Aku menutup rapat-rapat pintu apartemenku. Memang seharusnya aku tidak berharap lebih dengan Calum. Dia siapa dan aku siapa.
Tiba-tiba pintu apartemenku diketuk oleh seseorang. Dia memanggil-manggil namaku, namun dari suaranya aku sudah tahu kalau dia adalah Calum.
Aku tidak memperdulikan ketukannya, dan beralih ke meja belajar dan mengerjakan beberapa soal karena besok aku akan menghadapi ujian.
***
"Ah semua cowo tuh sama aja Gwen, nyakitin doang bisanya." Aku guling-guling di kasur kamarnya Gwen. Kini aku menangis sambil bercerita tentang tragediku.
"Ah kasi tau orangnya kalii." Sedari tadi dia memaksaku untuk memberi tahu nama lelaki itu. Dan tak mungkin aku akan mengatakan kalau laki-laki itu adalah Calum.
Aku malah semakin mengeraskan suara tangisanku saat tak sengaja melihat ke arah poster Calum di kamar, "Aaaa Gwennnnnnnnn."
"Haduh kenapa sih? Aku gatau nih harus ngapain." Gwen mengelus-elus rambutku dengan pelan, "sini bantuin gue ngitung duit buat tiket konser."
"Ah gamau ah." Aku malah mempererat pelukanku terhadap guling.
"Eh ini buat tiketmu juga kali."
"Eh aku ga usah ikut deh, masa aku pake uangmu seenaknya gitu?" Kataku.
Gwen hanya menggeleng, "Dimana ada aku disitu ada Summer."
Aku memutar mata dan asik guling-guling di kasur Gwen. Ponselku pasti banyak sekali notifikasi karena aku menghilang begitu saja. Sengaja kutinggalkan ponselku di apartemen agar Gwen tidak melihat-lihat notifikasiku.
"Calum ngetweet!!!" Kata Gwen tiba-tiba, "eh tweetnya ini potongan lagu atau engga ya?"
"Coba liat." Gwen menyerahkan ponselnya padaku. "Where are you now? i miss you and i'm so sorry." Kataku membaca tweet Calum.
"Lirik lagu kali ya?" Aku hanya mengedikkan bahu dan melanjutkan tangisanku. Aku masih sebal dengan Calum, ia hanya mematahkan hatiku saja.
Apa memang karena aku yang terlalu berharap lebih? Tetapi dari caranya memperlakukanku membuatku ingin berharap sesuatu padanya.
Gini aja deh, 'tamu ga bakal masuk kalo ga dibukain pintu sama tuan rumahnya' kan?
"Masih sedih?" Tanya Gwen, aku mengangguk. Lalu dia berjalan kearah tape dan menyalakan musik.
Dari intronya saja aku bisa mengetahui siapa yang akan bernyanyi.
Within a minute i was all packed up
***
Aku memasukan digit angka untuk membuka pintu apartemenku. Malam ini aku berniat tidak melakukan apa-apa. Hanya tidur dan menonton televisiku.
"Aku ketinggalan teen wolf." Kataku sambil menyalakan laptop.
Namun, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu apartemenku. Dengan langkah gontai aku berjalan membukakannya pintu.
"Hey."
"Apa?"
"Maaf."
"Buat?"
"Gatau buat apa, tapi aku ngerasa kamu lagi marah sama aku."
"Oh bagus kalo nyadar."
"Summer."
"Calum."
"Maafin akuuuuu." Dia ngasi aku satu tangkai bunga matahari. "Aku minta maaf, Summer."
Aku hanya diam tak merespon ucapannya, "Ga enak ternyata didiemin sama kamu gini." Sambungnya lagi
"Besok natal, mending kamu pulang Cal." Kataku
"Boleh aku dateng kesini kan?" Aku menggeleng, "kenapa?"
"Tidak menerima tamu artis." Kataku dan mendapatkan gelak tawa.
"Buat kamu nih, aku rela ga jadi artis sehari." Dia memelukku protektif.
Yang kaya gini nih, bikin aku mikir, ini perasaan mau dilanjut atau gimana?
To be continued.

KAMU SEDANG MEMBACA
Poprock Star : Calum Hood
FanfictionBukan fans tapi hokinya ga ketulungan. ... Summer Houghlas; gadis yang pandai untuk tutup mulut namun sayang ia tak pandai untuk menutupi perasaannya. The last one, ia juga pandai menutupi luka.