Prologue

8K 452 4
                                    

Hujan malam ini cukup deras. Petir terus-menerus menyambar. Aku tak bisa tidur. Bukan karena aku takut pada hujan dan kawan-kawannya. Tapi aku takut dengan apa yg terjadi di rumah sebelah. Suara petir seakan-akan meredam suara kesedihan yg berada di sana.

Jendela kamarku selalu kubuka setiap malam. Aku selalu menunggu sosoknya memanjat ke teras kamarku yg berada di lantai 2, dan melalui jendela kamarku dia akan selalu datang menemuiku, memohon perlindungan di bawah selimutku, setiap malam.

Jam dinding menunjukkan pukul 02.20, dan kulihat dia datang. Rambut dan pakaiannya basah karena usahanya untuk memanjat jendela kamarnya dan melompat ke teras kamarku. Dengan santai seakan-akan hanya ada dia seorang diri di ruangan ini, seakan-akan kamar ini adalah kamar miliknya, dia melepaskan pakaiannya satu per satu, sampai tak tersisa satu pun helaian kain menutupi tubuhnya.

Aku masih belum bisa melihat ekspresinya, karena rambutnya yg panjang sedang menutupi wajahnya. Tapi aku bisa merasakan semua kesedihan yg dipancarkan dari kehadirannya di kamarku ini.

Dia melangkahkan kakinya ke arah tempat tidurku. Kubuka selimutku untuk mengundangnya tidur bersamaku. Saat dia merebahkan tubuhnya, seperti biasanya aku membuka lenganku untuk memeluknya. Dan seperti biasanya pula dia tak pernah peduli pada bantal yg kusediakan untuknya. Kepalanya langsung dibenamkannya di dadaku, lengannya di pinggangku, dan kaki kanannya diselipkan di sela2 kakiku.

Kuselimuti tubuh kami berdua dan kupeluk dia erat. Hanya ini yg mampu kuberikan padanya. Hanya dengan cara ini aku mampu melindunginya dari dunia. Dunia yg selalu menentangnya.

End of Prologue


BEST FRIEND? - PrivateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang