Part 18

1.1K 68 2
                                        

Di kantin Salsa memesan sebuah bakso dan duduk di sebuah meja di pojok kantin. Ketika sedang menikmati makananya, Adnan datang dan langsung duduk tepat dihadapannya.

"Lo ngapain disi-" kata Salsa yang terputus.

"Nggak ada tempat lain"

Salsa hanya mendengus kesal. Aksa yang melihat kejadian ini langsung menyusul Salsa dan duduk disampingnya. Entah apa yang membuat nya melakukan hal tersebut. Yang Aksa tahu, ia tidak suka jika melihat Salsa berdua dengan Adnan.

"Lo?! nga-" tanya Adnan

"Alasanya sama kaya lo. Nggak ada tempat lain!" Kata Aksa sambil senyum penuh kemenangan.

Mereka semua makan dengan suasana hening.

Tiba-tiba ada seorang cewek yang datang. Dan langsung marah-marah sama Salsa.

"Lo itu ya! Langsung ngilang aja. Bolos pelajaran nggak ajak ajak! Katanya ke toilet malah kekantin!" Kata Zeena.

Aksa, Salsa, Adnan hanya bisa menatap bingung kepada Zeena.

"Oops! Sori, gue lagi emosi dan nggak tahu kalo kalian ada disini. kalian berdua ngapin disini? Lagi ngedeketin Salsa ya??" kata Zeena sambil cengengesan.

"Iya! Gue lagi deketin Salsa. Emang kenapa?"

Aksa sangat kesal mendengar perkataan Adnan.

"Kalo lo Sa?" Tanya Zeena dengan penasaran.

Adnan tidak menjawabnya. Ia hanaya diam.

"Nggak mungkin lah! Aksa kan pa.car.nya. I.na" jawab Adnan dengan penuh penekanan dalam kata 'pacarnya Ina'.

Ina melihat Salsa duduk disamping Aksa. Ia langsung menyusul mereka. Ina pun menyempil di tengah-tengah Salsa dan Aksa.

"Lagi makan apa? Bakso ya?" Tanya Ina manja kepada Aksa.

"Iya. Mau?" Jawab Aksa datar.

"Suapin" kata Ina.

Aksa pun menurut. Ia menyuapkan satu sendok bakso ke mulut Ina. Melihat kejadian itu, Salsa merasa ada yang aneh didalam dadanya. Ia sangat kesal. Wajahnya memerah seakan siap untuk meledak. Salsa memilih untuk meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke taman belakan sekolah -tempat favoritnyana.

Tidak lama setelah Salsa duduk, ada seseorang yang duduk disampingnya dan sedang merokok.

"Tadi kenapa pergi?" Tanya orang itu sambil menghembuskan napasnya yang telah bercampur dengan asap rokok.

"Ketua OSIS kok badboy sih?" Tanya Salsa dalam hati.

"Lo ngapain disini?" Tanya Salsa ketus

"Lo kenapa sih? Setiap gue deket sama lo, lo pasti tanya 'longapaindisini?' Gue kesel tau"

"Terus?" tanya Salsa.

"Ck. Gini ya Sal. Gue tahu lo bukan anak kecil lagi dan gue yakin kalo lo nggak bodoh bodoh amat. Tapi, perasaan gue ke lo itu sama kaya perasaan lo ke Aksa. Kita itu sama-sama mencintai seseorang yang bahkan hatinya itu untuk orang lain." Kata Adnan mencoba menjelaskan.

"Lo nggak perlu repot repot buat ngejelasin itu semua" kata Salsa.

"Iya juga ya? Gue kalo deket sama cewe lain ngomongnya nggak pernah panjang lebar gitu. Tapi kalo deket dia -- Argggh" kata Adnan frustasi dalam hati.

"Oh iya! Satu lagi, jangan pernah lo ngerokok di hadapan gue. Gue nggak peduli kalo lo itu anak yang punya sekolah ini atau apapun itu. Untuk peraturan yang udah gue buat, semua osrang harus turutin termasuk lo!" Kata Salsa.

Adnan hanya menatapnya dengan intens.

"Apa?" Tanya Salsa sarkas.

"Nggak. Gue seneng aja kalo lo bawel sama gue. Itu tandanya lo perhatian sama gue" kata Adnan sambil mengusap puncak kepala Salsa.

Salsa hanya tersenyum kecut. Untuk kali ini wajahnya tidak semerah ketika sedang bersama Aksa. Salsa malah merasa kesal dengan apa yang di ucapkan Adnan.

Salsa pun berdiri dari duduknya. Ia ingin pergi dari tempat itu sekarang juga. ketika hendak melangkahkan kakinya, Adnan menarik tangan Salsa hingga Salsa terjatuh ke dalam pelukan Adnan.

Diva yang melihat kejadian itu, sangatlah marah. Ia benci melihat Adnan bersama cewek lain. Diva menahan air matanya yang akan menetes.

Salsa menyadari keberadaan diva dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Adnan.

"Diva!!" Panggil Salsa ketika cewek itu berlari menjauh.

Salsa ingin mengejarnya. Tetapi Adnan menahan dirinya.

"Udah nggak usah dikejar. Biarin aja" kata Adnan.

"Lo kenapa nggak balikan sama dia sih? Dia itu masih cinta sama lo"

"Dia udah pergi ninggalin gue tanpa sebab, dan sekarang dia balik lagi dengan beribu alasan. Sorry, hati gue bukan buat mainan" jawab Adnan dalam hatinya.

"Kalo gue lihat, Diva pantes buat dapat kesempatan kedua Nan"

"Kesempatan kedua? Boleh juga"

"Nggak. Nanti lo nggak ada yang ngejar ngejar lagi" kata Adnan tidak sepenuhnya berbohong.

"Kita nggak harus pacaran Nan. Kalo kita temenan pasti lebih menarik. Gimana?"

"Gue ngikut aja
-------------------

Ku Tunggu Kau PutusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang