#5

261 42 1
                                    

Eve

Niall membawaku ke gedung tua waktu itu. Entah ada apa dengan diriku hingga tidak memberikan perlawanan terhadap Niall. Aku hanya diam dan membiarkan Niall menarik tanganku. Sebagian dari diriku mengatakan padaku untuk bisa lepas dari tarikan kasarnya, tapi sebagian yang lainnya berkata padaku untuk membiarkannya saja.

"Untuk apa kau membawaku ke sini, lagi?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja begitu Niall melepas pegangannya.

Ada bekas merah di pergelangan tanganku. Aku tagu jika bekas ini akan segera hilang. Bagaimana jika Louis, atau ibuku, atau Liam, atau Jennifer bertanya tentang hal ini? Aku tidak mungkin mengatakan kepada mereka bahwa Niall pelakunya. Louis bisa saja sangat marah, terutama Liam. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kepalan tangan Liam sampai mendarat di wajah tampan Niall.

"Hey, gadis aneh! Kau mau menjatuhkan reputasiku, huh?" Jawaban yang di sertakan sentakan dari Niall membuatku sedikit terlonjak.

"A-apa?" Demi Tuhan, aku benar-benar tidak mengerti dengan maksud Niall. Apa hubungan antara ceritaku dan reputasinya?

"Kau mengatakan hal konyol tadi di depan banyak orang. Bukan hanya kau yang akan di anggap aneh, tapi aku juga! Tidak bisakah kau bicara lebih pelan?" Mataku membulat mendengar pernyataannya.

"Begitu saja kau sudah marah? Ku rasa dingin bukanlah sikapmu, Niall. Kau itu pemarah bukannya orang yang dingin. Aku hanya berusaha mencari jawaban atas masalahku karena aku yakin ini semua pasti ada hubungannya denganmu. Karena jika tidak, bagaimana mungkin hantu it-"

"Hentikan!" Niall memotong kalimatku dan membuatku terdiam.

"Hentikan cerita hantu konyolmu itu, gadis aneh! Hantu adalah roh orang mati. Dan Niall.Horan.Belum.Mati!" Niall menggertakkan giginya setelah mengucapkan kalimat terakhir dengan penuh penekanan.

"A-aku tidak bermaksud berkata seperti itu, Niall. Aku hanya.. ini.. ini sungguh membingungkanku." Aku benar-benar dibuat frustasi dengan masalah ini.

Mataku masih sehat. Sangat sehat. Aku tidak mungkin salah lihat. Ada 'Niall' lain yang aku sendiri bingung bagaimana cara untuk mendeskripsikan hal ini. Niall di hadapanku ini bahkan tidak terima dirinya disebut hantu. Aku tidak bermaksud menyebutnya begitu, karena sudah sangat jelas pria tampan ini adalah manusia dan masih hidup. Tapi, siapa 'Niall' itu?

Aku menundukkan kepalaku menatap sneakers abu-abu yang ku kenakan. Aku tidak tahu apa yang menarik dari sneakers-ku hingga aku lebih memilih melihatnya daripada melihat Niall dan menatap mata gelapnya.

"Niall yang kau lihat itu.. seperti apa dia?" Nada yang keluar dari mulut Niall terdengar lebih rendah dari sebelumnya. Aku mengangkat kepalaku. Niall menanyakan hal itu tanpa menatapku. Dia lebih tertarik untuk memainkan IPhone-nya.

"Dia.. sangat mirip denganmu. Hanya saja, matanya tidak gelap sepertimu." Aku kembali tertunduk, takut akan tatapan tajam yang akan dia berikan kepadaku secara tiba-tiba.

"Apa dia selalu mengikutimu?" Aku kembali mendongak. Kali ini Niall menatapku. Tapi itu hanya sebentar. Apa aku baru saja melihat matanya tidak lagi gelap? Apakah IPhone-nya adalah pengalihan perhatiannya dariku agar aku tidak bisa melihat kilauan di matanya?

"Tidak tahu. Aku hanya bertemu dengannya 2 hari." Aku terus memperhatikan wajahnya. Berharap mataku dapat melihat matanya untuk meyakinkan asumsiku tadi. Tapi dia tak kunjung menatapku, bahkan dia membalikkan tubuhnya.

"Mungkin kau hanya berhalusinasi. Lupakan apa yang sudah pernah kau lihat." Niall membalikkan tubuhnya hingga menghadapku. Tatapan kembali seperti semula. Dingin dan tajam. Meskipun tatapannya begitu tidak bersahabat, entah kenapa aku seperti tenggelam jika menatap matanya. Warna biru yang terkesan gelap karena tatapan tajamnya itu tidak membuatku takut, melainkan semakin tenggelam pada tatapannya.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang