#27

184 30 0
                                    

Author

"Kau mau kemana?"

"Pulang." Jawab laki-laki berusia 21 tahun itu dengan datar. Dia sangat tidak ingin berada dekat dengan orang yang membuatnya berada dalam masalah yang sangat besar ini. Dia membenci orang itu.

"Kau tidak bisa meninggalkanku sendiri disini." Ujar lawan bicara pria itu dengan nada kesal.

"Kau bisa pulang naik taxi." Jawab pria itu datar.

"Tengah malam seperti ini? Kau tega membiarkan seorang wanita pulang malam sendiri? Lelaki macam apa kau, Louis?" Pria bernama Louis itu menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Menatap geram wanita yang sangat ia benci itu.

"Bukankah jalang sepertimu terbiasa berkeliaran di tengah malam seperti ini untuk mencari kesenangan dengan para pria hidung belang?" Ujar Louis menahan emosi dengan menekankan kata 'kesenangan'. Wanita yang menjadi lawan bicaranya hanya tertawa hambar tapi mengandung unsur meremehkan.

"Kau lupa? Kau salah satu pria hidung belang itu. Kau menikmati malam kita bukan? Ya meskipun permainan kita belum selesai malam itu. Tapi aku yakin kau menikmatinya."

"CUKUP!!" Seru Louis.

Louis langsung pergi membanting pintu tanpa menghiraukan panggilan dari wanita itu. Dia menyesal telah menyetujui permintaan wanita gila itu untuk datang ke apartemennya. Wanita itu menginginkan malamnya bersama Louis.

"Kau tidak bisa pergi begitu saja, Louis. Atau aku-"

"Aku tidak peduli dengan ancamanmu! Laporkan saja jika kau mau. Lebih baik aku membusuk di penjara daripada aku harus terus bersamamu. Dasar jalang menjijikkan!" Louis mengatur napasnya yang tidak beraturan karena emosinya yang sudah meledak. Tatapan tajamnya tidak membuat wanita itu bergeming apalagi menyerah.  Louis merasa semuanya harus selesai. Tidak ada lagi yang harus ia tutupi. Ia sudah tidak peduli dengan kehancurannya nanti. Louis tidak ingin terus berada di dekat wanita serigala itu. Dia memilih hancur daripada terus bersama orang yang sangat ia benci.

Louis hendak membalikkan tubuhnya lagi, tapi sebuah suara kembali menghentikan langkahnya.

"Tahukah kau bahwa aku mencintaimu, Louis?" Ujar wanita itu parau. Louis tidak menjawab ucapannya ataupun sekedar membalikkan tubuhnya.

"Aku sudah lama mengagumimu. Memang tidak selama hubunganmu dengan gadis itu. Tapi aku sungguh mencintaimu bahkan aku rela melepas mahkotaku untukmu. Tidak seperti gadis itu yang tidak menginzinkanmu menyentuhnya sedikitpun. Aku bisa menyenangkanmu sedangkan dia tidak, Louis."

"Omong kosong. Kau hanya ingin ketenaran di kampus, bukan? Kau sudah mendapatkannya dan sekarang aku harus pergi. Akan kutunggu kedatangan polisi di rumahku besok." Louis melangkahkan kakinya tapi wanita itu kali ini berhasil menahan tangan Louis dan itu kembali menyulut emosi Louis.

"Apalagi maumu, jalang? Tidak bisakah kau membiarkanku tenang sebelum polisi-polisi itu membawaku?!" Louis menyentak tangannya secara kasar.

"Aku tak akan melaporkanmu. Karena aku tidak ingin anak ini lahir tanpa ayahnya." Mata Louis sukses membulat mendengar ucapan wanita itu. Tatapannya seakan mengatakan kau-pasti-bercanda itu di respon cepat dengan wanita dihadapannya. Wanita itu mengambil sesuatu dari saku celana jeans-nya kemudian memberikannga pada Louis. Sebuah testpack.

Jantung Louis berdetak dengan sangat cepat melihat benda kecil yang berada di telapak tangan kanannya. Keringat dingin mulai mengalir di tubuhnya dan tubuhnya gemetar. Dia tidak pernah menyangka akan menjadi serumit ini. Dua garis merah yang ia lihat pada testpack itu bukan sebuah gurauan atau omong kosong. Briana hamil anaknya!

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang