#26

186 32 0
                                    

Eve

"Kau masih mencintainya, ya?" Tanyaku. Tatapan Louis terlihat sendu. Aku sangat ingin memeluknya untuk menenangkannya dan mengatakan padanya bahwa aku juga sangat merindukannya. Tapi aku tidak bisa bahkan tidak boleh melakukannya.

"Aku masih sangat mencintainya." Jawab Louis.

"Bukankah kau sudah punya kekasih? Beberapa hari ini aku selalu melihatmu bersama gadis lain." Aku mengingat-ingat hari-hari dimana setiap kali mataku menangkap pemandangan menjijiknya antara Louis dan jalang itu. Tanganku mengepal mengingatnya. Dan tentu saja, Louis tak bisa melihat tanganku yang mengepal karena aku menyembunyikannya.

"Aku tidak berhubungan dengan siapapun selain Eve. Hanya dia kekasihku satu-satunya." Bohong! Louis jelas berbohong.

Aku menahan emosiku yang siap meledak kapanpun. "Aku selalu melihatmu mencium wanita itu. Kau tidak ingin mengakui hubunganmu dengannya?"

"Dia bukan kekasihku. Dia-"

"Kau mencumbunya, Louis! Dan kau masih mengelak?!" Louis terlihat terkejut dengan reaksiku yang memotong kalimatnya juga membentaknya. Aku baru menyadari apa yang ku lakukan. Astaga. Ceroboh sekali. Aku tak bisa menahan emosiku.

"Ma-maafkan aku. Aku hanya terbawa emosi. Aku-aku harus pergi." Belum sempat aku bangkit dari posisi dudukku, Louis menahan pergelangan tanganku.

"Tak apa. Aku mengerti. Kalian para wanita bisa mengerti perasaan wanita lain dengan sangat baik. Kau pasti merasakan apa yang Evelyn rasakan, bukan? Kurasa Eve akan melakukan hal yang sama denganmu jika dia adalah dirimu yang saat ini bersamaku." Louis melepaskan genggamannya dan aku kembali ke posisi semula.

"Apa kau mau mendengar ceritaku? Aku tidak tahu harus bercerita dengan siapa tentang masalah ini." Aku menganggukkan kepala menanggapinya.

"Wanita, maksudku jalang itu yang selalu memulai ciuman menjijikkan itu. Aku terbawa suasana dan selalu mengira bahwa dia adalah Eve. Tapi ketika aku menyadari dia bukan gadisku, aku melepasnya secara paksa." Ujarnya.

"Kau melakukannya berkali-kali. Tidak mungkin kau selalu menganggap wanita itu adalah Eve setiap kalian berciuman." Ucapku.

"Aku... terpaksa. Dia selalu memakai ancaman yang sama jika aku menolak. Aku benci jalang itu. Dan aku juga membenci diriku sendiri." Ancaman? Ancaman apa yang dia maksud?

"Jadi, hubungan kalian hanya sebuah perjanjian? Kau dibawah tekanannya?" Tanyaku.

"Begitulah." Jawabnya lirih.

"Apa yang telah kalian lakukan hingga dia berhasil menekanmu dan memakai ancaman untuk bisa menjalin hubungan denganmu?"

"Aku-aku tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Aku takut. Aku akan hancur jika ada orang lain yang mengetahuinya." Louis menggelengkan kepalanya frustasi. Apa sebegitu berat masalah yang Louis hadapi hingga ia berkata seperti itu?

Aku mengusap punggungnya seraya menenangkannya. "Kau bisa menceritakannya padaku. Aku bisa menjaga rahasiamu dengan baik. Percaya padaku."

Louis terdiam sejenak. Kurasa dia sedang berpikir apakah dia harus bercerita padaku atau tidak. Tapi sungguh, aku sangat ingin mengetahui apa yang terjadi padanya.

"Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Tapi secara garis besar, aku adalah alasan Eve berada di rumah sakit saat ini. Dan aku membenci diriku sendiri karena telah melakukannya." Kalau hal itu aku memang sudah tahu, Louis. Bahkan Jennifer juga sempat menyalahkan dirinya atas musibah yang menimpaku.

"Tidak sepenuhnya salahmu. Satu-satunya orang yang harus disalahkan adalah pelaku penembaknya. Kuharap polisi bisa dengan cepat menyelesaikan kasus ini. Aku ingin tahu siapa orang itu." Ujarku.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang