BAGIAN EMPAT BELAS

1.4K 67 4
                                    

Iya cincin pernikahannya dengan bang Reza.
Namun ia tak mau ambil pusing, akhirnya ia pergi ke kamar, melihat majalah, tertera judul
'Majalah Agenda' . Ia buka dan teringat saat ia melihat majalah ini bersama ummi nya tak lama ini, ia bilang pada umminya bahwa ia kagum pada hasil puisi yang ada di majalah itu.

Dibukakannya lagi majalah itu dan kebetulan di belakang majalah tertera alamat pembuat puisi itu.

--

Anugrah melihat kembali kertas yang tertulis alamat, menyamakan dengan kotak papan kecil yang tertera di atas pintu sebuah rumah.
Ya. Anugrah sekarang sedang mencari alamat pembuat puisi itu.

Tok tok tok.

"Assalamu'alaikum Wr. Wb."

"Wa'alaikumsalam wr wb." Jawaban dari dalam.

"Ngeeeeekkkk..." suara rengekan pintu.

"Oh silahkan masuk, duduk-duduk!"
Kata ibu yang lumayan tua mempersilahkan.

"oh iya buk, terimakasih."

"Nah.. ada perlu apa yaa, dan kamu itu siapa?"

"Emm saya Anugrah buk, saya tahu tante dan alamat dari majalah 'Agenda' tante." Jelas Anugrah.

"Maksud kedatangan saya ke sini untuk meminta bantuan tante untuk mengkoreksi puisi hasil karya sendiri, agar dapat diterbitkan." Lanjut Anugrah.

"Ooohh jadii--.."

"Siapa bu?" Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sebaya dengan Anugrah.

"Ehh kamu itu nggak sopan yaa, ini nak Anugrah, dia pengen minta tolong puisinya dikoreksi, agar dapat di terbitkan." Jelas ibu itu, yang tak lain namanya bu Hida.

"Nggak, nggak boleh."

"Maaf mas, tapi--.." Anugrah.

"Yusuuuu.....ffff." Ucap ibu Hida.

"Maaf, lo siapa? Yaa Anugrah mendingan lo pergi yaa, kami tidak melayani jasa apa itu, ya itu memperbaiki puisi atau apalah ituu." Kata laki-laki itu dengan ketus. Sepertinya laki-laki itu sedang kesal.

Anugrah tak mau ambil pusing, ia akhirnya memutuskan untuk pergi, sebenarnya ia ke sini hanya untuk menghilangkan rasa suntuknya di rumah, karna hari ini masih libur. Anugrah memang suka membuat puisi, dan kebetulan saat membaca majalah ia dapat menemui alamat itu. Pikirnya ia dapat memanfaatkan
Kesempatan ini untuk menerbitkan puisinya.

"Ya sudah tante, saya akan balik saja, sepertinya ini bukan kesempatan saya." Kata Anugrah mencoba tenang.

"Eehhh nggah usah didengerin Yusufnya, sini tante bisa bantu kok, o ya kamu masih kuliah kan?"

"Iyaa tante di Universitas Nur Rahman."

"Ohh sama kalau gitu sama Yusuf, dia juga di UNR dia ambil jurusan Pendidikan Agama Islam, kalau nak Anugrah?"

"Perawatan kebidanan tante."

"Oalaahh."

"Ehh lo su sudah yaa, ngobrolnya, dibilangin kok, udah mending kamu pergi aja yaa." Lagi-lagi laki-laki itu, sepertinya ia benar-benar sedang kesal. Dia sekarang malah pergi masuk ke dalam begitu saja. Astaghfirullah...

"Astaghfirullah..., maafkan Yusuf ya nak, kebetulan dia habis ngelamar orang tapi yaa belum rezeki, jadi dia sedikit stress."

"Ohh nggak papa kok tante, lagian saya pikir-pikir jadi akan ngrepotin tante, jadi mendingan saya pamit saja ya tante, maaf mengganggu. Terimakasih assalamu'alaikum wr wb."

ISTIQOMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang