Bagian Dua

3.3K 120 0
                                    

Hatiku jengkel melihat tingkah laku Azzam.

"Assalamu'alakum, Azzam."

"Wa'alaikumsalam Anugrah." Jawab Azzam dengan senyum jahilnya.

"Kenapa kamu lakuin itu??" Kataku  mencoba bersabar.

Azzam tersenyum lagi "Nah gitu dong."   "Aku lakuin itu, buat kamu mau berteman sama aku, karna aku penasaran sama kamu." Lanjut Azzam dengan santai.

"Nggak gini caranya zam,  aku nggak mau tahu kamu harus hapus gosip itu!" Suruhku tegas, nggak mau gosip itu semakin nyebar. Apalagi menjadi fitnah nantinya.

"Ok ok, tenang! Aku akan hapus gosip itu, tapi ada syaratnya, kalau kamu mau njalani syarat itu aku akan hapus, tapi kalau nggak, aku akan tetep hapus kok. Aku baik kan??, tapi hapus nya dengan bilang ke semua orang kalau kamu dah putus sama aku gimana??" Kembali dengan senyum jahilnya.

Aku mencoba bersabar.

"Emang apa syaratnya??"

"Kamu harus deal dulu!" Tegas Azzam dengan muka  liciknya.

"Ok deal, apa syaratnya??"

"Kamu harus mau jadi temen aku"

"Ok, ya aku mau jadi temen kamu."

**

"Mi?" Panggilku sambil mencari keberadaannya saat pulang  dari kampus.

"Ada apa sayang? Oh ya tadi abang mu bilang mau ngajak kamu nemenin dia ketemu sama teman nya, cepet gih siap-siap abang mu dah siap tuh!!"

" iya mi."

Ketemu temennya? Kenapa ngajak aku?? Bikin penasaran.

"Bang ngajak aku??" Tanyaku setelah abang keluar dari kamar.

"Sebenernya sih nggak mau ngajak sih, tapi daripada sendiri."

"Sudah kuduga, aku bagaikan tas punggung abang kan??" Jawabku kesal.

"Eh udah sana gih berangkat,!!" Suara ummi mencegah abang jawab lagi.

"Yuk, assalamu'alaikum mi." Kata abang sambil manggandeng tanganku.

"Eh eeehhh, aku bahkan belum siap-siap, assalamu'alaikum miiii." Kataku pasrah di gandeng abang.

"Waalaikumsalam wr wb, sayang eh ehhh hati-hati." Jawab ummiku.

**

"Abang, mau ketemu siapa sih??" Tanyaku penasaran.

"Bang Reza" jawabnya santai

Bang Reza?? Oh aku ingat dia temen abangku, bahkan bukan jadi temen lagi, tapi sahabat.

"Mau ngapain??"

"Curhat aja, udah ah ikut aja, nggak bayar kok, nanti abang ajak makan."

Enak aja, aku udah hafal ini, abang juga pernah kayak gitu, aku di sana memang hanya sebagai tas abang, kalau udah sampai tujuan pasti ditaruh terus didiemin deh.

"Abang egois!"

"Udah, iya nanti abang ajak ngobrol deh."

Muhammad Adam Yusuf, begitu nama abangku, kerap di panggil Adam . Memang, aku akui abang ini pemuda yang tampan, insyaALLAH sholeh 'Amin', baik, tapi ya itu sering nyebelin kalau sama adiknya.
Mukaku jadi cemberut, tak peduli apa yang di bicarakan abang, aku melihat ke arah jendela melamun.

"He hem hem, udah sampai nih," Kata abang membuyarkan lamunanku.

"Ha? Oh ya."

Aku mengikuti abang memasuki restoran.

"Assamu'alaikum, Za" Kata bang Muhammad menyambut pria seumuran dengan abang, berpeci, berpakaian rapi, sambil menjawab salam, dia melirik ku.

Aku yang seketika itu bertatapan dengannya langsung mendundukkan kepala.

"Waalaikumsalam wr wb, silahkan duduk." Jawabnya dengan suara yang berat dan ramah.

"O ya Za, nih adik gue, masih inget kan??"

"Alhamdulillah, masih inget dam, hmm." Reza tersenyum

"Assalamualaikum" sapaku pada pria bernama Reza itu.

"Waalaikumsalam wr wb" jawabnya

**

Dua jam berlalu, dengan berbagai kata-kata yang abang dan bang Reza ceritakan.

Allahu Akbar Allah.....hu Akbar

Tak terasa azan maghrib berkumandang.

**

Setelah aku, abang Muhammad, dan bang Reza sholat di masjid kami pun pulang.

Tapi suatu kejadian pun tiba,

Tak disangka motor bang Reza hilang entah kemana, kami pun panik mencarinya, sampai setelah isya, kami menuju ke kantor polisi.

ISTIQOMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang