sekarang. Kau bingung kenapa?"
"Hanya merasa ada yang janggal sejak keluar dari dorm." jujurku. Ku lihat seluruh dahi member Seventeen berkerut. Lah, kenapa dibesar-besarkan? Aku kan hanya merasa ada yang janggal.
"Baik, kalian boleh balik ke dorm. Rapatnya juga sudah selesai, kok." jujur, aku merasa bersalah. "Apa karena aku, rapatnya selesai?"
"Nanti dijawab Seungcheol hyung saja. Kau tahu hyung, aku belum fasih berbahasa Korea." benar juga.
Tak ada gunanya bertanya kepada Minghao. Toh, kita juga butuh Jun kalau ingin bertanya kepada Minghao. Junhui adalah translate antara member Seventeen dan Minghao. Dia sangat dibutuhkan untuk komunikasi member Seventeen dan Minghao.
Kami keluar dari ruangan rapat Pledis dengan dahi berkerut. Kecuali aku. Habis—HAH, aku tambah bingung.
"Seung, apa rapat selesai karena perasaan janggalku?" tanyaku untuk kedua kalinya kepada salah satu member Seventeen.
Seungcheol memandangku bingung, "kau tidak mendengarkan sajangnim ketika berbicara tadi?"
Apa Seungcheol tidak mendengar tadi ketika aku bilang 'hanya merasa ada yang janggal sejak keluar dari dorm'? Jadi aku tak dapat fokus kepada dua sisi.
Sisi pertama, perasaan janggalku. Sisi kedua, ucapan sajangnim.
Intinya, aku merasa perasaan janggal ini terngiang di otakku. Hingga aku tidak mendengarkan ucapan sajangnim sedikitpun.
Oh, mungkin hanya saat sajangnim memperbolehkan Nara berada di dekatku.
"Tidak. Hanya mendengar yang aku akan biarkan dia berada di dekatmu dan tapi aku tidak mengijinkan kalian untuk menjalin hubungan untuk saat ini." jujurku lagi. Kalau dipikir-pikir, aku ini selalu jujur ketika di akhir.
Setelah didesak, sepertinya.
"Ani. Dia hanya menyebutkan kalau peluncuran MV diundur. Mungkin kita akan comeback live seminggu lagi. MV akan diluncurkan lusa,"
"Kalau tentang Nara saja, didengarkan. Kalau tentang Seventeen? Mendengarkannya kalau sedang ingin saja. Dasar." sungut Seungcheol, aku dengar itu.
Tak ada gunanya berdebat bersama Seungcheol. Aku dan para member Seventeen, pasti kalah ketika berdebat dengan Seungcheol.
Sesampainya di dorm, aku langsung masuk tanpa melihat keadaan sekitar dulu. Tanpa menunggu manajer Jung membukakan pintu —aku yang membuka pintu tadi. Biasanya manajer Jung— mobil tadi. Fyi, aku ke Pledis naik mobil pribadi, pulang dengan mobil grup. Soalnya ada salah satu hyung staf Seventeen ingin memakainya tadi.
"Benarkah? Tadi aku mendengar teriakan tunangan Josh oppa dari luar. Eonni lihat tidak?" aku shock. Jujur, sedikit shock. Apa Yura tadi berteriak di luar selama aku rapat?
"Ti-tidak." bagus, Kim Yura.
"Yakin?" aduh Nara kenapa kau tidak percayaan sih?
"Kenapa kau berdiri di depan pintu, Jisoo hyung?" tanya Hoshi. Aih, mengganggu saja. Ini suasana tegang, menurutku.
"Ya-yakin kok!" ku dengar suara Yura lagi. Dia membantah dengan lantang. Ku lihat Seungcheol menegang di sampingku. Hoshi sudah masuk ke dalam. Anehnya, tanpa diketahui kedua wanita itu. "Dia kenapa berseru seperti itu?"
"Tidak tahu." jawabku kepada Seungcheol.
"Baiklah." suara Nara terdengar pasrah dari sini.
"Hai Choira Nara noona!!" huh, si Mingyu ini pasti selalu heboh.
Nara menoleh ke belakang, matanya bertemu mataku dan Seungcheol. "Kalian sudah pulang."
Sebelum kakiku melangkah, Mingyu sudah menyelonong masuk ke dalam. "Ah, noona. Kalau rindu jangan ditahan.."
Entah aku yang merasa saja, atau ada yang lain. Mingyu terlihat terlalu santai hari ini. Biasanya muka dinginnya menampilkan senyum konyol—bagi member Seventeen kecuali Wonwoo, senyum Mingyu selalu konyol. Sekarang ditambah bergurau dan bercanda.
Tapi aku tahu kenapa perasaanku janggal dari tadi.
Yura hendak kesini. Beruntung dia tidak ketahuan Nara kalau dia adalah tunanganku.
~oOo~
Asdfghjkl, maaf kalo bikin kalian nunggu. Aku sempet sakit DB seminggu, jadi aku janji vakum dari sejak guru MTK ku sadis sampe UTS. Fyi, sekolahku udah selesai UTS.
Yehey :D
Tetep Vote ya.. Soalnya kalo ngeliat "..... Voted your story", imajinasi aku jalan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love
ФанфикChoi Nara. Perempuan itu sudah mencoba melupakan lelaki itu. Tapi, apa jadinya ketika mereka dipertemukan karena pekerjaan? "Kau tau, aku lelah mencoba melupakanmu, oppa." "Aku tidak ingin kamu pergi lagi, Nara!" "Kamu tidak seharusnya bersama dia!"...