Meskipun udah complete, jangan lupa vote dan commentnya/krisan(kritik dan saran) thanku♡
Another fanfic written by me :
- The Reason I Love Tom : Calum Hood
- Me And Hus-band[sequel 'The Reason I Love Tom']
- Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings[related]
- Holiday : Michael Clifford
- The Junior Diary : Luke Hemmings-.-
Aku berjalan sambil meneteng tasku, malam ini aku terlalu larut pulang bekerja. Eh, jangan salah sangka, aku bekerja di perpustakaan umum. Dan tadi ada beberapa buku yang harus dicatat dan ditata sesuai nomornya.
Diujung jalan, aku melihat seorang laki-laki berjalan seperti orang linglung. Ia sempat terjatuh namun bangkit lagi, lalu ia berjalan dan jatuh lagi seperti itu berulang-ulang.
Aku pun menghampirinya dan membantunya untuk duduk, "Hei". Sebelum ia menjawabku, aku bisa merasakan bau alkohol yang pekat. Fuck, orang ini mabuk.
"Halooooo". Ucapnya dengan mata memerah, ah shit, orang ini benar mabuk.
"Mana temanmu? Tidak baik jalan kaki saat sedang mabuk". Ucapku pelan-pelan, karena mau bagaimana pun juga, orang mabuk pasti bisa diajak mengobrol.
"Aku Cael.um..huudd, kaooo pasti....mengenalkuuu, ya kan?". Ucapnya sambil tersenyum seperti orang bodoh. Kaelum hud? Itu nama orang atau cabang dari pizza hut?
"Sebaiknya kau pulang, mana ponselmu, sini kutelponkan". Ia pun menyerahkan ponselnya padaku, dan saat aku membuka layar ponselnya yang tak berpassword, aku baru menyadari jika orang ini adalah....
......wajah dari poster milik Gwen di kamarnya.
"5 Seconds Of....". Gantungku mencoba untuk mengingat-ngingat tulisan yang Gwen tempel dikamarnya.
"Summer". Sambungnya sambil cegukan, summer? Kenapa seperti namaku?
Aku pun mencari kontak telpon namun aku tidak tau harus menghubungi siapa, jelas aku tau dia asal mana, dia dari Aussie dan sekarang ia sedang mabuk di LA. Sudah pasti sanak saudaranya berada di Sydney, dan tidak mungkin orang tuanya hanya datang ke LA untuk menjemput anaknya yang mabuk.
Belum lagi, aku tidak tau nama teman-teman satu bandnya.
"Aku harus menelpon siapa untuk menolongmu?". Tanyaku masih memegang ponselnya.
"Telpon taksi". Ucapnya asal, aku tidak melakukannya karena dia sudah hampir tidak sadar.
"Kamu mau pulang kemana?". Tanyaku lagi, mungkin sekarang aku terlihat seperti wartawan.
"Ke rumahmu, bawaaa akuuu lah". Ia masih menggeliat-liat seperti cacing, seberapa banyak yang ia minum sampai tidak bisa mengkontrol otaknya sendiri?
Karena iba, aku menurutinya dan membawanya ke apartemenku. Untungnya saja, aku mempunyai apartemen dan tidak tinggal dirumah Mama.
Aku pun membopongnya sampai ke ujung jalan. Karena badannya lebih tinggi dariku, aku hanya bisa memaksa berjalan dengan benar.
"Artis yang menyusahkan". Umpatku
¤ Calum Point of view ¤
Aku bangun di pagi hari, namun rasa sakit dikepalaku tak kuhiraukan saat ku tersadar ini bukan kamarku.
Aku pun terlonjak kaget dan langsung turun dari ranjang, "AAAA KELINGKINGKU". Aku langsung terlonjak dan naik ke ranjang lagi, mungkin terjatuh karena pusing dari hangover.
Gadis yang berteriak tadi pun terbangun dan meniup-niup kelingking kirinya sambil berkaca-kaca, "Tuan artis, kau bertanggung jawab atas kelingkingku".
"Kau siapa?". Tanyaku
"Pemilik rumah yang sudah kau tumpangi karena alkoholmu semalam, puas?!". Jawab gadis itu sarkas, sebenarnya aku belum terlalu jelas mendengarnya, karena hangover sialan ini.
"Uh maaf, bisakah kita berbicara sebentar lagi, aku hangover". Ia hanya memandangiku dengan tatapan bengis, setidaknya aku tidak akan membencinya karena ia sudah menolongku semalam.
Lalu ia pergi dengan kaki dihentak-hentak, mungkin ia sedikit kesal denganku, ya aku tau itu.
"Minum ini". Ia datang sambil membawakanku minuman dan pil(?) "Pil itu bisa meredakan hangover-mu". Lanjutnya.
Aku pun segera meminum pil itu dan merebahkan badanku agar pilnya cepat beraksi.
Lalu gadis itu keluar dengan piyama dan sandal beruang coklat di kakinya, andai saja aku tidak minum terlalu banyak, hangoverku tidak separah ini.
Setelah beberapa jam aku merebahkan diri, kukuatkan untuk keluar dari kamar ini. Saat keluar, aku melihat gadis itu sedang duduk santai didepan televisinya, "uh maaf merepotkan".
Ia tidak menggubris dan hanya menoleh sekilas, sabar Calum sabar, dia berjasa padamu.
"Boleh aku pinjam kamar mandi?". Tanyaku hati-hati, entah kenapa aku jadi takut salah bicara pada wanita ini. Mungkin karena tatapannya yang sedikit tajam dan dinginnya sedingin es.
"Tuh". Ia menunjuk salah satu pintu dan aku langsung masuk kesana, tidak berniat untuk mandi, hanya untuk membasuh muka saja.
Setelah selesai, aku langsung keluar dan berdiri didepan gadis itu, "aku boleh meminta pertolonganmu sekali lagi?".
"Tidak". What?
"Kumohon". Ia menggelengkan kepalanya, "akan kuberi apapun yang kamu mau". Sebenarnya aku sedikit takut mengatakan yang tadi, aku takut ia meminta hal aneh.
"Benar?". Aku hanya mengangguk, "kau ingin ditolong apa?".
"Antarkan aku ke basecamp-ku, aku takut diserang fans, eh tunggu, kau bukan fansku?". Tanyaku. Aku memang sedikit heran karena gadis ini sangat santai melihatku, antara dia kenal aku atau tidak.
"Bukan". Jawabnya, "hanya diantar ke basecamp?".
"Serius bukan? Yang benar? Tapi kau tau aku kan?". Tanyaku mencoba memastikan, atau jangan-jangan dia hatersku.
"Calum Hood, kan?". Ia menaikkan satu alisnya, "jika benar, aku hanya ingin meminta videomu untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada sahabatku".
"Oke". Gadis itu pun mengambil ponselnya dan siap-siap merekamku, untung saja hanya meminta video bukan yang lainnya, "nama temanmu siapa?".
"Gwen Aileaa".
"Hi Gwen Aileaa, happy birthday for you from Calum hood, wish you all the best and i wish we can meet as soon as possible, love you".
"Udah, makasi, mending sekarang kita berangkat ke basecamp-mu". Ia pun bangkit dan berjalan melewatiku menuju pintu, "kau masih butuh penyamaran?". Aku mengangguk
Lalu ia kembali ke kamar dan saat keluar membawa jaket hitam serta topi, "itu bukan jaket dan topi wanita, jadi pakai saja".
Aku pun memakai jaket itu dan topinya, "namamu Summer Houghlas?". Tanyaku karena melihat nama disisi kiri jaket itu.
"Hmmm, Summer English Houghlas". Kita masuk ke lift dan menuju lantai paling bawah. Aku tidak menyangka jika dia secuek ini, "Kau marah padaku karena menginjak kelingkingmu?".
Ia mengangguk.
Astaga, kenapa ia seperti anak kecil?
"Lihat, merahhh". Ucapnya sambil memperlihatkan kelingkingnya. Aku pun hanya bisa menyengir dan tersenyum malu melihatnya, "sakit tau".
"Maaf".
***
"Yang mana basecamp mu?". Tanyaku saat mulai memasuki perkumpulan rumah-rumah real estate.
"Aku turun disini saja, mobilmu tidak akan dibolehkan masuk, karena disini penjagaannya ketat". Aku pun turun dari mobil itu, "terima kasih, Summer".
To be continued,

KAMU SEDANG MEMBACA
Poprock Star : Calum Hood
FanficBukan fans tapi hokinya ga ketulungan. ... Summer Houghlas; gadis yang pandai untuk tutup mulut namun sayang ia tak pandai untuk menutupi perasaannya. The last one, ia juga pandai menutupi luka.