#38

201 27 3
                                    

Author

Seseorang menyerukan nama Niall dengan lembut. Namun pria berambut setengah pirang itu tidak menghiraukan panggilan yang sedari tadi memintanya untuk menoleh. Niall hanya berpikir bahwa itu hanya halusinasinya saja. 'Aku tak mungkin merindukannya hingga berhalusinasi dia memanggilku.' Begitu pikirnya.

Tapi sekali lagi, suara itu masih setia tertangkap oleh indera pendengar Niall. Merasa aneh, pria itu akhirnya membalikkan tubuhnya dan menemukan sosok gadis yang pernah ia cari.

"K-kau.." Entah kenapa Niall menjadi kehilangan kata-kata ketika bertemu dengannya untuk pertama kali setelah sangat lama tak bertemu.

"Aku memanggilmu sedari tadi. Apa kau berubah menjadi tuli, Niall?" Gadis itu terkekeh atas candaannya. Niall hanya mengangkat alis dan dahinya yang ia kerutkan.

"Aku tak menyangka kau bisa sejauh ini di dunia penghujung hidupmu. Ku kira kau akan menyerah dalam waktu dekat, tapi ternyata tekadmu cukup besar. Kau-"

Grep.

Tuturan panjang lebar dari sang gadis terhenti ketika secara tiba-tiba Niall memeluknya. Gadis itu hanya tersenyum tanpa membalas pelukan Niall.

"Kau masih saja sangat cerewet. Aku merindukanmu, Emily." Gadis yang dipanggil Niall dengan nama Emily itu menyudahi pelukan yang dimulai oleh Niall.

"Kurasa kata-kata terakhirku sebelum aku ke dunia ini sudah cukup membuatmu mengerti, Niall. Aku tidak lagi mencintaimu. Dan aku juga tahu bahwa rasa cintamu padaku sudah mulai berkurang." Niall hanya menatap bingung gadis manis di depannya ini.

"Kenapa kau baru muncul sekarang? Aku mencarimu kemana-mana. Kau membuatku frustasi." Niall tidak memggubris perkataan Emily, justru mengubah topik pembicaraan.

"Aku bersembunyi darimu, Niall. Aku tidak ingin kau terus mengejarku. Aku bahkan tahu kau melakukan aksi bunuh diri hanya untuk mencariku. Itu semua tidak perlu Niall." Mata hazel milik Emily menatap serius Niall yang saat ini sedang berusaha mencerna setiap kata yang gadis itu lontarkan.

"Kenapa kau bersembunyi dariku? Kenapa cintamu padaku bisa hilang tanpa bekas begitu saja?"

"Sudah ku katakan aku mencintai James. Tidak ada alasan untuk hal itu. Aku sadar ketika dulu aku berada di dekatnya, cintaku padanya lebih besar daripada cintaku padamu. Aku memilihnya, Niall." Niall terdiam. Semua kalimat yang sedari dulu ingin ia katakan lenyap begitu saja.

"Ada yang ingin ku katakan padamu. Tapi sebelum itu aku harap kau bisa memaafkanku." Niall masih diam menunggu kelanjutan ucapan Emily.

"Maafkan aku karena telah membuat gadismu berada di tempat ini." Niall terkejut mendengar pengakuan Emily.

"Apa katamu?"

"Aku memasuki tubuh kekasih gadismu itu dan menembak gadismu. Itu ku lakukan agar kau bisa lebih mengenalnya lebih jauh. Dan kau lihat kan rencanaku berhasil. Kalian bahkan saling jatuh cinta." Tatapan sendu Niall tiba-tiba saja berubah menjadi gelap. Dirinya diselimuti kemarahan atas apa yang baru saja dikatakan oleh gadis yang pernah menjadi pusat dunianya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan?! Berusaha membunuhnya hanya untuk bisa terbebas dari pencarianku? Kau lebih buruk dari seorang pembunuh. Aku benar-benar tidak habis pikir." Suara Niall naik satu oktaf dan itu membuat Emily terkejut. Baru kali ini ia melihat Niall meledak-ledak.

"Aku ingin kau menemukan penggantiku, Niall." Emily hanya tertunduk tanpa mau membalas tatapan Niall.

"Kenapa sampai sebegitunya, hah? Kenapa kau sangat ingin aku pergi darimu? Dan kenapa juga kau lebih memilih dia, hah?" Suara Niall sudah kembali normal tapi tetap tidak meredakan emosinya.

"Dengarkan aku. Aku tidak ingin kau terus terjebak dalam cintamu padaku. Aku sudah tidak memiliki cinta untukmu Niall. Seberapa keras usahamu untuk meraihku, aku akan tetap pada pendirianku. Aku akan tetap menunggunya hingga ia berada di dalam dunia yang sama denganku, Niall. Maafkan aku. Aku masih tetap mencintainya." Kini Niall yang tertunduk.

"Apa yang kau lihat darinya?" Tanya Niall membalikkan tubuhnya membelakangi Emily.

"Begitu banyak perbedaan diantara kalian. Kau tahu, saudaramu itu memiliki kepribadian yang lebih tenang daripada dirimu. Dia akan tetap bersikap tenang menghadapi apapun, lebih dewasa dalam berpikir, dan mudah memahami kondisi yang terjadi. Dia akan berpikir sebelum bertindak. Berbeda dengan dirimu yang tidak sabaran. Kau cenderung melakukan ini itu tanpa berpikir seperti bunuh diri. Kau pikir dengan bunuh diri akan menyelesaikan semuanya? Sekali lagi maafkan aku. Aku sudah mengatakan semuanya padamu. Kuharap kau dapat mengerti." Niall tersentak. Begitukah? Jadi ini alasan dibalik semuanya? Alasan mengapa James lebih banyak diperhatikan daripada dirinya?

Niall sudah tidak merasakan hawa keberadaan Emily. Dia sudah pergi.

Kalimat Emily seperti tamparan bagi Niall. Dia sudah sangat salah menilai saudaranya sendiri. Selama ini sifatnya lah yang membuatnya berada di tempat ini. Dia tidak menyangka bahkan tidak sadar bahwa dirinya dan saudaranya sangat berbeda. Dan perbedaan itu yang membuat James menjadi pusat perhatian, bahkan dari para mantan kekasih Niall.

****
"J-jadi, Emily pelakunya?" Niall hanya mengangguk.

"Eve, dalam lubuk hatimu sebenarnya kau ingin kembali atau ikut bersamaku?" Evelyn memandang Niall yang sedang menatapnya sendu.

"Aku.. Aku sangat ingin kembali." Jawab Evelyn pelan. Niall tersenyum penuh arti.

"Kalau begitu, kau bisa kembali sekarang juga. Kau punya banyak alasan untuk kembali." Evelyn tersentak. Air matanya mengalir lagi.

"Niall, tidak inginkah kau kembali juga? Apa kau tega neninggalkan keluargamu? Apa sebenarnya arti mereka untukmu? Ibumu setiap hari menangis, berusaha tetap yakin bahwa kau akan kembali. Ayahmu bahkan rela menunda pekerjaannya hanya untuk terus memastikan kondisimu yang tidak ada perubahan sama sekali. Dan jangan lupakan saudaramu. Dia mencarimu kemanapun hingga membolos beberapa mata kuliah hanya untuk bisa menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi diantara kalian. Dan aku.. Aku sangat ingin bisa melihatmu ketika membuka kedua mataku. Aku sangat ingin bisa merasakan pelukan hangatmu. Aku ingin mendengar debaran jantungmu setiap kali aku memelukmu. Aku ingin mendengar deru napasmu yang teratur ketika aku memperhatikanmu yang sedang tertidur. Aku ingin bisa hidup bersamamu, Niall." Air mata Evelyn mengalir semakin deras. Semua isi hatinya sudah ia curahkan. Berharap pria dihadapannya mengubah jalan pemikirannya.

"Aku sangat mencintaimu, Niall." Niall tidak bergeming. Dia mendengarkan dengan seksama seluruh curahan hati gadisnya ini. Merasa tak ada respon, Evelyn melangkahkan kaki melayangnya mendekati Niall dan memeluknya. Niall membalas pelukannya dan mengusap kepala Evelyn.

"Apapun yang terjadi aku tetap mencintaimu, Eve. Aku ingin kau terus bahagia dan melanjutkan hidupmu." Ucap Niall.

Evelyn merasa seperti kebas di seluruh tubuhnya. Dirinya sudah dipenuhi cahaya putih yang menyilaukan dan ia hampir tidak bisa merasakan sentuhan Niall.

"Sebelum kau kembali..." Niall tidak melanjutkan ucapannya dan kembali menutup jarak diantara mereka. Evelyn merasakan sedikit sentuhan lembut pada bibirnya.

Hingga beberapa detik kemudian, sentuhan itu tak dapat lagi ia rasakan. Samar-samar ia dapat mendengar Niall mengatakan "maafkan aku". Kalimat terakhir itu membuat air matanya kembali menetes.

——^——
Tbc..

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang