#21

194 34 0
                                    

Eve

"B-Bersembunyi?" Jawabku gugup. Entah kenapa aku bisa menjadi gugup. Padahal dia hanyalah seorang Niall Horan. Dia bukan dewa atau petinggi di negara ini dan itu tidak seharusnya membuatku merasa gugup.

"Kau tahu, Eve? Sebesar apapun usaha yang kau lakukan untuk bersembunyi dariku, aku akan tetap menemukanmu." Baiklah. Dia menang kali ini. Aku tidak bisa membalas ucapannya melainkan hanya diam dan mengalihkan pandangan. Aku tidak ingin kembali tenggelam dalam tatapannya lagi.

"Apa yang kau mau dariku, Horan?" Tanyaku dengan datar.

"Aku hanya ingin mengenalmu. Apa tidak boleh?" Aku menaikkan salah satu alisku begitu mendengar jawabannya.

"Kau ingin berkenalan? Baiklah. Kita mulai dari awal. Hai, namaku Evelyn Delilah Payne." Ujarku seraya mengulurkan tangan. Niall terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

"Untuk apa berkenalan seperti itu? Kita bahkan sudah saling mengetahui nama masing-masing." Aku menurunkan tanganku ke sisi tubuhku dan menatap Niall dengan kesal.

"Kau ingin berkenalan yang seperti apa? Sebaiknya cepat katakan keinginanmu karena aku harus kembali kepada Catherine." Ujarku ketus. Kali ini Niall yang mengangkat sebelah alisnya.

"Kau tidak akan bisa terus-menerus berada dalam tubuh manusia. Mereka bisa menolak kehadiranmu."

"Tapi Cath tidak menolakku. Dia bahkan tidak merespon apapun." Ungkapku tak mau kalah.

"Belum. Sekarang ikut aku. Biarkan gadis itu bercinta dengan kekasihnya. Kita punya urusan lain."

Aku hendak memprotes ajakan Niall tapi dia lebih dulu menarik tanganku sebelum aku mengeluarkan suara apapun. Tak ada perlawanan dariku. Entah kenapa aku tidak punya keinginan untuk melepas pegangan lembut Niall. Tangan besarnya begitu pas menggenggam pergelangan tanganku dan itu membuatku merasa nyaman. "Berhenti tersenyum bodoh seperti itu, Eve." Aku melotot mendengarnya. Apa aku tersenyum? Benar-benar memalukan.

"Kau sangat lucu." Lanjut Niall disusul dengan kekehannya. Aku hanya menundukkan wajah karena malu.

"Percaya diri sekali kau." Ujarku berusaha membela diri.

"Jangan mengelak, Eve. Aku tahu aku tampan, tidak heran jika kau tersenyum bodoh menatapku sembari berkhayal tentang sesi romantis kita." Ungkapnya disusul dengan tawa lucu Niall. Aku melotot mendengarnya. Yang benar saja!

"Aku tidak mengkhayalkan hal konyol itu."

"Benarkah? Aku meragukannya." Niall menghentikan langkahnya dan melepas pegangan tangannya. Aku melihat ke sekelilingku.

"Danau?" Tanyaku bingung. Niall menatapku dan tersenyum.

"Aku selalu berada di tempat ini menunggu waktuku. Aku hanya sesekali datang ke kampus atau rumah sakit." Ujarnya.

"Jadi selama ini kau ada di sini?" Niall menganggukkan kepalanya.

"Tunggu.. jadi waktu itu kau? Kau yang memberikanku sapu tangan? kau yang memperhatikanku dari ujung koridor kampus? Bukan Niall yang ternyata adalah kembaranmu? Dan kau yang berada di perpustakaam kota waktu itu?" Tanyaku tanpa henti.

"Ya, ya, ya, ya, dan ya. Apa itu sudah cukup untuk menjawab semua pertanyaamu?"

"Untuk apa kau ke perpustakaan kota? Kau bilang kau hanya sesekali pergi ke kampus atau rumah sakit." Tanyaku lagi mengabaikan pertanyaan yang Niall lontarkan.

"Kau berada di sana waktu itu jadi aku mengikutimu. Wajah seriusmu ketika sedang memilih-milih buku membuatku ingin terus menatapmu." Jawabnya seraya mengambil langkah maju. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana joggernya. Dan aku, masih terdiam di tempatku.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang