#7

260 42 0
                                    

Eve

Apa yang akan kau lakukan jika kau menyadari bahwa hidupmu saat ini berada di ujung kematian?

Apa yang pertama kali terlintas di dalam benakmu jika hari itu tiba?

Adakah keinginanmu untuk bisa hidup lebih lama?

Pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan satu persatu di kepalaku.

Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan saat ini. Roh-ku sudah terpisah dari tubuhku. Tapi secara medis, aku belum mati. Alat pendeteksi detak jantung yang berbunyi itu menunjukkan masih adanya detakan jantungku. Dan alat pendukung kehidupan yang terpasang di tubuhku juga membuat tubuhku sedikit bertahan hidup.

Hal yang pertama kali terlintas di dalam pikiranku saat ini adalah aku akan meninggalkan keluarga dan teman-temanku cepat atau lambat. Aku tidak tahu apakah tubuhku bisa bertahan lebih lama atau tidak. Jika saja aku tahu bagaimana caranya agar diriku bisa masuk lagi ke dalam tubuhku, aku akan melakukannya saat ini juga.

Aku ingin bisa hidup lebih lama lagi. Aku ingin menjadi kebanggaan keluargaku. Aku ingin melihat Liam dan kedua orang tuaku tersenyum bahagia karenaku. Dan aku ingin membuat mereka mengatakan kepada dunia bahwa mereka sangat bangga memilikiku. Dan untuk Louis, aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa aku bisa berhasil walau tanpanya. Tiga tahun terakhir ini Louis selalu membantuku meraih nilai akademis yang tinggi. Tapi jika aku bisa melewati masa kritisku ini, aku akan berusaha semampuku untuk bisa berprestasi tanpa bantuannya. Aku ingin membuktikan padanya bahwa aku tidak lagi membutuhkannya. Aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri. Aku adalah Evelyn Payne. Aku pasti bisa melakukan hal itu tanpa bantuan Louis.

Namun kendalanya saat ini adalah, aku tidak tahu bagaimana caranya melewati masa kritis ini. Sepanjang hari aku berdiri di samping tubuh pucatku, menunggu seseorang untuk menjengukku. Tapi hingga sekarang dokter itu belum mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan ini. Sesekali aku melihat Liam, mum, dan dad sedang melihatku dari balik kaca pintu ruangan dengan wajah yang terlihat kacau. Mereka sedih, sangat sedih. Aku ingin mendekati mereka. Aku ingin berada di samping mereka meski ku tahu mereka tidak akan bisa melihatku. Tapi aku tidak sanggup melihat wajah kesedihan mereka. Aku tidak sanggup melihat air mata yang mengalir di wajah cantik mum. Biasanya akulah yang akan selalu menghapus air mata mum setiap kali dia menangis, tapi kali ini hal itu tak dapat ku lakukan. Tanganku akan selalu menembus setiap benda yang hendak ku sentuh. Aku tak akan bisa menghapus air mata mum. Aku benci itu.

"Apa kami boleh masuk sekarang?" Aku bisa mendengar suara mum dengan jelas dari dalam ruangan ini.

"Kondisinya masih belum stabil. Tunggulah sampai besok. Jika besok ada peningkatan jumlah denyut nadi per menitnya, maka kalian bisa melihatnya." Aku berjalan menembus dinding untuk bisa melihat apa yang terjadi diluar ruanganku. Dokter itu masih belum mengizinkan. Aku heran, kenapa harus sampai menunggu jumlah detak jantung yang meningkat per menitnya? Toh, jika hal itu terjadi aku masih berada di luar tubuhku.

Mum dan Liam terlihat frustasi. Aku tahu mereka sangat ingin masuk untuk menemuiku. Sedangkan dad terlihat begitu tegar, meski sangat jelas terlihat kesedihan dan kekhawatiran di matanya.

Aku tidak sanggup melihat keadaan mereka yang seperti ini karena diriku. Aku harus keluar sejenak dari rumah sakit ini. Aku hanya tidak ingin melihat kesedihan di wajah mereka, hanya untuk sementara.

Dengan begitu, aku berjalan meninggalkan keluargaku. Aku keluar dari rumah sakit dan berjalan tanpa arah. Aku tidak perlu khawatir dengan ramainya orang-orang di luar rumah sakit yang berjalan kesana-kemari dengan kecepatan yang berbeda-beda karena mereka tidak akan menabrakku. Melainkan hanya menembusku. Aku seperti angin bagi orang-orang ini.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang