Part 14

1.2K 70 0
                                    

Ketika pulang sekolah Salsa tidak berani pulang kerumah. Ia takut jika tante Ana menanyakan mengapa pipinya menjadi biru seperti ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Tante Ana.

Sesampainya dirumah, Salsa terus menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin Tante Ana mengetahui jika Aksa berantem garagara dirinya.

Tapi sepertinya usahanya sia-sia. Tante Ana mengetahuinya dan Salsa pun dihujani oleh beberapa pertanyaan.

"Kok pipi kamu biru sih Sal? Tadi disekolah abis ngapain? Berantenm ya? Jadi anak perempuan itu jangan suka berantem." Kata tante Ana.

"Tante kalo tanya satu satu dong aku kan jadi pusing mau jawab yang mana dulu" jawab Salsa.

"Yaudah ceritain kejadianya sekarang" suruh Tante Ana.

"Gue harus jawab apa nih?"

"Hmm.. jadi tadi itu bang Aksa berantem"

Salsa ingin diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tapi jika ia diam tante Ana akan semakin curiga kepadanya. Ia tidak ingin tante Ana tahu. Apalagi nanti bang Aksa bisa kena marah. Tiba tiba Aksa datang.

"Iya tadi habis berantem ma" suara Aksa yang tiba-tiba mengejutkan Salsa dan Tante Ana.

"Duh. Bang Aksa kenapa bilang gitu sih?!" Gumam Salsa.

"Hah? Sama siapa? Mama kan udah bilang jangan beran-"

"Sama preman ma. Tadi ada preman yang mau mencopet Salsa, tapi Aksa hajar pencopetnya." Kata Aksa yang memotong perkataan Tante Ana.

setelah menjelaskanya, Aksa langsung ke kamar. Waktu makan malam, Aksa tidak ikut makan malam. Aksa yang biasanya belajar di depan televisi, hari ini juga tidak terlihat diasana. Aksa mengurung diri dikamarnya sejak pulang sekolah tadi.

"Bang Aksa kok nggak keluar kamar ya? Apa dia marah sama gue?" pikir Salsa.

---------

Keesokan harinya, Aksa berangkat ke sekolah sangat pagi. Ia tidak ingin bertemu dengan Salsa. Ia juga tidak ingin berada di satu meja dengan Salsa ketika sarapan.

Ketika di sekolah Aksa juga mengacuhkan Salsa. Ia juga tidak menyapanya. Ia tidak ingin rasa aneh itu terus muncul ketika ia melihat Salsa. Apa lagi ketika Aksa bertatapan dengan Salsa. Hal ini membuat degupan jantungnya semakin cepat.

Ketika jam istirahat, Salsa lebih memilih untuk menyendiri di atap gedung sekolah. Ia tidak ingin jika pergi kekantin bersama Zeena ia akan bertemu Aksa.

"Kira-kira bang Aksa kenapa ya kok cuek sama gue? Apa dia marah tentang kemarin waktu aku hampir ngomong sama tante Ana atau karena gue-- arggghhh!!" Kata Salsa kesal sambil mengacak ngacak rambutnya yang terurai.

Setelah bel masuk berbunyi, Salsa kembali ke kelas. Sesampainya dikelas, Zeena menatapnya dengan bingung.

"Wajah lo kenapa? Kusut banget. Rambut lo juga tuh, acakacakan kayak gitu. Lo habis ngapain sih?"

Salsa mentapnya dengan malas.

"Nanti aja gue jelasin" katanya.

Selama pelajaran, Salsa sama sekali tidak mendengarkanya. Pikiranya hanya fokus kepada satu hal yaitu kenapa Aksa jadi cuek seperti itu.

Beberapa jam kemudian, bel pulang sekolah telah berbunyi. Suara bel yang sangat keras membuat Salsa terkejut dan sadar dari lamunanya.

"Kok cepet banget sih?" Tanya Salsa kepada Zeena.

"Iyalah cepet. Lo kan dari tadi ngelamun nggak dengerin gurunya ngomong." Kata Zeena.

"Yaudah yuk pulang"

Mereka berdua pun keluar kelas menuju ke gerbang sekolah.

"Gue udah di jemput nih, duluan ya" pamit Zeena kepada Salsa.

"iya. Hatihati." Kata Salsa smabil melambaikan tanganya.

Jam di tangan Salsa telah menunjukkan pukul 5 sore. Ia masih menunggu bis di halte depan sekolah. Padahal ia pulang sekolah pukul sudah dua jam yang lalu.

Aksa yang tadi pulang terlebih dahulu bersama Ina, kini telah sampai di rumah. Ia pikir Salsa belum pulang karena mampir ke rumah Zeena atau ada kepentingan mendadak.

Salsa terus saja di goda Yudha dan teman-temanya. Di dalam hati ia terus saja memanjatkan doa-doa agar tidak terjadi sesuatu dan berharap bis yang ia nanti segera datang.

"udah jam segini mana ada bus? Untungnya tadi yudha sama temen-temanya udah pulang." Gumam Salsa.

Kini jam di tangan Salsa telah menunjukkan pukul 6 malam. Tiba tiba ada segerombolan preman yang datang. Salsa sangatt ketakutan. Ia takut jika preman itu bakalan ngapangapain. Preman itu semakin mendekat. Salsa berusah kabur tapi usahanya gagal karena di belakangnya dan sampingnya sudah ada preman yang mengepung. Salsa bingung harus berbuat apa.

Tangan-tanganya bergetar. Mulutnya terus bergeming membaca doa doa. otaknya terus berpikir bagaimana cara untuk mengahadapi preman tersebut.

Tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menyorot sangat menyilaukan. Cahaya itu berasal dari sebuah motor yang sedang Yudha kendarai.

ketika Yudha turun dari motornya, preman-preman itu langsung menyerangnya. Yudha yang dikenal jago berantem nggak akan kalah dengan preman seperti ini. Nyatanya preman tersebut langsung pergi meninggalkan Yudha.

"Lo nggak papa?" Tanya Yudha kepada Salsa.

Yudha tahu bahwa jawabanya adalah tidak. Karena tangan dan kaki Salsa masih bergetar. Salsa sangat takut bila menyaksikan sebuah perkelahian yang mengeluarkan banyak darah.

"Gue antar pulang aja yuk. Jam segini nggak mungkin ada angkutan umum."

Salsa hanya diam. Ia ingat perkataan Zeena dan Aksa jika Yudha bukan anak baik-baik.

"Gue ngak bakal macem-macem kok. Gue cuman pengen jadi temen lo. Gini aja deh kalo gue ngapa ngapain, lo bisa teriak sekencengkencengnya atau loncat dari motor gue."

Akhirnya Salsa memilih untuk pulang bersama Yudha.

Ku Tunggu Kau PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang