#23

184 32 0
                                    

Eve

Aku meraba-raba nakasku mencari sumber bunyi yang menjadi penyebab terbangunnya aku dari tidur nyenyakku. Berhasil mendapatkannya, aku segera mematikan alarm dan kembali menutup tubuhku dengan selimut. Mataku bahkan sedari tadi masih terpejam.

"Eve, seseorang mencarimu." Suara mum berhasil menggagalkan rencanaku untuk kembali terlelap. Aku mengerang sebelum membalas ucapan mum. "Ayolah, mum. Ini bahkan hari minggu. Biarkan aku menikmati tidurku. Hari ini saja." Ujarku seraya menutupi seluruh tubuhku dengan selimut.

"Yakin kau ingin tidur seharian dan membuat Louis menunggu berjam-jam di ruang tamu? Tega sekali kau." Mendengar nama Louis, sontak aku membuka mata dan bangkit dari kasurku.

"Aku segera turun." Ucapku lantang dan itu membuat mum tertawa.

"Dasar anak muda." Gerutu mum disertai kekehan sebelum suara langkah kakinya menghilang. Aku dengan cepat mempersiapkan diri. Mandi, berpakaian, berias, semua ku lakukan dengan cepat. Kuharap Louis masih di bawah dan sabar menungguku.

"Hey, jangan berlari seperti itu. Nanti kau jatuh, Eve."

"Aku tak akan terjatuh, Liam." Aku membalas teriakan Liam dengan tetap terus berlari tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.

"Hai, Louis." Sapaku sembari mengatur napas karena terburu-buru. Yang dipanggil menoleh dan tersenyum padaku. Astaga, senyumnya sangat manis.

"Hai. Bunga yang cantik untuk wanita cantik sepertimu." Louis memberikanku satu bucket bunga Lilly yang mana ini adalah bunga favoritku.

"Terimakasih. Ada apa kau datang sepagi ini dan... Di hari minggu?" Tanyaku.

"Kencan?" Kata yang keluar dari mulut Louis lebih terdengar seperti pertanyaan tapi itu bisa membuatku merona.

"Kau mengajakku berkencan?" Aku berusaha memastikan apakah aku salah dengar atau tidak. Louis menganggukkan kepalanya dan hal itu membuatku sangat ingin memeluknya. Tapi aku menahan keinginanku karena, ya, aku bukan kekasihnya. Tidak. Maksudku... belum.

****
Siall. Bagaimana bisa aku lupa cuaca hari ini sedang berangin? Bodoh sekali aku memakai crop tee dan jeans.

Aku terkejut begitu merasakan kehangatan di tubuhku. Oh, rupanya Louis meminjamkan jaketnya untukku. "Terimakasih."

"Apa kau segitu terburu-burunya ingin bertemu denganku hingga kau melupakan cuaca hari ini dan berakhir dengan kedinginan seperti itu?" Aku membulatkan kedua mataku mendengarnya. Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia bisa membaca pikiran orang lain? Astaga, bagaimana jika Louis sudah tahu jika aku menyukainya?

"Tebakanku benar?" Louis tertawa melihat ekspresiku yang mengatakan bagaimana-kau-bisa-tahu?.

"Hey, Eve." Aku menoleh begitu Louis memanggilku.

"Hhmm" Gumamku seraya menyesap kopi yang tadi Louis berikan.

"Apa kau mau menjadi kekasihku?" Aku tersedak minumanku ketika Louis menanyakan hal itu. Louis menepuk pelan punggungku untuk membantuku.

"K-kau bilang apa?" Tanyaku untuk memastikan.

"Kau mau jadi kekasihku?" Aku tidak salah dengar, kan? Apa ini mimpi? Aku mencubit tanganku dan ouch, sakit. Ini nyata! Astaga, Louis baru saja memintaku menjadi kekasihnya.

"Aku mau, Louis. Aku mau." Jawabku dengan senang. Senyum Louis mengembang dan dengan satu gerakan aku sudah berada di dalam dekapannya. Pelukan yang sangat hangat dan membuatku nyaman.

Be Mine (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang