#12

244 38 0
                                    

Jennifer

Sudah satu minggu aku kuliah tanpa di temani Evelyn. Dan sudah satu minggu ini juga aku tak menemukan sosoknya dimanapun. Tidak di rumah sakit, kampus, rumahnya, atau tempat lain yang mungkin dia singgahi seperti taman, atap, atau tempat apapun yang memberi ketenangan jika berada di dalamnya. Aku juga masih dibuat bingung dengan kejadian satu minggu yang lalu di atap rumah sakit. Jelas sekali aku melihat Niall. Aku ingin mendapat penjelasan darinya karena aku tahu dia pasti sudah mendapatkan jawabannya.

"Aku melihat Niall. Dia... koma."

Kata-kata Evelyn bersarang di dalam otakku. Seperti memberi sinyal akan jawaban atas pertanyaanku. Benar sekali. Jika aku ingin mendapat jawabanku, aku harus mencari tahu sendiri.

Dengan begitu, aku membereskan tumpukan buku di hadapanku ke dalam tas. Berjalan menuju loker, seseorang tiba-tiba menghalangi jalanku. Niall. Aku tidak ingin terlihat bingung kali ini. Aku harus bersikap sewajarnya.

"Kau melihatnya?" Tanyanya. Tatapan tajamnya seperti mengintimidasiku. Tapi aku berusaha biasa saja, tidak ingin terlihat gugup di depannya. Memangnya kenapa aku harus gugup? Aku bahkan tidak menyukainya. Ya, dia memang tampan. Tapi itu tidak membuatku tertarik padanya.

"Melihat siapa?" Tanyaku balik.

"Temanmu. Si gadis aneh itu." Jelas aku tahu siapa yang dia maksud. Aku tidak suka ketika orang lain menyebut temanku seperti itu. Tapi aku berusaha mengabaikannya dan tetap bersikap senormal mungkin.

"Kau tidak tahu? Dia sedang koma."

"Aku tahu itu. Maksudku, apa kau melihat roh-nya?" Niall memelankan volume suara pada pertanyaannya. Kenapa dia menanyakan hal itu? Apa masalahnya?

"Kau seorang indigo?" Tanyaku dengan nada berbisik. Cukup pelan dan aku yakin hanya Niall yang mendengarnya.

"Ya. Aku tahu kau juga." Jawabnya.

****
Eve

"Apa?" Aku yakin aku tidak salah dengar. Dia bilang dia tertarik padaku.

"Tidak. Lupakan." Niall tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Katakan padaku, Niall."

"Mengatakan apa?" Pria ini menyebalkan. Sungguh. Kenapa dia selalu menyembunyikan sesuatu dariku? Kenapa dia tidak ingin membaginya? Dia bilang belum saatnya bagiku untuk mengetahui kisahnya. Kenapa aku harus mengetahui kisahnya? Kenapa aku peduli? Seharusnya aku tidak perlu ikut campur dengan urusannya. Tapi Niall terlalu misterius dan itu membuatku penasaran akan dirinya. Aku akan menjadi haus informasi jika aku tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku. Pria ini terlalu menarik. Wajah polos tampannya tidak menggambarkan bahwa ia pria yang suka menyembunyikan sesuatu dari orang lain.

"Kau menyebalkan." Gerutuku. Niall hanya tertawa akan reaksi kesalku.

"Memang."

Kejadian itu terus terputar di kepalaku. Bagaimanapun aku ingin mencari tahu jawabannya, kurasa aku tidak akan bisa menemukannya. Bertanya padanya bukanlah hal yang mudah. Dia sering sekali pergi begitu saja. Dan sialnya, aku tak tahu dia berada dimana. Aku jenuh terus mencari keberadaannya. Sepertinya aku harus menyerah mencari tahu hal ini dan mulai peduli terhadap diriku lagi. Aku harus mencari cara bagaimana aku bisa kembali ke dalam tubuhku lagi. Aku ingin kembali.

"Hey, Evelynnn!!!" Aku memutar kepalaku dan menemukan 2 bocah perempuan kembar yang sedang bermain kejar-kejaran dengan pria yang kepalanya hampir putus itu. Jangan terkejut. Mereka adalah hantu. Salah satu gadis kecil yang meneriakkan namaku, Lilia, dengan gaun tidur warna putihnya melambaikan tangan padaku. Aku membalas lambaian tangannya dan tersenyum.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang